FITNESS & HEALTH

Merasa Kecanduan Vape? 5 Cara Ini Bisa Bantu Mencegahnya

Aulia Putriningtias
Jumat 29 November 2024 / 15:17
Jakarta: Sobat Medcom, tak sedikit orang yang sudah jatuh kepada vape atau rokok elektrik, bahkan kecanduan. Padahal, rokok elektrik juga sama bahayanya dengan yang biasa. Bagaimana cara mencegah kecanduannya?

Selama ini, banyak informasi keliru yang mengatakan bahwa vape lebih aman daripada merokok. Padahal vape juga mengandung nikotin yang sama berbahayanya dengan rokok. Jadi, sebenarnya hal ini tak layak dijadikan tren anak muda!

Sama halnya dengan rokok, vaping juga dapat menyebabkan kecanduan. Tidak mudah memang untuk menghentikan kecanduan vape. Perlu ada strategi dan kemauan yang kuat untuk berhenti dari kecanduan vape.

Baca juga: Populer di Kalangan Anak Muda, Simak Bahaya Rokok Elektrik Jenis Vape atau Pod

Apalagi, jika vape ini digunakan oleh ibu hamil. Ternyata, nikotin yang terkandung di dalamnya bisa memengaruhi otak janin. Kecanduan vape atau nikotin dapat menyebabkan:

- Masalah pada konsentrasi.
- Gelisah atau terus merasa cemas.
- Mudah marah.
- Sulit tidur.

Sama seperti rokok, orang-orang yang menghirup bau vape ini akan sama seperti rokok pasif. Asap dari vape sebenarnya mengandung logam berat, senyawa organik mudah menguap, dan juga karnisogen. Ini tak baik untuk pernapasan seseorang.

Nah, bagi kamu yang merasa bahwa vape lebih sehat atau sebagai langkah alternatif merokok, sebaiknya berhenti! Lalu, jika sudah kecanduan bagaimana? Pasti sulit untuk mengubab kebiasaan.

Namun, jangan khawatir, dr. Fadhli Rizal Makarim dalam Halodoc berbagi lima tips yang bisa kamu lakukan untuk berhenti vape sebelum terlambat. Tipsnya antara lain:
 

1. Niat, cari alasan untuk berhenti


Biasanya, salah satu alasan utama untuk berhenti adalah khawatir tentang masalah kesehatan yang ditimbulkan dari vaping. Nah, alasan ini juga termasuk ke dalam usaha untuk membuat diri untuk berhenti vaping.

Luangkan waktu untuk memikirkan apa yang memotivasi kamu untuk berhenti. Ini adalah langkah pertama yang paling penting. Jika tidak bisa mencari alasan atau bahkan niat, maka untuk tips selanjutnya bisa sia-sia.
 

2. Buat rencana


Kamu bisa membuat rencana! Untuk mencobanya, kamu bisa beri jeda minimal satu minggu sebelum kamu memulai untuk berhenti. Hal ini bertujuan supaya kamu dapat mengidentifikasi koping yang paling efektif.

Adapun beberapa rencana yang bisa kamu coba, antara lain:

- Beri tahu orang-orang terdekat untuk mendapat dukungan.
- Menyingkirkan produk vaping.
- Membeli permen, tusuk gigi, dan hal-hal lain yang dapat kamu gunakan untuk mencegah keinginan vaping.
- Berbicara dengan terapis.
- Berlatih berhenti dengan melakukan “uji coba” satu atau dua hari sekaligus.
 

3. Identifikasi pemicu


Sebelum memulai proses berhenti, mulai dengan mengidentifikasi pemicu utama keinginan vaping. Beberapa hal yang mungkin bisa menjadi pemicunya antara lain:
- Sedang stres, bosan atau kesepian.
- Bergaul dengan teman yang melakukan vaping.
- Sering melihat orang lain melakukan vaping.
- Mengalami gejala penarikan seperti gelisah atau jengkel.

Catat segala hal yang berpotensi memicumu untuk menggunakan vape. Hal ini akan sangat membantu kamu dalam menyusun strategi berhenti menghisap vape.
 

4. Susun strategi


Setelah berhasil berhenti vaping, minggu pertama, dua atau ketiga dapat menjadi masa-masa yang cukup sulit. Kamu mungkin bisa mengalami gejala penarikan, seperti:

- Perubahan suasana hati, seperti mudah marah, gugup, dan frustasi.
- Cemas atau depresi.
- Kelelahan.
- Sulit tidur.
- Sakit kepala.
- Sulit fokus.
- Peningkatan rasa lapar.

Buatlah daftar hal-hal yang dapat kamu lakukan untuk mengatasi keinginan vape, seperti:
- Berlatih pernapasan dalam.
- Belajar meditasi.
- Berjalan-jalan untuk mencari suasana baru.
- Bermain game untuk melupakan keinginan vape.
- Makan makanan seimbang dan tetap terhidrasi.
 

5. Minta dukungan


Bicarakan dengan keluarga dan teman dekat tentang keinginan kamu untuk berhenti vaping. Teman dan keluarga yang tahu dapat memberikan dorongan semangat. Dukungan mereka dapat membuat periode penarikan lebih mudah untuk diatasi.

Selain meminta dukungan keluarga dan teman terdekat, penting juga untuk mencari dukungan medis. Dokter dan terapis dapat membantu kamu dalam mengelola gejala penarikan.

Seorang terapis juga dapat membantu kamu dalam:
- Mengidentifikasi alasan potensial untuk berhenti.
- Mengembangkan keterampilan koping untuk mengelola keinginan mengidam.
- Mencari kebiasaan dan perilaku baru.
- Belajar mengelola emosi yang menjadi faktor dalam vaping.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH