FITNESS & HEALTH

AMD Basah Lebih Cepat Menyebabkan Kebutaan, Bagaimana Cara Mencegahnya?

Raka Lestari
Sabtu 16 Oktober 2021 / 11:32
Jakarta: Age-related Macular Degeneration atau AMD merupakan salah satu penyakit yang paling sering dijumpai. Khususnya bagi populasi lanjut usia (aging population) di Indonesia.

Jika tidak ditangani secara tepat dan teratur, maka AMD akan berujung parah. Bagi penderita AMD tipe basah (wet AMD), dapat terjadi komplikasi hingga kebutaan.

"AMD sendiri terbagi menjadi 2 jenis, yaitu AMD kering (dry AMD) dan AMD basah (wet AMD). Pada AMD kering terjadi kerusakan makula secara bertahap, biasanya selama bertahun-tahun, karena sel-sel retina mati dan tidak diregenerasi," ujar Dr.dr. Gitalisa Andayani, Sp.M(K), Dokter Spesialis Mata Konsultan RSCM-FKUI, dalam Virtual Media Briefing Hari Penglihatan Sedunia, pada Kamis, 14 Oktober 2021.

Sekitar 10-15 persen orang dengan AMD kering, penyakitnya akan berkembang menjadi AMD basah. Pada AMD basah, terjadi pertumbuhan pembuluh darah abnormal ke dalam makula, sehingga terjadi perdarahan atau akumulasi cairan di makula.

Akibatnya, akan timbul jaringan parut pada makula yang menyebabkan pasien kehilangan penglihatan sentralnya (kebutaan). AMD basah sering berkembang dengan sangat cepat dan dapat menyebabkan kehilangan daya lihat yang sangat signifikan.
 

Pengobatan AMD


Terkait pengobatan, dr. Gita menambahkan, AMD kering biasanya tidak mengakibatkan kehilangan penglihatan total. Sayangnya, saat ini belum ada pengobatan yang efektif. Namun terapi pada AMD basah telah mengalami perkembangan pesat dalam 2 dekade terakhir.

Salah satu obatnya adalah Aflibercept yang dapat menghambat faktor pertumbuhan endotel anti-vaskular (vascular endothelial growth factor atau VEGF). Terapi dengan Aflibercept dilakukan dengan cara suntikan ke dalam bola mata (intravitreal), dapat memperlambat pertumbuhan pembuluh darah abnormal dan mencegah kerusakan makula lebih lanjut, sehingga mencegah kebutaan.

Studi ALTAIR pada 2020 menunjukan bahwa, terapi Aflibercept intravitreal pada penderita AMD tipe basah dapat memperpanjang jarak interval pengobatan dalam rejimen treat-and-entend (T&E) dengan penyesuaian 2 minggu atau 4 minggu.  

Hasil terapi menunjukkan perbaikan penglihatan dan anatomi makula pada pasien yang sebelumnya belum pernah menggunakan pengobatan selama 52 minggu, sekaligus mengurangi beban pengobatan.

“Pada intinya, saat ini layanan terhadap pasien AMD di Indonesia, khususnya AMD tipe basah sudah dilakukan dengan baik. Pasien tidak perlu khawatir karena tentu rumah sakit sudah menjalankan protokol yang ketat," kata dr. Gita.

"Oleh karena itu, seluruh masyarakat termasuk lansia, perlu melakukan pemeriksaan mata secara berkala. Lakukan pemeriksaan mata minimal sekali dalam setahun, terutama ketika mulai menginjak usia 40 tahun, serta perlu dideteksi berbagai gangguan mata degeneratif termasuk AMD,” tutup dr. Gita. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH