FITNESS & HEALTH
Hasil Sero Survei: Terjadi Imunitas Hybrid pada Penyintas Covid-19
Raka Lestari
Sabtu 19 Maret 2022 / 09:22
Jakarta: Pemerintah Indonesia telah melakukan sero survei untuk mengetahui tingkat antibodi yang dimiliki oleh penduduk Indonesia terhadap SARS-CoV-2 atau covid-19. Sero survei ini dilakukan oleh Tim dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas Indonesia bersama dengan Kemenkes dan Kemendagri.
“Kita melihat bahwa bulan Desember yang sudah memiliki antibodi 86,6 persen. Antibodi ini tidak mencegah penularan dan tidak mencegah transmisi, dia mencegah hospitalization dan kematian,” ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam Konferensi Pers Virtual, pada Jumat, 18 Maret 2022.
Itulah sebabnya, menurut Menkes Budi, pada Januari lalu walaupun sudah 86,6 persen, tetap kasus Varian Omicron lebih tinggi dari Varian Delta. Tetapi untuk hospitalizationm hanya seperempat sampai seperlima Delta dan kematiannya pun hanya sepersepuluh dari Delta.
“Data menunjukkan bahwa imunitas paling tinggi itu kalau terjadi kombinasi antara infeksi ditambah vaksinasi. Suka atau tidak suka, mendingan kita vaksinasi dulu baru tertular karena vaksinasi mengurangi risiko hospitalisasi. Daripada kena duluan, baru vaksinasi,” ungkap Budi.
Menkes juga menyarankan agar masyarakat bisa melakukan vaksinasi secepatnya, karena itu nanti akan memberikan proteksi agar jika terkena tidak mengalami gejala yang parah. Kalaupun kena gejalanya ringan, malah akan jadi lebih kuat daya tahannya.
Menurut ahli epidemiologi Pandu Riono, yang juga ikut dalam melakukan sero survei ini, penduduk-penduduk yang pernah terinfeksi atau mengalami infeksi alamiah dan kemudian divaksinasi maka mereka memiliki tingkat antibodi yang paling tinggi. Dalam ilmu pengetahuan, fenomena ini disebut sebagai imunitas hybrid.
“Artinya penduduk-penduduk ini adalah yang mempunyai kombinasi imunitas dari pernah terinfeksi sebelumnya, kemudian mendapat vaksinasi dari pemerintah minimal satu kali. Ada yang menyebutkan juga fenomena ini super immunity,” tutup Pandu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
“Kita melihat bahwa bulan Desember yang sudah memiliki antibodi 86,6 persen. Antibodi ini tidak mencegah penularan dan tidak mencegah transmisi, dia mencegah hospitalization dan kematian,” ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam Konferensi Pers Virtual, pada Jumat, 18 Maret 2022.
Itulah sebabnya, menurut Menkes Budi, pada Januari lalu walaupun sudah 86,6 persen, tetap kasus Varian Omicron lebih tinggi dari Varian Delta. Tetapi untuk hospitalizationm hanya seperempat sampai seperlima Delta dan kematiannya pun hanya sepersepuluh dari Delta.
“Data menunjukkan bahwa imunitas paling tinggi itu kalau terjadi kombinasi antara infeksi ditambah vaksinasi. Suka atau tidak suka, mendingan kita vaksinasi dulu baru tertular karena vaksinasi mengurangi risiko hospitalisasi. Daripada kena duluan, baru vaksinasi,” ungkap Budi.
Menkes juga menyarankan agar masyarakat bisa melakukan vaksinasi secepatnya, karena itu nanti akan memberikan proteksi agar jika terkena tidak mengalami gejala yang parah. Kalaupun kena gejalanya ringan, malah akan jadi lebih kuat daya tahannya.
Menurut ahli epidemiologi Pandu Riono, yang juga ikut dalam melakukan sero survei ini, penduduk-penduduk yang pernah terinfeksi atau mengalami infeksi alamiah dan kemudian divaksinasi maka mereka memiliki tingkat antibodi yang paling tinggi. Dalam ilmu pengetahuan, fenomena ini disebut sebagai imunitas hybrid.
“Artinya penduduk-penduduk ini adalah yang mempunyai kombinasi imunitas dari pernah terinfeksi sebelumnya, kemudian mendapat vaksinasi dari pemerintah minimal satu kali. Ada yang menyebutkan juga fenomena ini super immunity,” tutup Pandu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)