FITNESS & HEALTH

WHO: Bekerja dengan Durasi Lama Berisiko Kematian

A. Firdaus
Rabu 19 Mei 2021 / 08:04
Jakarta: Organisasi Kesehatan Dunia atau disebut WHO, menyebut bahaya bekerja berjam-jam. Menurut mereka, bekerja dengan durasi yang lama telah membunuh ratusan tibu orang setiap tahun.

Terlebih dalam tren yang semakin meningkat, akibat pandemi covid-19 yang membuat seseorang lupa akan durasi bekerja.

Dalam studi global pertama tentang hilangnya nyawa erkait dengan jam kerja yang lebih panjang, makalah di jurnal 'Environment International' menunjukkan bahwa, 745 ribu orang meninggal karena stroke dan penyakit jantung terkait dengan jam kerja yang panjang pada 2016. Hal tersebut meningkat hampir 30% jika dihitung sejak 2000.

"Bekerja 55 jam atau lebih per minggu merupakan bahaya kesehatan yang serius," ujar Maria Neira, Direktur Departemen Lingkungan, perubahan Iklim dan Kesehatan WHO, dikutip dari Reuters.

Atas dasar itu, WHO ingin mempromosikan lebih banyak tindakan, dan lebih banyak perlindungan terhadap pekerja.

Studi bersama, yang diproduksi oleh WHO dan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), menunjukkan bahwa sebagian besar korban (72 persen) adalah laki-laki dan berusia paruh baya atau lebih. Seringkali, kematian terjadi jauh di kemudian hari, kadang-kadang beberapa dekade kemudian, daripada bekerja shift.

Hal tersebut juga menunjukkan bahwa orang yang tinggal di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat-wilayah yang ditentukan WHO yang mencakup Tiongkok, Jepang, dan Australia, adalah wilayah yang paling berpengaruh.

Secara keseluruhan, penelitian mengambil data dari 194 negara, dan mengatakan bahwa bekerja 55 jam atau lebih seminggu dikaitkan dengan risiko stroke 35 persen lebih tinggi dan risiko kematian adalah penyakit jantung iskemik 17 % lebih tinggi dibandingkan dengan 35-40 jam kerja per minggu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH