FITNESS & HEALTH
Mata Juling Bisa Sembuh, Ahli Sebut 3 Hal Ini yang Bisa Dilakukan
Yuni Yuli Yanti
Minggu 26 Oktober 2025 / 14:54
Jakarta: Berdasarkan Survey of Ophthalmology, diperkirakan, prevalensi global mata juling (strabismus) mencapai 1,93 persen. Atau, setidaknya berjumlah 148 juta orang di seluruh dunia.
Strabismus terjadi akibat terganggunya atau lemahnya kontrol otak terhadap otot mata yang menyebabkan posisi kedua bola mata menjadi tidak sejajar. Risikonya, penyandang mata juling sering mengalami pandangan kabur, penglihatan ganda, sakit kepala, dan kelelahan saat beraktivitas.
"Mata Juling itu murni karena kedudukan bola matanya yang tidak sama dan tidak sinkron waktu bergerak. Saat salah satu bola mata bergulir, biasanya menyebabkan penglihatan agak berkurang. Atau bisa juga melihat dobel sampai sakit kepala," ujar Dr. Ni Retno Setyoningrum, SpM(K), MMedEdu, Dokter Subspesialis Konsultan Strabismus JEC Eye Hospitals & Clinics.
Di masyarakat kondisi strabismus sering kali dianggap sebagai cacat bawaan lahir atau bahkan ada yang menyebutnya 'kutukan'. Padahal, faktanya tidak demikian. Menurut Dr. Ni Retno, penyebab mata juling sampai saat ini belum diketahui, meskipun teknologinya sudah sangat tinggi.
"Memang diperkirakan secara genetik. Tetapi ternyata tidak genetik. Karena dilakukan penelitian di jurnal-jurnal. Kalau genetik itu kan jadi harusnya di gen yang sama. Ternyata walaupun dari orang tuanya ada yang juling, setelah diperiksa genya tidak di tempat yang sama dan selalu berbeda. Jadi, kondisi ini dapat dikatakan hanya kelainan bawaan saja," jelas dr Ni Retno dalam acara "Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC", di RS Mata JEC @Menteng, Jakarta, Sabtu (25/10/2025).
"Kedua, latihan otot mata dengan alat, di mana syarat mata julingnya tidak terlalu besar. Dan, yang ketiga adalah operasi dengan tujuan menguatkan salah satu bagian otot-otot mata yang lemah atau melemahkan otot-otot mata yang terlalu kuat, sehingga kedudukan bola mata jadi seimbang," tambah Dr. Ni Retno.

(Muhammad Zaki Albani (12 tahun) penerima manfaat "Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC" dan Ibu Dara (orang tua Zaki). Dara menceritakan bahwa strabismus yang dialami Zaki baru terlihat saat usia bayi . Hingga berusia 12 tahun Zaki kerap merasa pusing karena mata juling dan ia sering mendapatkan stigma negatif bahkan bullying oleh teman-teman sekolahnya. Setelah dilakukan operasi melalui Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC, kini Zaki bisa melihat dengan normal dan merasa lebh percaya diri berada di lingkungannya. sejak Foto: Dok. Yuni)
Sebuah riset di Jepang menunjukkan bahwa tiga bulan setelah operasi mata juling, para pasien mengalami peningkatan signifikan dalam fungsi penglihatan, kesehatan fisik, dan kesehatan mental mereka.
Perdana digagas pada 2022, program tahunan “Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC” telah membantu lebih dari 100 pasien strabismus dari berbagai daerah di Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, DR. dr. Soefiandi Soedarman, SpM(K) selaku Direktur Medik & Keperawatan Rumah Sakit Mata JEC @Menteng, menyampaikan tahun ini, RS Mata JEC @Menteng menjadi tuan rumah penyelenggaraan telah berpengalaman menangani kesehatan mata anak termasuk penderita mata juling. Dengan menyasar 30 penerima manfaat, operasi mata juling gratis akan digelar sepanjang bulan Oktober-November 2025.
"Mata juling tidak seharusnya membuat hidup penyandangnya terhenti secara psikososial. Mereka harus termotivasi agar bangkit. Harapan kami, operasi yang kami fasilitasi mampu memulihkan fungsi penglihatan serta mengembalikan kepercayaan diri mereka. Dengan demikian, mereka bisa kembali berinteraksi dan berkontribusi di tengah masyarakat, tanpa perlu mendapatkan stigma apapun," imbuh DR. dr. Soefiandi.
Selain intervensi medis gratis, ‘Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC’ dalam rangka World Sight Day 2025 juga dibarengi kegiatan pengayaan wawasan mengenai mata juling (strabismus).
Aktivitas berupa rangkaian kegiatan edukasi mengenai mata juling melaluichannel offline dan online (Podcast, Youtube, Sosmed) untuk masyarakat telah dilangsungkan dengan melibatkan partisipan dari kalangan tenaga kesehatan, sekolah, serta orang tua agar lebih memahami pentingnya deteksi dan penanganan strabismus sejak dini.
"Dengan pendekatan edukasi dan pelayanan medis yang berjalan berdampingan, JEC juga berupaya membangun ekosistem kesehatan mata di Indonesia yang lebih peduli dan responsif," tutup DR. dr. Soefiandi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(yyy)
Strabismus terjadi akibat terganggunya atau lemahnya kontrol otak terhadap otot mata yang menyebabkan posisi kedua bola mata menjadi tidak sejajar. Risikonya, penyandang mata juling sering mengalami pandangan kabur, penglihatan ganda, sakit kepala, dan kelelahan saat beraktivitas.
