Jakarta: Sedang ramai kasus pestisida Etilen Oksida (EtO) dalam produk makanan. Walau masih dalam batas aman namun tak ada salahnya mengetahui lebih jauh tentang hal tersebut.
Dalam tinjauan dr. Merry Dame Cristy Pane via Alodokter disebutkan, Etilen oksida (EtO) adalah zat berbahaya yang umum digunakan sebagai bahan baku produk industri.
Karakteristik zat kimia ini adalah berbentuk gas yang tidak berwarna, mudah terbakar, dan memiliki aroma yang cenderung manis.
Zat ini biasanya digunakan untuk memproduksi bahan kimia lain yang disebut etilen glikol. Zat kimia ini merupakan bahan baku untuk membuat berbagai produk, seperti pelarut, antibeku, busa poliuretan, perekat, detergen, dan tekstil.
Pun umum dipakai untuk sterilisasi peralatan medis dan bedah. Dan ini termasuk dalam golongan Bahan Bahaya Beracun (B3) yang sangat diatur penggunaannya.
Tubuh yang terpapar etilen oksida dalam jangka pendek, baik itu dengan terhirup, termakan, atau terpapar di kulit, dapat merasakan gejala berupa:
(1).jpg)
(Otoritas kesehatan di Taiwan mendeteksi jenis zat karsinogenik dalam produk dua jenis mi instan, buatan Malaysia (Ah Lai White Curry Noodles) dan Indonesia (Indomie Rasa Ayam Spesial). Namun, terdapat perbedaan standar residu pestisida Etilen Oksida (EtO) dalam produk makanan antara Taiwan dan Indonesia. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Lebih parahnya lagi, jika paparan terjadi dalam waktu yang lama, EtO bisa menyebabkan masalah kesehatan serius. Pada ibu hamil, paparan zat ini diketahui dapat mengganggu perkembangan janin dan meningkatkan risiko terjadinya keguguran.
Tak hanya itu, zat ini juga bersifat karsinogenik, yang artinya dapat memicu pertumbuhan kanker. Apabila kamu tidak sengaja mengonsumsi makanan yang terpapar zat ini, tidak perlu dipaksakan untuk memuntahkannya.
Segera minum air putih atau susu. Sedangkan bila zat beracun ini terkena kulit atau mata, segera basuh dengan air mengalir. Periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan bila memang diperlukan.
Dalam jawaban BPOM menjelaskan terdapat perbedaan standar residu pestisida Etilen Oksida (EtO) dalam produk makanan antara Taiwan dan Indonesia. "Taiwan tidak memperbolehkan EtO pada pangan, sedangkan Indonesia masih boleh," tulis BPOM.
Dalam laman resmi BPOM di "Pemberitaan Hasil Pengawasan Produk Mi Instan Asal Indonesia di Taiwan", memaparkan kalau Codex Alimentarius Commission (CAC) sebagai organisasi standar pangan internasional di bawah WHO/FAO belum mengatur batas maksimal residu EtO.
Untuk langkah selanjutnya, BPOM memutuskan melakukan sejumlah upaya di antaranya menerbitkan Pedoman Mitigasi Risiko Kesehatan Senyawa Etilen Oksida, sebagai upaya pro aktif pemerintah memberikan perlindungan masyarakat dan acuan bagi pelaku usaha untuk segera melakukan mitigasi risiko.
Hal ini ditegaskan oleh BPOM melalui siaran resminya dalam laman resmi BPOM yang bertajuk, "Penjelasan BPOM RI" yang bernomor HM.01.1.1.04.23.64, pada Kamis, 27 April 2023, tentang "Pemberitaan Hasil Pengawasan Produk Mi Instan Asal Indonesia di Taiwan".
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Dalam tinjauan dr. Merry Dame Cristy Pane via Alodokter disebutkan, Etilen oksida (EtO) adalah zat berbahaya yang umum digunakan sebagai bahan baku produk industri.
Karakteristik zat kimia ini adalah berbentuk gas yang tidak berwarna, mudah terbakar, dan memiliki aroma yang cenderung manis.
Zat ini biasanya digunakan untuk memproduksi bahan kimia lain yang disebut etilen glikol. Zat kimia ini merupakan bahan baku untuk membuat berbagai produk, seperti pelarut, antibeku, busa poliuretan, perekat, detergen, dan tekstil.
Pun umum dipakai untuk sterilisasi peralatan medis dan bedah. Dan ini termasuk dalam golongan Bahan Bahaya Beracun (B3) yang sangat diatur penggunaannya.
Bahaya etilen oksida
Tubuh yang terpapar etilen oksida dalam jangka pendek, baik itu dengan terhirup, termakan, atau terpapar di kulit, dapat merasakan gejala berupa:
- - Sakit kepala
- - Mual
- - Muntah
- - Kelelahan
- - Diare
- - Luka bakar
- - Iritasi pada kulit, mata, hidung, tenggorokan, atau saluran napas
- - Kejang
- - Hilang kesadaran
(1).jpg)
(Otoritas kesehatan di Taiwan mendeteksi jenis zat karsinogenik dalam produk dua jenis mi instan, buatan Malaysia (Ah Lai White Curry Noodles) dan Indonesia (Indomie Rasa Ayam Spesial). Namun, terdapat perbedaan standar residu pestisida Etilen Oksida (EtO) dalam produk makanan antara Taiwan dan Indonesia. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Lebih parahnya lagi, jika paparan terjadi dalam waktu yang lama, EtO bisa menyebabkan masalah kesehatan serius. Pada ibu hamil, paparan zat ini diketahui dapat mengganggu perkembangan janin dan meningkatkan risiko terjadinya keguguran.
Tak hanya itu, zat ini juga bersifat karsinogenik, yang artinya dapat memicu pertumbuhan kanker. Apabila kamu tidak sengaja mengonsumsi makanan yang terpapar zat ini, tidak perlu dipaksakan untuk memuntahkannya.
Segera minum air putih atau susu. Sedangkan bila zat beracun ini terkena kulit atau mata, segera basuh dengan air mengalir. Periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan bila memang diperlukan.
Jawaban BPOM
Dalam jawaban BPOM menjelaskan terdapat perbedaan standar residu pestisida Etilen Oksida (EtO) dalam produk makanan antara Taiwan dan Indonesia. "Taiwan tidak memperbolehkan EtO pada pangan, sedangkan Indonesia masih boleh," tulis BPOM.
Dalam laman resmi BPOM di "Pemberitaan Hasil Pengawasan Produk Mi Instan Asal Indonesia di Taiwan", memaparkan kalau Codex Alimentarius Commission (CAC) sebagai organisasi standar pangan internasional di bawah WHO/FAO belum mengatur batas maksimal residu EtO.
Untuk langkah selanjutnya, BPOM memutuskan melakukan sejumlah upaya di antaranya menerbitkan Pedoman Mitigasi Risiko Kesehatan Senyawa Etilen Oksida, sebagai upaya pro aktif pemerintah memberikan perlindungan masyarakat dan acuan bagi pelaku usaha untuk segera melakukan mitigasi risiko.
Hal ini ditegaskan oleh BPOM melalui siaran resminya dalam laman resmi BPOM yang bertajuk, "Penjelasan BPOM RI" yang bernomor HM.01.1.1.04.23.64, pada Kamis, 27 April 2023, tentang "Pemberitaan Hasil Pengawasan Produk Mi Instan Asal Indonesia di Taiwan".
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)