FITNESS & HEALTH
Anemia Saat Hamil? 6 Akibat Ini Bisa Bumil Alami!
Mia Vale
Minggu 18 Agustus 2024 / 10:19
Jakarta: Saat hamil, beragam perubahan bisa terjadi, mulai dari hormon, tubuh, pola tidur, sampai keluhan kesehatan. Anemia, misalnya. Ketika bumil menderita anemia, darah tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen ke jaringan ibu dan ke bayi dalam kandungan.
Padahal selama kehamilan, tubuh seharusnya memroduksi lebih banyak darah untuk mendukung pertumbuhan bayi. Jika zat besi atau nutrisi tertentu lainnya tidak tercukupi, tubuh mungkin tidak dapat memproduksi jumlah sel darah merah yang dibutuhkan untuk membuat darah tambahan.
Memang, mengalami anemia ringan saat hamil masih hal yang normal. Namun bila kadar zat besi dan vitamin dalam tubuh rendah, anemia yang bumil alami bisa lebih parah. Anemia dapat membuat bumil merasa lelah dan lemah.
Jika penyakit ini parah tetapi tidak diobati, tentu bisa meningkatkan risiko komplikasi serius. Nah, anemia defisiensi besi yang parah atau tidak diobati selama kehamilan dapat meningkatkan risiko seperti berikut.
Merupakan depresi yang dialami oleh ibu setelah persalinan. Melansir dari WebMD, mengalami anemia selama kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi postpartum.
.jpg)
(Anemia dapat meningkatkan risiko keguguran, pendarahan selama kehamilan, dan perdarahan pasca melahirkan. Anemia juga dapat meningkatkan risiko depresi postpartum. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Jika bumil mengalami anemia saat proses persalinan, hal ini akan membahayakan keselamatannya ketika terjadi perdarahan. Selain itu, anemia juga dapat menyebabkan tubuh ibu hamil lebih sulit melawan infeksi.
Penelitian menunjukkan bahwa anemia saat hamil berhubungan erat dengan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) - kurang dari 2,5 kilogram - terutama jika anemia terjadi pada trimester pertama kehamilan. Efek bayi yang lahir dengan kondisi ini lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan daripada bayi yang lahir dengan berat badan normal.
Bahaya anemia pada ibu hamil berikutnya adalah kelahiran prematur. Prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum tanggal perkiraan persalinan atau sebelum minggu ke-37 kehamilan. Dari kelahiran prematur ini bisa berisiko sejumlah masalah kesehatan dan gangguan tumbuh kembang pada bayi.
Anemia pada bumil, dinukil dari Alodokter juga dapat menyebabkan bayi terlahir dengan anemia. Kondisi ini dapat memengaruhi nafsu makan bayi, sehingga asupan gizinya terganggu. Jika tidak ditangani, hal ini dapat memengaruhi tumbuh kembang bayi.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa anemia pada kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya kematian janin, sebelum maupun sesudah persalinan.
Untuk mencegah anemia saat hamil, pastikan bumil mendapat cukup zat besi. Makanlah makanan yang seimbang dan tambahkan lebih banyak makanan tinggi zat besi ke dalam menu harian. Usahakan setidaknya tiga porsi makanan kaya zat besi sehari, seperti:
Makanan yang tinggi vitamin C dapat membantu tubuh menyerap lebih banyak zat besi. Ini termasuk, buah jeruk dan jus, stroberi, kiwi, tomat, paprika. Cobalah mengonsumsi makanan tersebut bersamaan dengan mengonsumsi makanan kaya zat besi.
Selain itu, pilihlah makanan yang tinggi folat untuk membantu mencegah kekurangan folat. Ini termasuk, sayuran berdaun hijau, buah jeruk dan jus, kacang kering, roti dan sereal yang diperkaya dengan asam folat. Ikuti petunjuk dokter untuk mengonsumsi vitamin prenatal yang mengandung zat besi dan asam folat dalam jumlah cukup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Padahal selama kehamilan, tubuh seharusnya memroduksi lebih banyak darah untuk mendukung pertumbuhan bayi. Jika zat besi atau nutrisi tertentu lainnya tidak tercukupi, tubuh mungkin tidak dapat memproduksi jumlah sel darah merah yang dibutuhkan untuk membuat darah tambahan.
Memang, mengalami anemia ringan saat hamil masih hal yang normal. Namun bila kadar zat besi dan vitamin dalam tubuh rendah, anemia yang bumil alami bisa lebih parah. Anemia dapat membuat bumil merasa lelah dan lemah.
Jika penyakit ini parah tetapi tidak diobati, tentu bisa meningkatkan risiko komplikasi serius. Nah, anemia defisiensi besi yang parah atau tidak diobati selama kehamilan dapat meningkatkan risiko seperti berikut.
1. Depresi postpartum
Merupakan depresi yang dialami oleh ibu setelah persalinan. Melansir dari WebMD, mengalami anemia selama kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi postpartum.
2. Perdarahan pasca-persalinan
.jpg)
(Anemia dapat meningkatkan risiko keguguran, pendarahan selama kehamilan, dan perdarahan pasca melahirkan. Anemia juga dapat meningkatkan risiko depresi postpartum. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Jika bumil mengalami anemia saat proses persalinan, hal ini akan membahayakan keselamatannya ketika terjadi perdarahan. Selain itu, anemia juga dapat menyebabkan tubuh ibu hamil lebih sulit melawan infeksi.
3. Bayi lahir dengan berat badan rendah
Penelitian menunjukkan bahwa anemia saat hamil berhubungan erat dengan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) - kurang dari 2,5 kilogram - terutama jika anemia terjadi pada trimester pertama kehamilan. Efek bayi yang lahir dengan kondisi ini lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan daripada bayi yang lahir dengan berat badan normal.
4. Bayi lahir prematur
Bahaya anemia pada ibu hamil berikutnya adalah kelahiran prematur. Prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum tanggal perkiraan persalinan atau sebelum minggu ke-37 kehamilan. Dari kelahiran prematur ini bisa berisiko sejumlah masalah kesehatan dan gangguan tumbuh kembang pada bayi.
5. Bayi lahir dengan anemia
Anemia pada bumil, dinukil dari Alodokter juga dapat menyebabkan bayi terlahir dengan anemia. Kondisi ini dapat memengaruhi nafsu makan bayi, sehingga asupan gizinya terganggu. Jika tidak ditangani, hal ini dapat memengaruhi tumbuh kembang bayi.
6. Kematian janin
Beberapa penelitian menunjukan bahwa anemia pada kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya kematian janin, sebelum maupun sesudah persalinan.
Cegah anemia pada bumil
Untuk mencegah anemia saat hamil, pastikan bumil mendapat cukup zat besi. Makanlah makanan yang seimbang dan tambahkan lebih banyak makanan tinggi zat besi ke dalam menu harian. Usahakan setidaknya tiga porsi makanan kaya zat besi sehari, seperti:
- - daging merah tanpa lemak, unggas, dan ikan
- - sayuran berdaun hijau tua (seperti bayam, brokoli, dan kangkung)
- - sereal dan biji-bijian yang diperkaya zat besi
- - kacang-kacangan, lentil, dan tahu
- - kacang-kacangan dan biji-bijian
- - telur
Makanan yang tinggi vitamin C dapat membantu tubuh menyerap lebih banyak zat besi. Ini termasuk, buah jeruk dan jus, stroberi, kiwi, tomat, paprika. Cobalah mengonsumsi makanan tersebut bersamaan dengan mengonsumsi makanan kaya zat besi.
Selain itu, pilihlah makanan yang tinggi folat untuk membantu mencegah kekurangan folat. Ini termasuk, sayuran berdaun hijau, buah jeruk dan jus, kacang kering, roti dan sereal yang diperkaya dengan asam folat. Ikuti petunjuk dokter untuk mengonsumsi vitamin prenatal yang mengandung zat besi dan asam folat dalam jumlah cukup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)