"Mata Juling itu murni karena kedudukan bola matanya yang tidak sama dan tidak sinkron waktu bergerak. Saat salah satu bola mata bergulir, biasanya menyebabkan penglihatan agak berkurang. Atau bisa juga melihat dobel sampai sakit kepala," ujar Dr. Ni Retno Setyoningrum, SpM(K), MMedEdu, Dokter Subspesialis Konsultan Strabismus JEC Eye Hospitals & Clinics.
Di masyarakat kondisi strabismus sering kali dianggap sebagai cacat bawaan lahir atau bahkan ada yang menyebutnya 'kutukan'. Padahal, faktanya tidak demikian. Menurut Dr. Ni Retno, penyebab mata juling sampai saat ini belum diketahui, meskipun teknologinya sudah sangat tinggi.
"Memang diperkirakan secara genetik. Tetapi ternyata tidak genetik. Karena dilakukan penelitian di jurnal-jurnal. Kalau genetik itu kan jadi harusnya di gen yang sama. Ternyata walaupun dari orang tuanya ada yang juling, setelah diperiksa genya tidak di tempat yang sama dan selalu berbeda. Jadi, kondisi ini dapat dikatakan hanya kelainan bawaan saja," jelas dr Ni Retno dalam acara "Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC", di RS Mata JEC @Menteng, Jakarta, Sabtu (25/10/2025).
Penanganan mata juling
Dr. Ni Retno mengatakan pada pasien mata juling dapat dilakukan tiga tata laksana. Pertama, terapi kacamata. Misalnya, pada anak-anak yang juling keluar, itu kalau minusnya tinggi sekali, biasanya diberikan kacamata akomodatif. Atau kalau pasien yang melihatnya dua, maka itu biasanya kita bantu dengan prisma."Kedua, latihan otot mata dengan alat, di mana syarat mata julingnya tidak terlalu besar. Dan, yang ketiga adalah operasi dengan tujuan menguatkan salah satu bagian otot-otot mata yang lemah atau melemahkan otot-otot mata yang terlalu kuat, sehingga kedudukan bola mata jadi seimbang," tambah Dr. Ni Retno.

(Muhammad Zaki Albani (12 tahun) penerima manfaat "Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC" dan Ibu Dara (orang tua Zaki). Dara menceritakan bahwa strabismus yang dialami Zaki baru terlihat saat usia bayi . Hingga berusia 12 tahun Zaki kerap merasa pusing karena mata juling dan ia sering mendapatkan stigma negatif bahkan bullying oleh teman-teman sekolahnya. Setelah dilakukan operasi melalui Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC, kini Zaki bisa melihat dengan normal dan merasa lebh percaya diri berada di lingkungannya. sejak Foto: Dok. Yuni)
Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC
Diketahui, solusi penanganan berupa operasi korektif terbukti bukanlah sekadar prosedur kosmetik, melainkan intervensi medis yang memberikan dampak positif jangka panjang.Sebuah riset di Jepang menunjukkan bahwa tiga bulan setelah operasi mata juling, para pasien mengalami peningkatan signifikan dalam fungsi penglihatan, kesehatan fisik, dan kesehatan mental mereka.
Perdana digagas pada 2022, program tahunan “Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC” telah membantu lebih dari 100 pasien strabismus dari berbagai daerah di Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, DR. dr. Soefiandi Soedarman, SpM(K) selaku Direktur Medik & Keperawatan Rumah Sakit Mata JEC @Menteng, menyampaikan tahun ini, RS Mata JEC @Menteng menjadi tuan rumah penyelenggaraan telah berpengalaman menangani kesehatan mata anak termasuk penderita mata juling. Dengan menyasar 30 penerima manfaat, operasi mata juling gratis akan digelar sepanjang bulan Oktober-November 2025.
"Mata juling tidak seharusnya membuat hidup penyandangnya terhenti secara psikososial. Mereka harus termotivasi agar bangkit. Harapan kami, operasi yang kami fasilitasi mampu memulihkan fungsi penglihatan serta mengembalikan kepercayaan diri mereka. Dengan demikian, mereka bisa kembali berinteraksi dan berkontribusi di tengah masyarakat, tanpa perlu mendapatkan stigma apapun," imbuh DR. dr. Soefiandi.
Selain intervensi medis gratis, ‘Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC’ dalam rangka World Sight Day 2025 juga dibarengi kegiatan pengayaan wawasan mengenai mata juling (strabismus).
Aktivitas berupa rangkaian kegiatan edukasi mengenai mata juling melaluichannel offline dan online (Podcast, Youtube, Sosmed) untuk masyarakat telah dilangsungkan dengan melibatkan partisipan dari kalangan tenaga kesehatan, sekolah, serta orang tua agar lebih memahami pentingnya deteksi dan penanganan strabismus sejak dini.
"Dengan pendekatan edukasi dan pelayanan medis yang berjalan berdampingan, JEC juga berupaya membangun ekosistem kesehatan mata di Indonesia yang lebih peduli dan responsif," tutup DR. dr. Soefiandi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(yyy)