FITNESS & HEALTH

Skoliosis, Kelainan Tulang Belakang yang Kerap Dialami Remaja dan Perempuan

Medcom
Sabtu 08 April 2023 / 14:01
Jakarta: Kelainan pada tulang belakang atau disebut skoliosis ditandai dengan bentuk punggung melengkung seperti huruf C atau S. Skoliosis ini kerap dialami oleh remaja pada masa pubertas yaitu sekitar usia 10–15 tahun dan perempuan.

Dokter Spesialis Tulang Belakang RS Premier Bintaro, dr. Omar Luthfi, Sp. OT (K) Spine mengungkapkan, berdasarkan pengidap skoliosis terbanyak yaitu tipe adolescence sekitar 90 persen dan terjadi pada remaja usia 11-18 tahun.

Sementara, untuk kondisi lainnya seperti infantile (1 persen) terjadi pada bayi usia 0-3 tahun. Ada juga jenis juvenile (3 persen) terjadi pada anak-anak usia 4-10 tahun. Sementara untuk dewasa yaitu sekitar 6 persen.

Meski Skoliosis hanya menimbulkan keluhan ringan, tetapi kelainan tulang ini dapat berkembang menjadi lebih parah seiring pertambahan usia. Jika tidak ditangani, lengkungan skoliosis yang sangat parah dapat menimbulkan kerusakan sendi dan nyeri berkepanjangan.

"Skoliosis ini kerap menyerang pada remaja usia 11 sampai 18 tahunan. Selain itu, lebih banyak kasusnya pada wanita dibandingkan laki-laki,” ucap dr. Omar dalam Media Gathering RS Premier Bintaro.
 

Penyebab Skoliosis


Menurut dr. Omar, sekitar 80 persen kasus yaitu idiopatik. Maksudnya, saat ini belum diketahui penyebab pastinya. Namun, ada juga pasien yang alami skoliosis sejak lahir, proses penuaan, hingga gangguan sistem saraf dan otot.

Selain itu, ada jenis skoliosis non struktural. Kondisi ini biasanya terjadi karena postur atau kebiasaan yang dilakukan. Selain itu, otot yang tegang dan panjang tungkai berbeda juga mendorong seseorang alami skoliosis.


 

Gejalanya


Beragam gejala dialami pengidap skoliosis. Dilihat dari tingkat keparahan kondisi seperti:

- Tubuh tampak simetris dengan tulang belakang yang tampak melengkung atau miring ke satu sisi.
- Bahu tampak tinggi sebelah.
- Panggul tampak tinggi sebelah.
- Tulang belikat tampak lebih menonjol pada salah satu sisi.
- Jarak pinggang ke lengan tidak sama pada sisi kanan dan kiri.
 

Mendeteksi Skoliosis


Menurut dr. Omar, pihak rumah sakit bisa mendeteksi skoliosis dengan menerapkan Adam Test, yaitu dengan meluruskan tangan ke depan, mempertemukan kedua telapak tangan, membungku ke depan 90 derajat, hingga dokter akan melihat dari belakang dalam posisi duduk.

"Kita bisa melakukan screening skoliosis pada usia pasien menginjak 10-15 tahun. Keuntungan mendeteksi dini bisa dilakukan intervensi sedini mungkin, sebelum kurva menjadi berat. Kemudian bisa mencegah diperlukannya terapi operatif, hingga hasil penanganan yang lebih baik, ketimbang di operasi," kata dr. Omar.

"Mendeteksi Skoliosis diharapkan bisa sedini mungkin, sehingga kami bisa melakukan intervensi sedini mungkin juga. Jika kurvanya masih kecil, maka kami akan observasi aja tiap 4 sampai 6 bulan, kalau dia sudah di atas 25 tahun kami kasih brace, kalau terlanjur besar ya terpaksa harus operasi," terangnya.

Pertambahan kurva skoliosis akan berhenti pada saat orang itu tak menambah tinggi badan, tepatnya setelah umur 18 tahun. Jadi kalau dia sebelum umur 18 tahun kurvanya enggak sampai 45 sampai lima puluh, maka bebaslah dia dari operasi.

"Itu menjadi tujuan kami melakukan intervesi sedini mungkin spaya dia enggak perlu operasi. Asalkan orangnya disiplin pakai brace nya maka dia akan terhindar dari tindakan operasi," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH