FITNESS & HEALTH
Fuji Mengaku Idap ADHD, Apakah Termasuk Gangguan Mental?
Yatin Suleha
Kamis 28 Desember 2023 / 17:11
Jakarta: Pengakuan Fuji bahwa dirinya mengidap ADHD, membuat publik terjekut. Dalam sebuah video yang tersebar di YouTube, adik mendiang Bibi Andriansyah itu mengaku sudah mengetahui soal kondisinya itu sejak 2022 lalu.
Dalam banyak sumber, selebgram itu mengatakan ia tahu dirinya mengidap ADHD sejak tahun lalu dari psikolog. "Oh, ini toh yang bikin aku suka nabrak-nabrak, jalan tuh apa pun ditabrak, taro barang teledor, suka lupa," tutur Fuji.
Nah, apa sih ADHD? Menurut laman resmi Kemenkes RI, ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah sebuah gangguan neurobiologis yang ditandai dengan kesulitan dalam mempertahankan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas. Gangguan ini biasanya terdeteksi pada masa kanak-kanak dan dapat berlanjut hingga dewasa.
Dilansir dari Alodokter, dr. Amadeo Drian Basfiansa mengatakan ADHD adalah penyakit gangguan mental yang menyebabkan penderitanya sulit berkonsentrasi dan juga hiperaktif atau tidak bisa duduk diam dalam jangka waktu lama.
Dr. Amadeo menekankan ADHD adalah diagnosis gangguan mental untuk anak-anak, kira-kira dapat terdeteksi hingga 12 tahun dan lebih sering sudah diketahui dari semenjak balita.
ADHD bisa juga menyerang remaja dan orang dewasa, tapi itu hanya jika orang tersebut memang sudah terkena ADHD dari kecil yang penyakitnya terus bertahan. Sejauh ini belum pernah ada penderita ADHD ketika dewasa yang tidak memiliki riwayat ADHD semenjak muda.

(Pengobatan ADHD biasanya melibatkan kombinasi antara terapi perilaku, medikasi, dan konseling. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Ada kalanya seseorang mengalami cemas pada waktu-waktu tertentu. Namun ada pula yang mengalami cemas berlebihan, sering gugup, dan sering tegang berlebihan, jika bertemu dengan orang baru, sulit berkonsentrasi, sulit berteman, cenderung pendiam, sering lupa pada beberapa hal. Lalu, apakah ini bisa disebut dengan gangguan mental?
Dr. Amadeo Drian Basfiansa menjelaskan bahwa cemas berlebihan, gugup, sering tegang berlebihan dan lain sebagainya itu kemungkinan terjadi karena kondisi lain, yang sebenarnya bisa normal dan bisa juga tidak.
Lebih lanjut dr. Amadeo menerangkan kemungkinannya masih belum jelas karena masih belum ada pengukuran yang obyektif mengenai seberapa 'berlebihannya' yang seseorang sebut dalam artian berlebihan itu, seberapa seringnya, seberapa sulitnya, intinya mengenai intensitas keluhan mengenai hal tersebut.
"Karena memang, kecemasan, rasa gugup, sulit berteman, merupakan hal yang sering juga ditemui pada orang normal, terutama mereka yang memang memiliki kepribadian introvert (lebih senang menyendiri, kurang menyukai keramaian), atau yang terlalu perfeksionis, seperti karena ia ingin segala sesuatunya sempurna, ia jadi takut gagal, terlalu berlebihan dalam memikirkan konsekuensi dan membuatnya jadi cemas, tegang dan gugup berlebihan," terang dr. Amadeo.
Dr. Amadeo menyarankan untuk seseorang yang mengalami hal di atas untuk berkonsultasi terlebih dahulu ke psikolog atau psikiater mengenai kondisi tersebut. Diperlukan pemeriksaan obyektif dari ahlinya untuk mengukur tingkat berat-ringannya keluhan yang dialami dan apakah itu merupakan suatu kelainan atau bukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Dalam banyak sumber, selebgram itu mengatakan ia tahu dirinya mengidap ADHD sejak tahun lalu dari psikolog. "Oh, ini toh yang bikin aku suka nabrak-nabrak, jalan tuh apa pun ditabrak, taro barang teledor, suka lupa," tutur Fuji.
Nah, apa sih ADHD? Menurut laman resmi Kemenkes RI, ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah sebuah gangguan neurobiologis yang ditandai dengan kesulitan dalam mempertahankan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas. Gangguan ini biasanya terdeteksi pada masa kanak-kanak dan dapat berlanjut hingga dewasa.
Dilansir dari Alodokter, dr. Amadeo Drian Basfiansa mengatakan ADHD adalah penyakit gangguan mental yang menyebabkan penderitanya sulit berkonsentrasi dan juga hiperaktif atau tidak bisa duduk diam dalam jangka waktu lama.
Dr. Amadeo menekankan ADHD adalah diagnosis gangguan mental untuk anak-anak, kira-kira dapat terdeteksi hingga 12 tahun dan lebih sering sudah diketahui dari semenjak balita.
ADHD bisa juga menyerang remaja dan orang dewasa, tapi itu hanya jika orang tersebut memang sudah terkena ADHD dari kecil yang penyakitnya terus bertahan. Sejauh ini belum pernah ada penderita ADHD ketika dewasa yang tidak memiliki riwayat ADHD semenjak muda.
Bagaimana jika punya cemas berlebihan, sering gugup, dan sulit berkonsentrasi?

(Pengobatan ADHD biasanya melibatkan kombinasi antara terapi perilaku, medikasi, dan konseling. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Ada kalanya seseorang mengalami cemas pada waktu-waktu tertentu. Namun ada pula yang mengalami cemas berlebihan, sering gugup, dan sering tegang berlebihan, jika bertemu dengan orang baru, sulit berkonsentrasi, sulit berteman, cenderung pendiam, sering lupa pada beberapa hal. Lalu, apakah ini bisa disebut dengan gangguan mental?
Dr. Amadeo Drian Basfiansa menjelaskan bahwa cemas berlebihan, gugup, sering tegang berlebihan dan lain sebagainya itu kemungkinan terjadi karena kondisi lain, yang sebenarnya bisa normal dan bisa juga tidak.
Lebih lanjut dr. Amadeo menerangkan kemungkinannya masih belum jelas karena masih belum ada pengukuran yang obyektif mengenai seberapa 'berlebihannya' yang seseorang sebut dalam artian berlebihan itu, seberapa seringnya, seberapa sulitnya, intinya mengenai intensitas keluhan mengenai hal tersebut.
"Karena memang, kecemasan, rasa gugup, sulit berteman, merupakan hal yang sering juga ditemui pada orang normal, terutama mereka yang memang memiliki kepribadian introvert (lebih senang menyendiri, kurang menyukai keramaian), atau yang terlalu perfeksionis, seperti karena ia ingin segala sesuatunya sempurna, ia jadi takut gagal, terlalu berlebihan dalam memikirkan konsekuensi dan membuatnya jadi cemas, tegang dan gugup berlebihan," terang dr. Amadeo.
Dr. Amadeo menyarankan untuk seseorang yang mengalami hal di atas untuk berkonsultasi terlebih dahulu ke psikolog atau psikiater mengenai kondisi tersebut. Diperlukan pemeriksaan obyektif dari ahlinya untuk mengukur tingkat berat-ringannya keluhan yang dialami dan apakah itu merupakan suatu kelainan atau bukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)