FITNESS & HEALTH
Penting Diperhatikan, Kualitas Air Minum yang Layak Konsumsi
Rendy Renuki H
Selasa 20 April 2021 / 21:34
Jakarta: Masyarakat harus memperhatikan kualitas air minum yang layak konsumsi. Terlebih kualitas indeks air di Indonesia dikatakan masih sangat buruk
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan pada 2018, 10 dari 24 provinsi di Indonesia masih memiliki sumber air yang terkontaminasi bakteri cukup tinggi.
Pada 2019 pun masih cukup banyak masyarakat yang memanfaatkan sumber air tidak terlindungi. Seperti air dari sumur atau sumber yang ilegal untuk memenuhi kebutuhan air minum.
"Indonesia saat ini tengah mengalami permasalahan air minum bersih karena adanya kelangkaan air baku untuk air bersih perpipaan yang langsung dialirkan ke rumah," kata Firdaus Ali, pendiri dan pimpinan Indonesia Water Institute, dalam webinar, Selasa 20 April 2021.
"Selain itu, adanya pencemaran sumber air baku karena lokasinya yang dekat dengan pencemar, ekstraksi dalam tanah yang berlebihan dan tingginya produksi ilegal air minum di tengah masyarakat. Sehingga tidak mengherankan jika sulit sekali menemukan air minum yang berkualitas dan tidak terkontaminasi bakteri," lanjut Staf Ahli Kementerian PUPR Bidang ESDM tersebut.
Untuk mengetahui air minum yang berkualitas, penting sekali memperhatikan jarak antara sumber air dan pencemar, seperti jamban atau septic tank, kandang ternak, saluran pembuangan air, dan tempat pembuangan sampah.
Jika terlalu dekat, yakni kurang dari 10 meter, sumber air bisa tercemar oleh limbah rumah tangga, limbah industri dan logam berat. Air dari sumber tersebut juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya, seperti Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter, Salmonella, dan E coli.
Infeksi bakteri E coli pada saluran pencernaan dapat menimbulkan beragam gejala, salah satunya yang paling umum adalah diare. Di Indonesia, kasus penyakit diare terbilang sangat tinggi, yakni lebih dari 7 juta total kasus pada tahun 2019. Pada bayi dan balita, penyakit diare bahkan merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi dengan jumlah kasus lebih dari 1.000 kematian.
"Infeksi bakteri E coli pada saluran pencernaan juga bisa menyebabkan kondisi yang disebut sindrom hemolitik uremik. Kondisi yang rentan terjadi pada anak-anak dan lansia ini menyerang sel darah merah dan sel keping darah (platelet) serta dapat menyebabkan gagal ginjal," papar dr. Kaka Renaldi Sp.PD, KGEH yang juga menjadi pembicara.
Edukasi bagi masyarakat mengenai kualitas air minum layak konsumsi ini pun diperlukan adanya peran media. Webinar mengenai program edukasi tersebut pun mendapatkan tanggapan positif dari Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Atal S Depari.
"Kita tahu seberapa pentingnya air untuk tubuh. Organ-organ penting di dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa air yang cukup dan berkualitas. Namun, kami melihat bahwa masih minim sekali pemahaman masyarakat akan pentingnya air minum berkualitas dari tubuh," tutup Atal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(ACF)
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan pada 2018, 10 dari 24 provinsi di Indonesia masih memiliki sumber air yang terkontaminasi bakteri cukup tinggi.
Pada 2019 pun masih cukup banyak masyarakat yang memanfaatkan sumber air tidak terlindungi. Seperti air dari sumur atau sumber yang ilegal untuk memenuhi kebutuhan air minum.
"Indonesia saat ini tengah mengalami permasalahan air minum bersih karena adanya kelangkaan air baku untuk air bersih perpipaan yang langsung dialirkan ke rumah," kata Firdaus Ali, pendiri dan pimpinan Indonesia Water Institute, dalam webinar, Selasa 20 April 2021.
"Selain itu, adanya pencemaran sumber air baku karena lokasinya yang dekat dengan pencemar, ekstraksi dalam tanah yang berlebihan dan tingginya produksi ilegal air minum di tengah masyarakat. Sehingga tidak mengherankan jika sulit sekali menemukan air minum yang berkualitas dan tidak terkontaminasi bakteri," lanjut Staf Ahli Kementerian PUPR Bidang ESDM tersebut.
Untuk mengetahui air minum yang berkualitas, penting sekali memperhatikan jarak antara sumber air dan pencemar, seperti jamban atau septic tank, kandang ternak, saluran pembuangan air, dan tempat pembuangan sampah.
Jika terlalu dekat, yakni kurang dari 10 meter, sumber air bisa tercemar oleh limbah rumah tangga, limbah industri dan logam berat. Air dari sumber tersebut juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya, seperti Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter, Salmonella, dan E coli.
Infeksi bakteri E coli pada saluran pencernaan dapat menimbulkan beragam gejala, salah satunya yang paling umum adalah diare. Di Indonesia, kasus penyakit diare terbilang sangat tinggi, yakni lebih dari 7 juta total kasus pada tahun 2019. Pada bayi dan balita, penyakit diare bahkan merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi dengan jumlah kasus lebih dari 1.000 kematian.
"Infeksi bakteri E coli pada saluran pencernaan juga bisa menyebabkan kondisi yang disebut sindrom hemolitik uremik. Kondisi yang rentan terjadi pada anak-anak dan lansia ini menyerang sel darah merah dan sel keping darah (platelet) serta dapat menyebabkan gagal ginjal," papar dr. Kaka Renaldi Sp.PD, KGEH yang juga menjadi pembicara.
Edukasi bagi masyarakat mengenai kualitas air minum layak konsumsi ini pun diperlukan adanya peran media. Webinar mengenai program edukasi tersebut pun mendapatkan tanggapan positif dari Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Atal S Depari.
"Kita tahu seberapa pentingnya air untuk tubuh. Organ-organ penting di dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa air yang cukup dan berkualitas. Namun, kami melihat bahwa masih minim sekali pemahaman masyarakat akan pentingnya air minum berkualitas dari tubuh," tutup Atal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ACF)