FITNESS & HEALTH
Kemenkes Tak Jadi Sebar Nyamuk ber-Wolbachia di Bali, Ini Alasannya
Aulia Putriningtias
Sabtu 25 November 2023 / 07:10
Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan bahwa persebaran nyamuk ber-Wolbachia dilakukan di lima kota. Asalnya adalah enam, tetapi Bali tidak jadi dilakukan.
Persebaran kotak tersebut yakni Kota Semarang, Kota Bontang, Kota Kupang, Kota Jakarta Barat, dan Kota Bandung. Adapun alasannya dari penolakan persebaran nyamuk ber-Wolbachia ini di Bali adalah kurangnya sosialisasi.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr. Maxi Rein Rondonuwu, di mana mengatakan masyarakat Bali cenderung takut. Selain itu, tak sedikit yang belum mengetahui dampak dan risiko persebaran nyamuk ber-Wolbachia ini.
"Sampai ke akar rumput itu memang kurang, sehingga masyarakat di sana belum tahu informasi manfaatnya. Dan di Bali memang ditangani salah satu donatur yang membiayai, sehingga koordinasi dengan Dinas Kesehatan itu kurang," kata dr. Maxi dalam konferensi pers, Jumat, 24 November 2023.
Nyamuk ber-Wolbachia sendiri adalah nyamuk Aedes aegypti yang diberikan bakteri Wolbachia. Inovasi ini dikembangkan oleh tim peneliti dari Universitas Gajah Mada sejak tahun 2011 silam.
Jadi, nyamuk ber-Wolbachia ini sejatinya adalah tetap nyamuk Aedes aegypti. Namun, teknologi Wolbachia di dalamnya yang membuat nama tersebut menjadi 'Nyamuk ber-Wolbachia'; bukan merupakan jenis dari nyamuk.
Sebagaimana pada kasus dengue tahun 2023 di Indonesia, kasus sudah tercatat sebanyak 76.441. Sementara, korban meninggal akibat dengue tercatat sebanyak 571 kasus. Menurut dr. Maxi, tahun ini mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, tetapi masih dianggap cukup tinggi.
Kehadiran inovasi teknologi Wolbachia ini diharapkan bisa membantu sebagai pelengkap upaya program pemerintah untuk menekan angka penyebaran DBD. Terlebih, musim hujan sudah mulai tiba di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Persebaran kotak tersebut yakni Kota Semarang, Kota Bontang, Kota Kupang, Kota Jakarta Barat, dan Kota Bandung. Adapun alasannya dari penolakan persebaran nyamuk ber-Wolbachia ini di Bali adalah kurangnya sosialisasi.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr. Maxi Rein Rondonuwu, di mana mengatakan masyarakat Bali cenderung takut. Selain itu, tak sedikit yang belum mengetahui dampak dan risiko persebaran nyamuk ber-Wolbachia ini.
"Sampai ke akar rumput itu memang kurang, sehingga masyarakat di sana belum tahu informasi manfaatnya. Dan di Bali memang ditangani salah satu donatur yang membiayai, sehingga koordinasi dengan Dinas Kesehatan itu kurang," kata dr. Maxi dalam konferensi pers, Jumat, 24 November 2023.
Nyamuk ber-Wolbachia sendiri adalah nyamuk Aedes aegypti yang diberikan bakteri Wolbachia. Inovasi ini dikembangkan oleh tim peneliti dari Universitas Gajah Mada sejak tahun 2011 silam.
Jadi, nyamuk ber-Wolbachia ini sejatinya adalah tetap nyamuk Aedes aegypti. Namun, teknologi Wolbachia di dalamnya yang membuat nama tersebut menjadi 'Nyamuk ber-Wolbachia'; bukan merupakan jenis dari nyamuk.
Sebagaimana pada kasus dengue tahun 2023 di Indonesia, kasus sudah tercatat sebanyak 76.441. Sementara, korban meninggal akibat dengue tercatat sebanyak 571 kasus. Menurut dr. Maxi, tahun ini mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, tetapi masih dianggap cukup tinggi.
Kehadiran inovasi teknologi Wolbachia ini diharapkan bisa membantu sebagai pelengkap upaya program pemerintah untuk menekan angka penyebaran DBD. Terlebih, musim hujan sudah mulai tiba di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)