FITNESS & HEALTH
Pentingnya Lindungi Anak-Anak dari Bahaya Zat BPA
Elang Riki Yanuar
Jumat 11 Februari 2022 / 19:58
Jakarta: Pakar pendidikan autisme, Dr Imaculata Umiyati MSi mengingatkan pentingnya menjauhkan anak-anak dari paparan zat berbahaya seperti BPA (Bisphenol A). BPA adalah bahan kimia yang biasa dipakai dalam membuat botol plastik.
Menurut pemiliki Imaculata Autism Boarding School ini, paparan zat BPA bisa saja menjadi faktor eksternal autisme. Apalagi, Imaculata menyebut penderita autisme meningkat setiap tahunnya.
Imaculata memaparkan, menurut data CDC (Center for Disease Control and Prevention, USA) pada tahun 2012, setiap setiap 88 anak, ditemukan 1 anak pengidap autisme. Lalu pada tahun 2014, setiap 68 anak ditemukan satu anak autis. Namun, di Indonesia sendiri sampai saat ini belum ada survei mengenai jumlah akurat anak penyandang autisme.
"Tidak ada data penderita autis secara nasional. Dampak dari salah seorang anak terkena autis itu luar biasa. Tidak mudah mempunyai anak autis. Untuk pendidikan anak autis, satu penderita harus ditangani satu orang guru," kata Dr Imaculata Umiyati MSi dalam keterangan tertulisnya.
Karena itu, Imaculata mengingatkan pentingnya pelabelan free BPA di setiap kemasan plastik. Sehingga orang tua bisa tahu mana kemasan plastik yang berbahaya untuk anak-anaknya.
"Di negara-negara maju sudah melarang penggunaan kemasan plastik yang mengandung BPA. Di Indonesia sudah bagus juga. Botol-botol susu untuk bayi, piring, sendok plastik dan peralatan mainan anak sudah free BPA. Tinggal dari galon guna ulang yang belum free BPA," kata Imaculata
Hal senada juga disampaikan Ketua JPKL (Jurnalis Peduli Kesehatan dan Lingkungan) Roso Daras. Menurut Roso, BPA terbukti sebagai sumber segala sumber penyakit seperti di antaranya, kanker, autis, syaraf, dan masih banyak lagi.
JPKL pun mendukung keputusan BPOM untuk Perubahan Kedua atas Peraturan BPOM No 31 tahun 2018 Tentang Label Pangan Olahan. Karena dengan adanya Perubahan Peraturan BPOM ini anak-anak Indonesia akan terlindungi dari bahaya zat BPA.
"Banyak anak-anak minum susu formula, airnya dari galon guna ulang berbahan polycarbonat dengan kode daur ulang 7 yang mengandung BPA. Itulah jalan masuk BPA ke dalam tubuh bayi. Di negara-negara maju sudah tidak menggunakan kemasan polycarbonat lagi. Karena dilarang menggunakan kemasan yang mengandung BPA," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(ELG)
Menurut pemiliki Imaculata Autism Boarding School ini, paparan zat BPA bisa saja menjadi faktor eksternal autisme. Apalagi, Imaculata menyebut penderita autisme meningkat setiap tahunnya.
Imaculata memaparkan, menurut data CDC (Center for Disease Control and Prevention, USA) pada tahun 2012, setiap setiap 88 anak, ditemukan 1 anak pengidap autisme. Lalu pada tahun 2014, setiap 68 anak ditemukan satu anak autis. Namun, di Indonesia sendiri sampai saat ini belum ada survei mengenai jumlah akurat anak penyandang autisme.
"Tidak ada data penderita autis secara nasional. Dampak dari salah seorang anak terkena autis itu luar biasa. Tidak mudah mempunyai anak autis. Untuk pendidikan anak autis, satu penderita harus ditangani satu orang guru," kata Dr Imaculata Umiyati MSi dalam keterangan tertulisnya.
Karena itu, Imaculata mengingatkan pentingnya pelabelan free BPA di setiap kemasan plastik. Sehingga orang tua bisa tahu mana kemasan plastik yang berbahaya untuk anak-anaknya.
"Di negara-negara maju sudah melarang penggunaan kemasan plastik yang mengandung BPA. Di Indonesia sudah bagus juga. Botol-botol susu untuk bayi, piring, sendok plastik dan peralatan mainan anak sudah free BPA. Tinggal dari galon guna ulang yang belum free BPA," kata Imaculata
Hal senada juga disampaikan Ketua JPKL (Jurnalis Peduli Kesehatan dan Lingkungan) Roso Daras. Menurut Roso, BPA terbukti sebagai sumber segala sumber penyakit seperti di antaranya, kanker, autis, syaraf, dan masih banyak lagi.
JPKL pun mendukung keputusan BPOM untuk Perubahan Kedua atas Peraturan BPOM No 31 tahun 2018 Tentang Label Pangan Olahan. Karena dengan adanya Perubahan Peraturan BPOM ini anak-anak Indonesia akan terlindungi dari bahaya zat BPA.
"Banyak anak-anak minum susu formula, airnya dari galon guna ulang berbahan polycarbonat dengan kode daur ulang 7 yang mengandung BPA. Itulah jalan masuk BPA ke dalam tubuh bayi. Di negara-negara maju sudah tidak menggunakan kemasan polycarbonat lagi. Karena dilarang menggunakan kemasan yang mengandung BPA," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)