FITNESS & HEALTH
Tips Agar Tetap Bisa Latihan Fisik saat Puasa meski Pandemi Covid-19
Kumara Anggita
Rabu 14 April 2021 / 16:46
Jakarta: Menjalani puasa dengan masih adanya pandemi covid-19 bisa membuatmu menjadi malas-malasan. Tentunya, kamu enggak boleh mengikuti aktivitas negatif tersebut karena berisiko terkena berbagai penyakit.
Dr. dr. Listya Tresnanti Mirtha, Sp.KO membeberkan riset dari Riskesdas tahun 2018. Riset tersebut menunjukkan bahwa proporsi masyarakat Indonesia yang aktivitas fisiknya kurang (inaktivitas fisik) masih tergolong tinggi, yaitu sebesar 33.5%.
Data tersebut merupakan kondisi sebelum pandemi dan diperkirakan angka ini meningkat saat pandemi. Di mana aktivitas di luar rumah dibatasi, salah satunya banyak yang bekerja atau belajar dari rumah (Work From Home atau School From Home).
“Padahal kurang aktivitas fisik menjadi faktor risiko primer ke-4 penyebab kematian di dunia,”
kata dokter yang merupakan spesialis kedokteran olahraga di RS UI itu.
Terminologi terkait aktivitas fisik yang sering keliru dan disamakan dengan olahraga. Menurut Dr. dr. Listya Tresnanti Mirtha, aktivitas fisik (physical activity) yaitu seluruh gerakan tubuh sebagai hasil kontraksi otot rangka, yang akan meningkatkan energi ekspenditur.
Sementara latihan fisik (exercise) yaitu aktivitas fisik yang terencana terstruktur dengan gerakan yang dilakukan berulang untuk memperbaiki atau memelihara komponen kebugaran jasmani.
"Kemudian, olahraga (sport) yaitu aktivitas fisik yang mempunyai ciri permainan, mempunyai aturan tertentu, serta mengandung unsur kompetisi.” ujar dokter yang akrab disapa dr. Tata ini.
Saat menjalankan ibadah puasa, asupan makanan dan minuman berkurang. Sehingga energi yang dimiliki lebih sedikit dari biasanya.
Walaupun begitu, dr. Tata menjelaskan bahwa kamu masih dapat melakukan latihan fisik dengan beberapa penyesuaian. Seperti mengurangi frekuensi, buat intensitas lebih ringan dari biasanya, lakukan dengan waktu dibuat lebih singkat, dan pilih jenis latihan fisik yang bersifat kardiorespirasi.
“Tidak hanya 4 poin tersebut, dalam melakukan latihan fisik yang aman kita juga harus menerapkan prinsip BBTT (Baik, Benar, Terukur, Teratur),” terang dr. Tata.
-Baik
Menurut dr. Tata prinsip 'Baik' yaitu latihan dimulai sejak dini sesuai dengan kondisi fisik medis, tidak menimbulkan dampak yang merugikan, serta mampu laksana.
-Benar
Prinsip 'Benar' yaitu latihan dimulai secara bertahap. Diawali dengan pemanasan 10-15 menit, latihan inti 20-60 menit, dan diakhiri dengan pendinginan 5-10 menit.
-Terukur
Prinsip 'Terukur' yaitu denyut nadi maksimal 220 dikurangi usia kamu saat ini, dan peningkatan secara bertahap.
-Teratur
Kemudian prinsip 'Teratur' yaitu latihan dilakukan secara teratur. Seperti 2 kali seminggu untuk awal, 3-4 kali perminggu untuk lanjutan dengan selang 1 hari untuk pemulihan.
“Dengan membuat tubuh tetap aktif bergerak selama berpuasa akan menjaga kebugaran tubuh dan dapat memelihara produktivitas. Bergerak saat puasa justru dapat mengurangi fatigue atau kelelahan, dibandingkan dengan hanya bermalas-malasan yang justru membuat tubuh lelah,” tutup dr. Tata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Dr. dr. Listya Tresnanti Mirtha, Sp.KO membeberkan riset dari Riskesdas tahun 2018. Riset tersebut menunjukkan bahwa proporsi masyarakat Indonesia yang aktivitas fisiknya kurang (inaktivitas fisik) masih tergolong tinggi, yaitu sebesar 33.5%.
Data tersebut merupakan kondisi sebelum pandemi dan diperkirakan angka ini meningkat saat pandemi. Di mana aktivitas di luar rumah dibatasi, salah satunya banyak yang bekerja atau belajar dari rumah (Work From Home atau School From Home).
“Padahal kurang aktivitas fisik menjadi faktor risiko primer ke-4 penyebab kematian di dunia,”
kata dokter yang merupakan spesialis kedokteran olahraga di RS UI itu.
Perbedaan aktivitas fisik, latihan fisik, dan olahraga
Terminologi terkait aktivitas fisik yang sering keliru dan disamakan dengan olahraga. Menurut Dr. dr. Listya Tresnanti Mirtha, aktivitas fisik (physical activity) yaitu seluruh gerakan tubuh sebagai hasil kontraksi otot rangka, yang akan meningkatkan energi ekspenditur.
Sementara latihan fisik (exercise) yaitu aktivitas fisik yang terencana terstruktur dengan gerakan yang dilakukan berulang untuk memperbaiki atau memelihara komponen kebugaran jasmani.
"Kemudian, olahraga (sport) yaitu aktivitas fisik yang mempunyai ciri permainan, mempunyai aturan tertentu, serta mengandung unsur kompetisi.” ujar dokter yang akrab disapa dr. Tata ini.
Aktivitas fisik saat puasa
Saat menjalankan ibadah puasa, asupan makanan dan minuman berkurang. Sehingga energi yang dimiliki lebih sedikit dari biasanya.
Walaupun begitu, dr. Tata menjelaskan bahwa kamu masih dapat melakukan latihan fisik dengan beberapa penyesuaian. Seperti mengurangi frekuensi, buat intensitas lebih ringan dari biasanya, lakukan dengan waktu dibuat lebih singkat, dan pilih jenis latihan fisik yang bersifat kardiorespirasi.
“Tidak hanya 4 poin tersebut, dalam melakukan latihan fisik yang aman kita juga harus menerapkan prinsip BBTT (Baik, Benar, Terukur, Teratur),” terang dr. Tata.
-Baik
Menurut dr. Tata prinsip 'Baik' yaitu latihan dimulai sejak dini sesuai dengan kondisi fisik medis, tidak menimbulkan dampak yang merugikan, serta mampu laksana.
-Benar
Prinsip 'Benar' yaitu latihan dimulai secara bertahap. Diawali dengan pemanasan 10-15 menit, latihan inti 20-60 menit, dan diakhiri dengan pendinginan 5-10 menit.
-Terukur
Prinsip 'Terukur' yaitu denyut nadi maksimal 220 dikurangi usia kamu saat ini, dan peningkatan secara bertahap.
-Teratur
Kemudian prinsip 'Teratur' yaitu latihan dilakukan secara teratur. Seperti 2 kali seminggu untuk awal, 3-4 kali perminggu untuk lanjutan dengan selang 1 hari untuk pemulihan.
“Dengan membuat tubuh tetap aktif bergerak selama berpuasa akan menjaga kebugaran tubuh dan dapat memelihara produktivitas. Bergerak saat puasa justru dapat mengurangi fatigue atau kelelahan, dibandingkan dengan hanya bermalas-malasan yang justru membuat tubuh lelah,” tutup dr. Tata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)