FITNESS & HEALTH

Gejala Batuk karena Pneumonia dan Cara Mengobatinya

A. Firdaus
Rabu 20 November 2024 / 13:09
Jakarta: Radang paru-paru atau pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang bisa terjadi bukan hanya pada anak-anak tapi dapat terjadi pada orang dewasa, tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan awal masa kanak-kanak. Secara klinis, pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau komplikasi lain.

Dilansir dari Mayo Clinic, batuk tanda pneumonia umumnya adalah batuk berdahak yang mengeluarkan lendir, darah, hingga nanah yang juga disertai dengan demam, menggigil, dan kesulitan bernapas.

Gangguan ini dapat menyebabkan batuk berdahak atau bernanah, demam, menggigil, hingga kesulitan bernapas. Infeksi yang ditimbulkan pneumonia bisa terjadi pada salah satu sisi paru-paru maupun keduanya. Penyebab utama dari gangguan inflamasi ini adalah infeksi virus, bakteri, ataupun jamur.

Pneumonia lebih dikenal sebagai paru-paru basah di Indonesia. Penyakit ini bukan hanya dapat menimpa orang dewasa, melainkan juga terjadi pada anak-anak, bahkan bayi yang baru lahir.

Baca juga: Pneumonia Masih Ancam Anak-anak
 

Gejala Pneumonia


Melansir Halodoc, indikasi dan juga gejala ringan pneumonia umumnya menyerupai gejala flu, seperti demam dan batuk.

Gejala tersebut memiliki durasi yang lebih lama bila dibandingkan flu biasa. Jika dibiarkan dan tidak diberikan penanganan, gejala yang berat dapat muncul, seperti:

- Nyeri dada pada saat bernapas atau batuk.
- Batuk berdahak.
- Mudah lelah.
- Demam dan menggigil.
- Mual, muntah, dan sesak napas.
- Gangguan pada kesadaran (terutama pada pengidap yang berusia >65 tahun).
- Pada pengidap yang berusia >65 tahun dan punya gangguan sistem imun, umumnya mengalami hipotermia.

Pada anak-anak dan bayi, biasanya gejala yang muncul berupa demam tinggi, anak tampak selalu kelelahan, tidak mau makan, batuk produktif, dan sesak napas, hingga napas anak menjadi cepat.
 

Pengobatan Pneumonia


Pengobatan dan penanganan untuk kasus pneumonia adalah dengan mengatasi infeksi yang terjadi dan memberikan terapi suportif.

Dokter akan memberikan antibiotik yang harus dikonsumsi sampai habis jika infeksi disebabkan karena bakteri. Sedangkan terapi suportif yang diberikan dapat berupa:

Obat penurun demam jika pengidap menderita demam tinggi dan membuat aktivitas terganggu.
Obat batuk untuk mengurangi frekuensi batuk maupun mencairkan dahak yang tidak bisa keluar.
Dokter juga menganjurkan agar pengidap dirawat inap, jika terjadi beberapa kondisi ini:

- Berusia di atas 65 tahun.
- Mengalami gangguan kesadaran.
- Memiliki fungsi ginjal yang tidak baik.
- Tekanan darah sangat rendah (<90/<60 mmHg).
- Napas sangat cepat (pada devassa >30 x/menit).
- Suhu tubuh di bawah normal.
- Denyut nadi <50x/menit atau >100x/menit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH