FITNESS & HEALTH

IDAI Rekomendasikan Anak Usia 6-18 Tahun Divaksinasi DBD

A. Firdaus
Kamis 27 Juni 2024 / 11:14
Jakarta: Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), DBD menjadi salah satu ancaman utama kesehatan masyarakat di dunia. Insiden DBD meningkat secara signifikan di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir, dengan kasus yang dilaporkan kepada WHO naik dari 505.430 kasus pada 2000 menjadi 5,2 juta pada 2019.

Jumlah kasus demam berdarah tertinggi tercatat pada tahun 2023, yang memengaruhi lebih dari 80 negara di seluruh wilayah WHO. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat hingga minggu ke-23 tahun 2024 saja, terdapat 131.501 kasus DBD dengan kematian sebanyak 799 kasus.

Angka kasus kejadian tersebut lebih tinggi dari kumulatif kasus DBD di tahun 2023 yaitu 114.720 kasus, dan mendekati total kasus kematian sepanjang tahun 2023 yaitu 894 kasus. Menurut dr. Imran Pambudi, MPHM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Direktorat Jenderal P2P,

Baca juga: Apakah Seseorang yang Sudah Terkena DBD takkan Mengalaminya Lagi?

"Sejak tahun 1980-an, kita telah menjalankan Gerakan 3M Plus secara berkelanjutan, dilanjutkan dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), dan baru-baru ini, kami memperkenalkan teknologi nyamuk ber-Wolbachia sebagai bagian tambahan dari program yang ada,” ujar dr. Imran di sela-sela Indonesia Summit Dengue.

Meskipun semua upaya ini telah dilakukan, kasus demam berdarah di Indonesia masih menunjukkan peningkatan yang signifikan. Untuk itu, dr. Imran yakin diperlukan pendekatan inovatif lainnya untuk mengatasi tantangan ini.

Karena itulah, Kementerian Kesehatan terus menguatkan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan. Termasuk sektor swasta dan berkomitmen menerapkan pendekatan-pendekatan inovatif, yaitu melalui vaksinasi.

"Hal ini sejalan dengan pilar kelima dan keenam dari Strategi Nasional Penanggulangan Dengue yang telah kami canangkan di tahun 2021," jelas dr. Imran.

Sementara itu, Prof. Dr. dr. Rismala Dewi, Sp.A(K), Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta, menuturkan, pentingnya pencegahan DBD yang terintegrasi dan komprehensif. Oleh karena itu, organisasi profesi, termasuk salah satunya adalah IDAI, merekomendasikan imunisasi DBD kepada anak-anak usia 6-18 tahun.

"Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan perlindungan optimal kepada anak-anak, yang merupakan kelompok paling rentan terhadap infeksi dengue, tetapi juga untuk secara signifikan mengurangi risiko kematian akibat penyakit ini," ujar Prof. Rismala.

"Untuk itu, mari bersama-sama kita lindungi generasi muda kita dari ancaman DBD dengan vaksinasi," lanjutnya.

Pemberian vaksinasi DBD ke anak bukan tanpa alasan. Menurut Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), usia anak dan remaja merupakan kelompok yang rentan terkena DBD.

Selain itu, anak-anak cenderung lebih sering berada di luar ruangan untuk bermain dan beraktivitas, terutama di daerah tropis di mana nyamuk pembawa virus dengue tersebar luas. Dan, ketika terkena DBD, mereka tidak bisa menjelaskan keluhannya tersebut, sehingga telat untuk diberikan penanganan

"Di negara atau wilayah dengan tingkat penularan DBD yang tinggi, anak-anak dan orang dewasa muda cenderung menjadi yang paling terkena dampaknya, dengan angka kematian lebih tinggi pada anak-anak." ujar Prof. Sri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH