FITNESS & HEALTH
Bunuh Bocah demi Jual Ginjal, Pakar: Tak Masuk Akal
Medcom
Sabtu 14 Januari 2023 / 09:15
Jakarta: Kasus pembunuhan anak untuk diambil ginjalnya dan dijual viral beberapa waktu lalu. Dokter menanggapi bahwa hal tersebut tidak masuk akal, khususnya jika harus dilakukan transplantasi ginjal kepada orang lain.
Ketua Asri Urology Center (AUC), Dr dr Nur Rasyid SpU (K) sendiri mengaku sedih mendengar berita ini. Pasalnya, jika ginjal tersebut digunakan untuk transplantasi, akan sangat panjang prosesnya. Ia menilai kurangnya wawasan pada anak menjadi salah satu faktor kesalahan fatal ini.
"Untuk menyumbangkan ginjal agar bisa dipakai hanya bisa satu dipastikan cocok dulu. Tidak bisa langsung dipakai. Bisa saja ditolak, bisa membuat meninggal yang menerimanya," kata dr. Nur Rasyid pada Grand Launching Kidney Transplant Siloam Hospital ASRI.
Beliau pun menjelaskan bagaimana transplantasi ginjal harusnya dilakukan. Transplantasi ginjal diketahui sudah dilakukan sejak tahun 1977, tetapi berkembang pesat pada tahun 2011. Kasus yang dilakukan pun terhitung 1.200 hingga saat ini.
“Awalnya, prosedur dilakukan dengan memasukkan alat laparaskopi melalui rongga perut (peritoneum dimana terdapat usus dan organ-organ lain), kemudian membuka ruangan belakang tempat ginjal berada,” katanya.
Dr. Rasyid mengatakan bahwa sejak 2018 teknik baru dikembangkan, di mana laparaskopi langsung ke lokasi ginjal (retroperitoneal). Menurutnya, hal ini membutuhkan keterampilan yang lebih baik dari operator, namun memberikan keuntungan yaitu komplikasi yang lebih rendah bagi pendonor.
“Awalnya, melalui prosedur transperitoneal dengan keuntungan lapangan pandang operasi yang lebih luas, dan secara teknis lebih mudah dibandingkan retroperitoneal. Pengembangan laparaskopi donor nefrektomi melalui retroperitoneal dimulai dengan membuat ruangan baru di area ginjal, yang bisa memberikan akses langsung ke pembuluh darah ginjal tanpa melalui rongga perut dan memindahkan usus besar sehingga menurunkan risiko komplikasi,” jelas dr. Nur Rasyid.
Pada 2020, tim transplantasi di RS Siloam ASRI sudah mulai mengembangkan teknik laparoskopi retroperiteneal. Rumah sakit ini diketahui telah melakukan operasi laparaskopi donor transperitoneal sebanyak 78 pasien dengan 1 komplikasi, dan retroperitoneal sebanyak 137 pasien tanpa adanya komplikasi.
Sementara dr. Nur Rasyid mengungkap dalam proses transplantasi ginjal pada resipien (penerima), secara fundamental yang harus dikuasai operator adalah penyambungan pembuluh darah (anastomosis vaskuler) dari donor ke resipien.
“Pada pemeriksaan CT angiografi untuk melihat pembuluh darah ginjal donor, seringkali ditemukan calon donor yang memiliki pembuluh darah arteri ginjal lebih dari satu atau yang disebut dengan multiple renal artery (MRA). Pada awal pengembangan transplantasi, calon donor seperti ini tidak ideal, sehingga kadang diminta mencari donor lain,” paparnya.
Meski demikian, dengan pengembangan kemampuan operasi (microsurgery) dari tim resipien RS Siloam ASRI yang mampu menyatukan beberapa pembuluh darah menjadi satu bagian. Hal ini memberikan kesempatan lebih besar pada ketersediaan donor dan memberikan keberhasilan yang sama baiknya dengan donor yang pembuluh darah arteri tunggal.
Prosedur persiapan transplantasi yang mulus atau seamless membutuhkan kerja sama antara koordinator transplan, tim advokasi yang baik, dokter spesialis nefrologi yang memastikan tingkat kecocokan organ donor dan resipien, dokter spesialis radiologi yang dapat menampilkan darah donor dan resipien dengan baik, dan tim dokter spesialis yang memastikan toleransi operasi pasien cukup untuk melaksanakan transplantasi.
“Dilakukan anestesi oleh tim anestesi yang berpengalaman dalam transplantasi organ di samping kesiapan tim bedah urologi untuk donor dengan laparaskopi dan untuk resipien dengan teknik bedah mikro sehingga menurunkan morbiditas dan meningkatkan keberhasilan transplantasi ginjal di RS Siloam ASRI hingga saat ini,” tutup dr. Nur Rasyid.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Ketua Asri Urology Center (AUC), Dr dr Nur Rasyid SpU (K) sendiri mengaku sedih mendengar berita ini. Pasalnya, jika ginjal tersebut digunakan untuk transplantasi, akan sangat panjang prosesnya. Ia menilai kurangnya wawasan pada anak menjadi salah satu faktor kesalahan fatal ini.
"Untuk menyumbangkan ginjal agar bisa dipakai hanya bisa satu dipastikan cocok dulu. Tidak bisa langsung dipakai. Bisa saja ditolak, bisa membuat meninggal yang menerimanya," kata dr. Nur Rasyid pada Grand Launching Kidney Transplant Siloam Hospital ASRI.
Beliau pun menjelaskan bagaimana transplantasi ginjal harusnya dilakukan. Transplantasi ginjal diketahui sudah dilakukan sejak tahun 1977, tetapi berkembang pesat pada tahun 2011. Kasus yang dilakukan pun terhitung 1.200 hingga saat ini.
“Awalnya, prosedur dilakukan dengan memasukkan alat laparaskopi melalui rongga perut (peritoneum dimana terdapat usus dan organ-organ lain), kemudian membuka ruangan belakang tempat ginjal berada,” katanya.
Dr. Rasyid mengatakan bahwa sejak 2018 teknik baru dikembangkan, di mana laparaskopi langsung ke lokasi ginjal (retroperitoneal). Menurutnya, hal ini membutuhkan keterampilan yang lebih baik dari operator, namun memberikan keuntungan yaitu komplikasi yang lebih rendah bagi pendonor.
“Awalnya, melalui prosedur transperitoneal dengan keuntungan lapangan pandang operasi yang lebih luas, dan secara teknis lebih mudah dibandingkan retroperitoneal. Pengembangan laparaskopi donor nefrektomi melalui retroperitoneal dimulai dengan membuat ruangan baru di area ginjal, yang bisa memberikan akses langsung ke pembuluh darah ginjal tanpa melalui rongga perut dan memindahkan usus besar sehingga menurunkan risiko komplikasi,” jelas dr. Nur Rasyid.
Pada 2020, tim transplantasi di RS Siloam ASRI sudah mulai mengembangkan teknik laparoskopi retroperiteneal. Rumah sakit ini diketahui telah melakukan operasi laparaskopi donor transperitoneal sebanyak 78 pasien dengan 1 komplikasi, dan retroperitoneal sebanyak 137 pasien tanpa adanya komplikasi.
Sementara dr. Nur Rasyid mengungkap dalam proses transplantasi ginjal pada resipien (penerima), secara fundamental yang harus dikuasai operator adalah penyambungan pembuluh darah (anastomosis vaskuler) dari donor ke resipien.
“Pada pemeriksaan CT angiografi untuk melihat pembuluh darah ginjal donor, seringkali ditemukan calon donor yang memiliki pembuluh darah arteri ginjal lebih dari satu atau yang disebut dengan multiple renal artery (MRA). Pada awal pengembangan transplantasi, calon donor seperti ini tidak ideal, sehingga kadang diminta mencari donor lain,” paparnya.
Meski demikian, dengan pengembangan kemampuan operasi (microsurgery) dari tim resipien RS Siloam ASRI yang mampu menyatukan beberapa pembuluh darah menjadi satu bagian. Hal ini memberikan kesempatan lebih besar pada ketersediaan donor dan memberikan keberhasilan yang sama baiknya dengan donor yang pembuluh darah arteri tunggal.
Prosedur persiapan transplantasi yang mulus atau seamless membutuhkan kerja sama antara koordinator transplan, tim advokasi yang baik, dokter spesialis nefrologi yang memastikan tingkat kecocokan organ donor dan resipien, dokter spesialis radiologi yang dapat menampilkan darah donor dan resipien dengan baik, dan tim dokter spesialis yang memastikan toleransi operasi pasien cukup untuk melaksanakan transplantasi.
“Dilakukan anestesi oleh tim anestesi yang berpengalaman dalam transplantasi organ di samping kesiapan tim bedah urologi untuk donor dengan laparaskopi dan untuk resipien dengan teknik bedah mikro sehingga menurunkan morbiditas dan meningkatkan keberhasilan transplantasi ginjal di RS Siloam ASRI hingga saat ini,” tutup dr. Nur Rasyid.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)