FITNESS & HEALTH
Implan Gigi Tanpa Bedah, Seperti Apa Gambarannya? Berikut Penjelasan Ahli
Aulia Putriningtias
Senin 18 Desember 2023 / 13:00
Jakarta: Gigi memiliki peranan yang besar terhadap kesehatan secara keseluruhan. Namun, gigi lebih rentan mengalami masalah ketika lanjut usia, khususnya gigi ompong.
Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, sekitar 30,6 persen penduduk Indonesia dengan kelompok usia 65 tahun ke atas mengalami masalah gigi hilang (gigi ompong). Hal ini disebabkan karena dicabut atau tanggal secara alami.
Sebanyak 4,1 persen penduduk Indonesia berusia 65 tahun ke atas memilih untuk memasang gigi palsu. Sedangkan, 0,3 persen penduduk berusia 65 tahun ke atas memilih untuk memasang gigi tanam (implant denture) untuk mengatasi gigi ompongnya.
Dengan data tersebut, menunjukkan penggunaan gigi palsu masih menjadi pilihan banyak masyarakat untuk mengatasi gigi ompong. Ada beberapa alasan mengapa gigi palsu dipilih lebih banyak, dibanding implan.
Alasannya adalah karena prosedur gigi palsu lebih mudah ditemui di berbagai fasilitas kesehatan. Prosedur gigi palsu banyak dipilih karena dilakukan tanpa pembedahan. Selain itu, biaya perawatannya juga relatif lebih murah.

(Drg. Deviana Maria, Co-Founder dan Chief Marketing Officer Rata, Tanam & Pure, dalam soft opening Rata Clinic Center. Foto: Dok. Istimewa)
Tanam, salah satu brand implan di Indonesia melakukan hal ini. Dilengkapi dengan teknologi 3D X-Ray, pemasangan implan gigi di Tanam tidak harus membuka dan membedah gusi saat cek kondisi tulang.
Brand ini juga menggunakan teknologi Implant Aligner untuk memandu pemasangan implan. Teknologi ini membuat pemasangan implan jadi lebih akurat dan non-invasive.
"Implant Aligner punya banyak kelebihan. Tingkat akurasinya tinggi dengan bantuan software 3D, pemasangan implan jadi lebih cepat dan nyaman, dan pemulihan jadi lebih cepat," ungkap drg. Deviana.
Implant Aligner adalah alat yang digunakan oleh dokter gigi untuk memasang implan di posisi yang sudah ditentukan. Cara kerjanya pun menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI).
Tanpa menggunakan Implant Aligner, dokter gigi perlu melakukan bedah dan jahit gusi. Sehingga, proses pemasangan implan jauh lebih lama dan penyembuhan membutuhkan waktu.
"Dokter gigi yang menangani implan rata-rata spesialis Periodontist, Prosthodontist atau bedah mulut. Sejak 2020, kami sudah menangani lebih dari 5.000 implan yang dipasang oleh tim dokter gigi spesialis implan yang sudah memiliki sertifikasi," jelas drg. Deviana.
Pasien dapat melakukan perawatan implan gigi terintegrasi tanpa harus keluar klinik, misalnya untuk melakukan X-Ray. Layanan implan yang diberikan mulai dari konsultasi dengan dokter gigi spesialis implan, scan 3D X-Ray, hingga pemasangan implan dan crown gigi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(yyy)
Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, sekitar 30,6 persen penduduk Indonesia dengan kelompok usia 65 tahun ke atas mengalami masalah gigi hilang (gigi ompong). Hal ini disebabkan karena dicabut atau tanggal secara alami.
Sebanyak 4,1 persen penduduk Indonesia berusia 65 tahun ke atas memilih untuk memasang gigi palsu. Sedangkan, 0,3 persen penduduk berusia 65 tahun ke atas memilih untuk memasang gigi tanam (implant denture) untuk mengatasi gigi ompongnya.
Dengan data tersebut, menunjukkan penggunaan gigi palsu masih menjadi pilihan banyak masyarakat untuk mengatasi gigi ompong. Ada beberapa alasan mengapa gigi palsu dipilih lebih banyak, dibanding implan.
Gigi palsu vs implan
Gigi palsu menjadi pilihan paling populer untuk mengatasi permasalahan gigi ompong. Namun, ada alasannya tertentu mengapa gigi palsu lebih bisa eksis dibandingkan perawatan lainnya, salah satunya adalah implan gigi.Alasannya adalah karena prosedur gigi palsu lebih mudah ditemui di berbagai fasilitas kesehatan. Prosedur gigi palsu banyak dipilih karena dilakukan tanpa pembedahan. Selain itu, biaya perawatannya juga relatif lebih murah.

(Drg. Deviana Maria, Co-Founder dan Chief Marketing Officer Rata, Tanam & Pure, dalam soft opening Rata Clinic Center. Foto: Dok. Istimewa)
Proses implan gigi tanpa bedah
Menurut drg. Deviana Maria, Co-Founder dan Chief Marketing Officer Rata, Tanam & Pure, prosedur implan sudah ada sejak 1990 di Indonesia. Namun, teknologi ‘Tanpa Bedah’ baru masuk ke Indonesia beberapa tahun belakangan ini.Tanam, salah satu brand implan di Indonesia melakukan hal ini. Dilengkapi dengan teknologi 3D X-Ray, pemasangan implan gigi di Tanam tidak harus membuka dan membedah gusi saat cek kondisi tulang.
Brand ini juga menggunakan teknologi Implant Aligner untuk memandu pemasangan implan. Teknologi ini membuat pemasangan implan jadi lebih akurat dan non-invasive.
"Implant Aligner punya banyak kelebihan. Tingkat akurasinya tinggi dengan bantuan software 3D, pemasangan implan jadi lebih cepat dan nyaman, dan pemulihan jadi lebih cepat," ungkap drg. Deviana.
Implant Aligner adalah alat yang digunakan oleh dokter gigi untuk memasang implan di posisi yang sudah ditentukan. Cara kerjanya pun menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI).
Tanpa menggunakan Implant Aligner, dokter gigi perlu melakukan bedah dan jahit gusi. Sehingga, proses pemasangan implan jauh lebih lama dan penyembuhan membutuhkan waktu.
"Dokter gigi yang menangani implan rata-rata spesialis Periodontist, Prosthodontist atau bedah mulut. Sejak 2020, kami sudah menangani lebih dari 5.000 implan yang dipasang oleh tim dokter gigi spesialis implan yang sudah memiliki sertifikasi," jelas drg. Deviana.
Pasien dapat melakukan perawatan implan gigi terintegrasi tanpa harus keluar klinik, misalnya untuk melakukan X-Ray. Layanan implan yang diberikan mulai dari konsultasi dengan dokter gigi spesialis implan, scan 3D X-Ray, hingga pemasangan implan dan crown gigi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(yyy)