Jakarta: Setiap kali bakteri, virus, dan zat asing lainnya masuk ke dalam tubuh, sistem kekebalan tubuh kita bereaksi dengan mengerahkan sel darah putih dan zat kimia untuk melindungi kita.
Reaksi ini, umumnya dikenal sebagai peradangan, juga terjadi setiap kali kita membebani tendon dan otot secara berlebihan dan merupakan karakteristik penyakit seperti artritis reumatoid.
Antioksidan yang dikenal sebagai polifeno, sehat bagi manusia, karena membantu mengurangi stres oksidatif dalam tubuh yang menimbulkan peradangan. Tapi masih banyak yang tidak diketahui tentang polifenol.
Relatif sedikit penelitian yang menyelidiki apa yang terjadi ketika polifenol bereaksi dengan molekul lain, seperti protein yang dicampur ke dalam makanan yang kemudian kita konsumsi.
Dalam sebuah studi baru, para peneliti di Departemen Ilmu Pangan, bekerja sama dengan para peneliti dari Departemen Kedokteran Hewan dan Ilmu Hewan, di Universitas Kopenhagen menyelidiki bagaimana polifenol berperilaku ketika dikombinasikan dengan asam amino, bahan penyusun protein.
.jpg)
(Para peneliti mengamati bahwa sel kekebalan yang diobati dengan kombinasi polifenol dan asam amino dua kali lebih efektif dalam melawan peradangan. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
“Dalam studi tersebut, kami menunjukkan bahwa ketika polifenol bereaksi dengan asam amino, efek penghambatannya terhadap peradangan pada sel kekebalan ditingkatkan. Dengan demikian, dapat dibayangkan bahwa 'koktail' ini juga dapat memiliki efek menguntungkan pada peradangan pada manusia," jelas Profesor Marianne Nissen Lund dari Departemen Ilmu Pangan, yang mengepalai penelitian tersebut.
"Kami sekarang akan menyelidiki lebih lanjut, awalnya pada hewan. Setelah itu, kami berharap dapat menerima dana penelitian yang memungkinkan kami memelajari efeknya pada manusia," tambahnya lagi.
Dua kali lebih baik dalam melawan peradangan untuk menyelidiki efek anti-inflamasi dari kombinasi polifenol dengan protein, para peneliti menerapkan peradangan buatan pada sel-sel kekebalan.
Beberapa sel menerima berbagai dosis polifenol yang bereaksi dengan asam amino, sementara yang lain hanya menerima polifenol dalam dosis yang sama.
Para peneliti mengamati bahwa sel kekebalan yang diobati dengan kombinasi polifenol dan asam amino dua kali lebih efektif dalam melawan peradangan dibandingkan sel yang hanya ditambahkan polifenol.
Studi sebelumnya yang telah dilansir dari Scitech Daily, oleh para peneliti menunjukkan bahwa polifenol mengikat protein dalam produk daging, susu dan bir.
Dalam studi baru lainnya, mereka menguji apakah molekul juga saling mengikat dalam minuman kopi dengan susu. Memang, biji kopi kaya akan polifenol, sedangkan susu kaya akan protein.
“Hasil menunjukkan bahwa reaksi antara polifenol dan protein juga terjadi pada beberapa minuman kopi dengan susu, yang nyatanya, reaksi terjadi begitu cepat sehingga sulit dihindari pada makanan mana pun yang telah kami pelajari sejauh ini,” kata Marianne Nissen Lund.
Oleh karena itu, peneliti tidak sulit membayangkan bahwa reaksi dan efek anti-inflamasi yang berpotensi menguntungkan juga terjadi ketika makanan lain yang terdiri dari protein dan buah atau sayuran digabungkan.
Industri dan komunitas riset sama-sama mencatat keuntungan utama polifenol. Karena itu, mereka sedang mengerjakan cara menambahkan jumlah polifenol yang tepat ke dalam makanan untuk mencapai kualitas terbaik. Hasil penelitian baru juga menjanjikan dalam konteks ini.
(TIN)
Reaksi ini, umumnya dikenal sebagai peradangan, juga terjadi setiap kali kita membebani tendon dan otot secara berlebihan dan merupakan karakteristik penyakit seperti artritis reumatoid.
Antioksidan yang dikenal sebagai polifeno, sehat bagi manusia, karena membantu mengurangi stres oksidatif dalam tubuh yang menimbulkan peradangan. Tapi masih banyak yang tidak diketahui tentang polifenol.
Relatif sedikit penelitian yang menyelidiki apa yang terjadi ketika polifenol bereaksi dengan molekul lain, seperti protein yang dicampur ke dalam makanan yang kemudian kita konsumsi.
Dalam sebuah studi baru, para peneliti di Departemen Ilmu Pangan, bekerja sama dengan para peneliti dari Departemen Kedokteran Hewan dan Ilmu Hewan, di Universitas Kopenhagen menyelidiki bagaimana polifenol berperilaku ketika dikombinasikan dengan asam amino, bahan penyusun protein.
.jpg)
(Para peneliti mengamati bahwa sel kekebalan yang diobati dengan kombinasi polifenol dan asam amino dua kali lebih efektif dalam melawan peradangan. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
“Dalam studi tersebut, kami menunjukkan bahwa ketika polifenol bereaksi dengan asam amino, efek penghambatannya terhadap peradangan pada sel kekebalan ditingkatkan. Dengan demikian, dapat dibayangkan bahwa 'koktail' ini juga dapat memiliki efek menguntungkan pada peradangan pada manusia," jelas Profesor Marianne Nissen Lund dari Departemen Ilmu Pangan, yang mengepalai penelitian tersebut.
"Kami sekarang akan menyelidiki lebih lanjut, awalnya pada hewan. Setelah itu, kami berharap dapat menerima dana penelitian yang memungkinkan kami memelajari efeknya pada manusia," tambahnya lagi.
Dua kali lebih baik dalam melawan peradangan untuk menyelidiki efek anti-inflamasi dari kombinasi polifenol dengan protein, para peneliti menerapkan peradangan buatan pada sel-sel kekebalan.
Beberapa sel menerima berbagai dosis polifenol yang bereaksi dengan asam amino, sementara yang lain hanya menerima polifenol dalam dosis yang sama.
Para peneliti mengamati bahwa sel kekebalan yang diobati dengan kombinasi polifenol dan asam amino dua kali lebih efektif dalam melawan peradangan dibandingkan sel yang hanya ditambahkan polifenol.
Ditemukan dalam kopi dengan susu
Studi sebelumnya yang telah dilansir dari Scitech Daily, oleh para peneliti menunjukkan bahwa polifenol mengikat protein dalam produk daging, susu dan bir.
Dalam studi baru lainnya, mereka menguji apakah molekul juga saling mengikat dalam minuman kopi dengan susu. Memang, biji kopi kaya akan polifenol, sedangkan susu kaya akan protein.
“Hasil menunjukkan bahwa reaksi antara polifenol dan protein juga terjadi pada beberapa minuman kopi dengan susu, yang nyatanya, reaksi terjadi begitu cepat sehingga sulit dihindari pada makanan mana pun yang telah kami pelajari sejauh ini,” kata Marianne Nissen Lund.
Oleh karena itu, peneliti tidak sulit membayangkan bahwa reaksi dan efek anti-inflamasi yang berpotensi menguntungkan juga terjadi ketika makanan lain yang terdiri dari protein dan buah atau sayuran digabungkan.
Industri dan komunitas riset sama-sama mencatat keuntungan utama polifenol. Karena itu, mereka sedang mengerjakan cara menambahkan jumlah polifenol yang tepat ke dalam makanan untuk mencapai kualitas terbaik. Hasil penelitian baru juga menjanjikan dalam konteks ini.
(TIN)