FITNESS & HEALTH

Dokter Sebut Lutetium PSMA, Pengobatan Kanker Prostat Minim Efek Samping

Medcom
Jumat 16 Mei 2025 / 20:00
Jakarta: Menurut data Global Cancer Statisitc tahun 2020, jumlah kasus kanker prostat di Indonesia mencapai lebih dari 13.000 kasus baru. Sedangkan, angka kematian akibat kanker prostat per tahunnya hampir mencapai 5.000 jiwa, ini menjadikannya termasuk jenis kanker kelima yang paling banyak mengakibatkan kematian di Indonesia. 

Kanker prostat merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak menyerang pria. Dalam perkembangannya, kanker ini dapat menyebar ke organ lain dan menjadi sulit diatasi dengan metode konvensional. 

Menurut dr. Febby Hutomo, Sp. KN (K), FANMB, dari RS Siloam MRCCC Semanggi, Lutetium PSMA bisa menjadi solusi terapi radioaktif yang efektif bagi pasien kanker prostat stadium lanjut.

Seperti diketahui, Lutetium PSMA adalah terapi radioaktif yang menargetkan molekul spesifik di sel kanker prostat. Lutetium-177 yang digunakan dalam terapi ini memiliki kemampuan untuk mengikat PSMA (Prostate-Specific Membrane Antigen), yaitu protein yang banyak ditemukan pada permukaan sel kanker prostat. 

Setelah masuk ke dalam tubuh, Lutetium-177 akan mengikat PSMA dan memberikan radiasi langsung ke sel kanker tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya.

"Terapi ini menawarkan pendekatan yang lebih spesifik dibandingkan metode pengobatan lainnya, seperti kemoterapi atau terapi hormon, yang dapat berdampak luas terhadap sel-sel tubuh lainnya. Oleh karena itu, Lutetium PSMA dianggap sebagai alternatif yang lebih aman dengan efek samping yang lebih minimal," ujar dr. Febby, dokter spesialis kedokteran nuklir konsultan nuklir onkologi. 
 

Waktu tepat pelaksanaan 

Dr. Febby menjelaskan berdasarkan panduan internasional, Lutetium PSMA digunakan pada pasien dengan kanker prostat yang telah menyebar (metastasis) dan tidak lagi merespons terapi hormon. 

Kondisi ini disebut sebagai metastatic castration-resistant prostate cancer (MCRPC). Dalam tahap ini, kanker telah berkembang menjadi lebih agresif dan membutuhkan pendekatan pengobatan yang lebih canggih.

“Lutetium merupakan pengobatan kanker prostat yang dilakukan ketika hormonal terapi sudah tidak bisa digunakan kepada pasien,” sebut dr. Febby.

Dengan menggunakan terapi Lutetium PSMA, pasien yang sebelumnya mengalami keterbatasan pilihan terapi dapat memperoleh harapan baru. Terapi ini dapat memperlambat perkembangan kanker, mengurangi gejala, dan meningkatkan kualitas hidup pasien secara signifikan. 
 

Efek samping 

Salah satu keunggulan utama Lutetium PSMA adalah keamanannya bagi jaringan sehat di sekitar kanker prostat. Berbeda dengan terapi radiasi eksternal yang dapat merusak jaringan di sekeliling area pengobatan, Lutetium PSMA hanya menargetkan sel kanker yang memiliki PSMA pada permukaannya. Hal ini membuat efek samping terhadap jaringan normal menjadi sangat minimal.

Dr. Febby menyebutkan efek samping yang mungkin muncul cenderung lebih ringan dibandingkan terapi konvensional, seperti kemoterapi. Beberapa pasien mungkin mengalami penurunan jumlah sel darah dalam jangka pendek, tetapi kondisi ini umumnya dapat diatasi dengan terapi suportif.

"Secara keseluruhan, organ-organ yang biasanya rusak dengan pengobatan lain seperti kemoterapi, penggunaan Lutetium ini tepat sasaran sel kanker prostat dan memiliki risiko lebih kecil dari terapi lain,” sebut dr. Febby. 


(dr. Febby Hutomo, Sp. KN (K), FANMB. Foto: Dok. Istimewa)
 

Cara kerja

Terapi ini dilakukan dengan cara menyuntikkan Lutetium-177 melalui infus ke dalam tubuh pasien. Setelah masuk ke dalam aliran darah, Lutetium-177 akan mencari dan mengikat sel kanker prostat yang memiliki PSMA. 

Radiasi yang dilepaskan oleh Lutetium-177 akan merusak sel kanker dari dalam, menghentikan pertumbuhan dan perkembangannya.

"Prosedur ini dilakukan di ruang khusus yang telah dirancang sesuai standar keamanan kedokteran nuklir. Setelah prosedur selesai, pasien dapat langsung pulang tanpa perlu menjalani isolasi khusus, karena kadar radiasi yang ditinggalkan di dalam tubuh sangat kecil dan tidak berbahaya bagi orang lain," jelas dr. Febby. 
 

Perawatan pasca tindakan

Setelah menjalani terapi Lutetium PSMA, dr. Febby mengatakan pasien tidak memerlukan perawatan khusus. Namun, mereka dianjurkan untuk menjaga kesehatan tubuh secara umum agar hasil terapi lebih optimal. Evaluasi terhadap keberhasilan terapi biasanya dilakukan setelah siklus ketiga, yaitu sekitar 4-6 minggu setelah prosedur terakhir. 

Pada umumnya, terapi ini terdiri dari tiga siklus yang diberikan dengan jarak waktu 4-6 minggu di antara setiap sesi. Pasien mulai merasakan perbaikan kondisi setelah siklus terakhir, dan hasilnya akan dievaluasi oleh tim medis. 

“Perawatan untuk pasien sebetulnya dirawat karena kondisi umumnya, bukan karena paparan radiasinya. Hal ini perlu dijelaskan terlebih dahulu. Beberapa pasien mungkin mengalami efek samping pada sumsum tulang belakang, atau anemia, hal tersebutlah yang perlu perawatan lebih lanjut,” papar dr. Febby.

Keberhasilan terapi ini, lanjut dr. Febby bergantung pada beberapa faktor, seperti jenis sel kanker prostat, skor Gleason (indikator agresivitas kanker), serta jumlah dan lokasi metastasis. 

Studi menunjukkan bahwa terapi ini dapat memperpanjang harapan hidup pasien, terutama bagi mereka yang tidak lagi merespons terapi konvensional. Jika terjadi kekambuhan, terapi Lutetium PSMA dapat diulang dengan jarak waktu 6-8 minggu, tergantung pada kondisi pasien. Oleh karena itu, terapi ini memberikan fleksibilitas bagi pasien dalam menangani kanker prostat stadium lanjut. 

"Grup RS Siloam, khususnya RS Siloam MRCCC Semanggi, telah dilengkapi dengan fasilitas kedokteran nuklir yang canggih untuk mendukung prosedur Lutetium PSMA. Dengan adanya peralatan modern dan tim medis yang berpengalaman, pasien dapat menjalani terapi ini dengan aman dan nyaman," tutup dr. Febby.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(yyy)

MOST SEARCH