FITNESS & HEALTH

Sering Salah Diagnosis, Ini Gejala Spesifik dari Kanker Limfoma Hodgkin

A. Firdaus
Jumat 27 September 2024 / 08:15
Jakarta: Limfoma adalah salah satu jenis kanker yang menyerang sistem limfatik, bagian penting dari sistem kekebalan tubuh manusia. Ada dua jenis utama limfoma, yaitu Limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.

Limfoma Hodgkin, meskipun lebih jarang ditemukan, memiliki ciri khas sel Reed Sternberg dan seringkali menyerang orang dewasa muda serta mereka yang berusia di atas 55 tahun.

Di Indonesia, kesadaran mengenai Limfoma Hodgkin masih sangat rendah. Gejala-gejalanya yang tidak spesifik, kerap membuat penyakit ini sulit dikenali. Bahkan banyak pasien baru mengetahui bahwa mereka mengidap kanker setelah penyakitnya mencapai tahap lanjut.

Baca juga: Ari Lasso Kembali Manggung Setelah Sembuh dari Kanker: Salah Satu Fase Terberat

Menurut data Globocan 2022, di wilayah Asia Tenggara tercatat 12.308 kasus baru Limfoma Hodgkin dan 4.410 kematian. Di antara negara lain di Asia Tenggara, Indonesia mencatatkan 1.294 kasus baru dengan kematian sebanyak 373 kasus. Angka ini naik dari data Globocan pada 2020 yang mencatat 1.188 kasus baru dengan 363 kematian.

Dr. dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM, pakar hematologi-onkologi, menjelaskan bahwa kondisi Limfoma Hodgkin di Indonesia masih kurang terdiagnosis dengan baik. Banyak pasien baru datang ke dokter setelah penyakit mereka sudah memburuk.

"Tidak jarang, mereka juga mengalami salah diagnosis karena gejalanya yang tidak spesifik dan sering menyerupai penyakit lain," ungkap Dr. Andhika acara media bertajuk: Kenali Limfoma Hodgkin sekaligus Memperingati Bulan Kesadaran Limfoma yang jatuh pada September setiap tahunnya yang diselenggarakan PT Takeda Indonesia.


Dr. dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM, Dok. A. Firdaus/Medcom

Untuk itu Dr. Andhika coba membeberkan beberapa gejala yang masyarakat perlu mewaspadai, seperti:

- Munculnya benjolan di area kelenjar getah bening.
- Disertai dengan gejala sistemik yang disebut sebagai B symptoms yang meliputi demam lebih dari 38 derajat Celcius tanpa penyebab yang jelas.
- Keringat berlebihan di malam hari.
- Penurunan bobot badan lebih dari 10% dalam 6 bulan berturut-turut, padahal tidak disertai diet dan penyakit lain.

Apabila mengalami gejala seperti itu, segera temui dokter untuk mendapatkan pemeriksaan yang menyeluruh. Karena semakin cepat Limfoma Hodgkin didiagnosis, semakin besar peluang untuk memulai pengobatan yang tepat, dan semakin tinggi angka kelangsungan hidup pasien.

Pentingnya kesadaran terhadap gejala awal juga disampaikan oleh para pasien yang berbagi cerita mereka dalam acara ini. Intan Khasanah, seorang penyintas Limfoma Hodgkin, menceritakan betapa panjang dan sulitnya perjalanan yang ia tempuh sebelum akhirnya mendapatkan diagnosis yang tepat.

"Awalnya, saya didiagnosis TB setelah melalui pemeriksaan biopsi. Saat itu ada 2 benjolan seukuran kelereng yang muncul di leher kanan saya persis setelah saya terkena demam tinggi selama 3 hari," ujar Intan.


Para penyintas Kanker Limfoma, Intan dan Ias. Dok. Ist

Akhirnya, selama 8 bulan Intan rutin minum obat sembari melakukan kontrol ke RS. Namun semakin lama kondisinya malah semakin parah, hingga koma dan masuk ICU.

"Ternyata ketika saya melakukan pengecekan ulang di dokter dan RS berbeda, diagnosis yang muncul adalah Limfoma Hodgkin, dan saat itu sudah terlanjur stadium 4," ungkap Intan.

"Mungkin terdengar aneh, tapi saya justru merasa lega saat dapat diagnosis itu. Yang ada di pikiran saya, akhirnya misteri terpecahkan," lanjutnya.

Meski setelahnya tentu perjalanan yang Intan alami sama sekali tidak mudah, seperti rollercoaster, penuh ups and downs. Terlebih ia berobat sambil tetap aktif sekolah, kuliah, dan bekerja selama 7 tahun penuh, dan ia tidak menyangka akhirnya bisa mendapat remisi total.

Perjuangan melawan salah diagnosis juga dialami oleh Ias, seorang pasien Limfoma Hodgkin lainnya. Ia berbagi kisah bagaimana awalnya ia didiagnosis saraf terjepit, karena gejalanya mirip.

"Saya merasakan sakit punggung, demam tinggi, keringat berlebih, dan berat badan turun drastis. Bahkan setelah menjalani MRI, tidak ditemukan sel kanker. Saya juga sempat dicurigai TB, dan baru setelah biopsi dan pemeriksaan PET-CT scan, saya mengetahui bahwa saya menderita Limfoma Hodgkin, bertepatan dengan hari ulang tahun saya," kata Ias.

Tantangan terberat yang Ias alami adalah panjangnya proses pengobatan. Ia sempat mengalami remisi satu kali, yaitu pada September 2023. Namun, remisi tersebut tidak berlangsung lama.

"Pada Januari 2024 terdeteksi sel kanker aktif (relapse) dan hingga kini, remisi belum tercapai, dan sel kanker masih aktif berdasarkan PET-CT SCAN yang baru saja dilakukan di September 2024 kemarin," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH