FITNESS & HEALTH
Mengenal Kanker Tenggorokan yang Telah diderita Val Kilmer Lebih dari Satu Dekade
Mia Vale
Kamis 03 April 2025 / 15:07
Jakarta: Val Kilmer meninggal karena pneumonia pada hari Selasa, tetapi riwayat kanker tenggorokannya mungkin menjadi faktor penyebabnya. Awalnya, bintang "Top Gun" itu merahasiakan penyakin yang dideritanya sejak satu dekade lalu (2014).
Namun akhirnya, dirinya berbicara di depan umum tentang kondisinya beberapa tahun kemudian, dan merilis film dokumenter "Val" tahun 2021.
Dalam film tersebut, mengutip Business Insider, pria 65 tahun ini berbicara tentang perjuangan kesehatannya, termasuk kehilangan suaranya akibat trakeostomi. Ia menggunakan kotak suara untuk berbicara dalam film itu.
Ya, Val Kilmer tidak bisa berbicara karena trakeotomi, sehingga pita suaranya rusak dan ia kehilangan suaranya secara permanen. Trakeotomi atau trakeostomi merupakan sebuah lubang yang dibuat di bagian depan leher dan sebuah tabung dimasukkan ke tenggorokan.
Prosedur ini dilakukan pada orang dengan masalah yang mencegah udara dan oksigen mencapai paru-paru. Ini dapat mencakup cedera tenggorokan (seperti akibat radiasi atau trauma), atau penyumbatan fisik di tenggorokan (seperti akibat kanker).
Tabung trakeotomi diikatkan ke leher dengan selotip, dan pasien bernapas melalui tabung tersebut, bukan melalui hidung dan mulut.
Biasanya mengalami kesulitan berbicara setelah trakeotomi, tetapi tidak semua orang kehilangan kemampuan berbicara secara permanen. Yuk, ketahui lebih jauh mengenai kanker tenggorokan ini.
Baca juga: Detoksifikasi dan Puasa Intermiten, Mana yang Ampuh Sembuhkan Kanker?
.jpg)
(Gejala kanker tenggorokan bisa bervariasi, namun yang umum meliputi sakit tenggorokan yang tak kunjung sembuh. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
"Kanker tenggorokan" merupakan istilah umum untuk kanker yang menyerang tenggorokan (faring) atau kotak suara (laring). Kanker ini jarang terjadi dibandingkan jenis kanker lainnya. Namun, saat seseorang mengalami kondisi ini, tumor biasanya terbentuk di bagian tengah tenggorokan (orofaring) atau kotak suara.
Sebagian besar kanker tenggorokan dapat diobati. Beberapa dapat disembuhkan. Namun, mendapatkan diagnosis dan pengobatan sesegera mungkin adalah kuncinya.
Kanker tenggorokan terjadi ketika sesuatu memicu mutasi genetik (perubahan) pada sel-sel di tenggorokan. Mutasi tersebut mengubah sel-sel sehat menjadi sel-sel kanker yang tumbuh dan berkembang biak. Tanpa pengobatan, sel-sel tersebut dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Para peneliti sedang menyelidiki apa yang memicu perubahan-perubahan ini. Namun, ada juga faktor peningkat risiko kanker tenggorokan, seperti:
- Merokok atau menggunakan produk tembakau, menjadi faktor terbesar kanker tenggorokan
- Infeksi HPV
- Minum terlalu banyak alkohol
- Infeksi virus Epstein-Barr, virus yang sama yang menyebabkan mononukleosis (mono) dan paling umum terjadi pada kanker nasofaring
- Paparan zat beracun seperti asbes, debu kayu, dan formaldehida
- Makan terlalu banyak daging yang diawetkan dan tidak cukup buah dan sayuran
Kanker tenggorokan biasanya tidak langsung menimbulkan gejala. Saat gejalanya mulai terlihat, gejalanya sering kali mirip dengan kondisi yang tidak terlalu serius, seperti sakit tenggorokan atau sakit telinga. Hal inilah yang membuat banyak orang menunda untuk memeriksakan diri ke dokter.
Namun, menurut Cleveland Clinic, penting untuk tidak mengabaikan tanda-tanda potensial kanker tenggorokan, terutama jika gejalanya berlangsung selama dua minggu atau lebih.
Tanda-tanda awal kanker tenggorokan bervariasi tergantung pada lokasi tumor. Misal, tanda-tanda awal kanker orofaring sering kali berupa benjolan di leher, nyeri telinga, dan nyeri saat menelan. Tanda awal umum kanker laring adalah suara serak yang tidak kunjung membaik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Namun akhirnya, dirinya berbicara di depan umum tentang kondisinya beberapa tahun kemudian, dan merilis film dokumenter "Val" tahun 2021.
Dalam film tersebut, mengutip Business Insider, pria 65 tahun ini berbicara tentang perjuangan kesehatannya, termasuk kehilangan suaranya akibat trakeostomi. Ia menggunakan kotak suara untuk berbicara dalam film itu.
Ya, Val Kilmer tidak bisa berbicara karena trakeotomi, sehingga pita suaranya rusak dan ia kehilangan suaranya secara permanen. Trakeotomi atau trakeostomi merupakan sebuah lubang yang dibuat di bagian depan leher dan sebuah tabung dimasukkan ke tenggorokan.
Prosedur ini dilakukan pada orang dengan masalah yang mencegah udara dan oksigen mencapai paru-paru. Ini dapat mencakup cedera tenggorokan (seperti akibat radiasi atau trauma), atau penyumbatan fisik di tenggorokan (seperti akibat kanker).
Tabung trakeotomi diikatkan ke leher dengan selotip, dan pasien bernapas melalui tabung tersebut, bukan melalui hidung dan mulut.
Biasanya mengalami kesulitan berbicara setelah trakeotomi, tetapi tidak semua orang kehilangan kemampuan berbicara secara permanen. Yuk, ketahui lebih jauh mengenai kanker tenggorokan ini.
Baca juga: Detoksifikasi dan Puasa Intermiten, Mana yang Ampuh Sembuhkan Kanker?
Jarang terjadi
.jpg)
(Gejala kanker tenggorokan bisa bervariasi, namun yang umum meliputi sakit tenggorokan yang tak kunjung sembuh. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
"Kanker tenggorokan" merupakan istilah umum untuk kanker yang menyerang tenggorokan (faring) atau kotak suara (laring). Kanker ini jarang terjadi dibandingkan jenis kanker lainnya. Namun, saat seseorang mengalami kondisi ini, tumor biasanya terbentuk di bagian tengah tenggorokan (orofaring) atau kotak suara.
Sebagian besar kanker tenggorokan dapat diobati. Beberapa dapat disembuhkan. Namun, mendapatkan diagnosis dan pengobatan sesegera mungkin adalah kuncinya.
Kanker tenggorokan terjadi ketika sesuatu memicu mutasi genetik (perubahan) pada sel-sel di tenggorokan. Mutasi tersebut mengubah sel-sel sehat menjadi sel-sel kanker yang tumbuh dan berkembang biak. Tanpa pengobatan, sel-sel tersebut dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Para peneliti sedang menyelidiki apa yang memicu perubahan-perubahan ini. Namun, ada juga faktor peningkat risiko kanker tenggorokan, seperti:
- Merokok atau menggunakan produk tembakau, menjadi faktor terbesar kanker tenggorokan
- Infeksi HPV
- Minum terlalu banyak alkohol
- Infeksi virus Epstein-Barr, virus yang sama yang menyebabkan mononukleosis (mono) dan paling umum terjadi pada kanker nasofaring
- Paparan zat beracun seperti asbes, debu kayu, dan formaldehida
- Makan terlalu banyak daging yang diawetkan dan tidak cukup buah dan sayuran
Tanda awal kanker tenggorokan
Kanker tenggorokan biasanya tidak langsung menimbulkan gejala. Saat gejalanya mulai terlihat, gejalanya sering kali mirip dengan kondisi yang tidak terlalu serius, seperti sakit tenggorokan atau sakit telinga. Hal inilah yang membuat banyak orang menunda untuk memeriksakan diri ke dokter.
Namun, menurut Cleveland Clinic, penting untuk tidak mengabaikan tanda-tanda potensial kanker tenggorokan, terutama jika gejalanya berlangsung selama dua minggu atau lebih.
Tanda-tanda awal kanker tenggorokan bervariasi tergantung pada lokasi tumor. Misal, tanda-tanda awal kanker orofaring sering kali berupa benjolan di leher, nyeri telinga, dan nyeri saat menelan. Tanda awal umum kanker laring adalah suara serak yang tidak kunjung membaik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)