FITNESS & HEALTH
Awas, 30 Persen Skizofrenia pada Pria Muda Akibat Penyalahgunaan Ganja
Mia Vale
Minggu 07 Mei 2023 / 12:00
Jakarta: Para peneliti yang didukung oleh National Institute on Drug Abuse memperkirakan 30 persen kasus skizofrenia pada pria berusia 21 - 30 tahun terkait dengan kecanduan ganja.
Secara keseluruhan di semua kelompok umur, analisis terhadap 6 juta orang menemukan 15 persen diagnosis pada pria dan 4 persen pada wanita dapat dikaitkan dengan benda tersebut. Artinya, ganja mungkin mendorong lonjakan kasus skizofrenia di kalangan pria muda.
Direktur NIDA, Dr Nora Volkow, mengatakan hasil tersebut menyerukan 'tindakan mendesak' dan menuntut orang untuk berpikir dua kali sebelum merokok mariyuana.
Kasus skizofrenia telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir, terkait dengan pertumbuhan dan penuaan populasi. Namun para peneliti memperingatkan itu bisa menjadi lebih umum karena ganja menjadi semakin legal.
Dikatakan Dr Volkow bahwa keterikatan gangguan penggunaan zat dan penyakit mental adalah masalah kesehatan masyarakat yang utama, membutuhkan tindakan segera dan dukungan bagi orang yang membutuhkannya.
"Temuan dari penelitian di atas merupakan satu langkah yang dapat membantu menginformasikan keputusan yang mungkin dibuat oleh penyedia layanan kesehatan dalam merawat pasien, serta keputusan yang mungkin dibuat individu tentang penggunaan ganja mereka sendiri," tambah Dr Volkow, seperti yang dilansir Daily Mail.
Meski penyebab pastinya belum jelas, namun beberapa penelitian menemukan hubungan antara kanabis dan skizofrenia di masa lalu. Ganja dapat menyebabkan psikosis, merusak cara berpikir, membuat keputusan, menangani emosi, dan berinteraksi dengan kenyataan.
.jpg)
(Dr. Fadhli Rizal Makarim dalam Halodoc mengatakan dalam penelitian, struktur otak yang bisa mengalami perubahan akibat psikotropika atau ganja ini, yaitu hippocampus, prefrontal cortex (PFC), dan serebellum. Dampaknya mencakup penurunan fungsi kognitif, defisit dalam pembelajaran verbal, penurunan daya ingat (memori). Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Ini juga dapat mengganggu perkembangan otak pada orang muda. Tapi mungkin orang yang menderita skizofrenia hanya menggunakan ganja untuk meredakan gejalanya.
Pasien menderita gejala termasuk kehilangan kontak dengan kenyataan, halusinasi, paranoia dan ketidakmampuan untuk menjawab pertanyaan.
Akibatnya, penderita menghadapi masalah dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka. Tidak ada obat untuk kondisi ini, dengan dokter berfokus pada pengelolaan gejala melalui obat dan terapi anti-psikotik.
Para peneliti berpendapat bahwa lebih banyak kasus skizofrenia yang dikaitkan dengan penggunaan ganja pada pria muda, karena kelompok ini lebih cenderung merokok obat dan lebih sering merokok daripada wanita.
Namun, banyak penelitian memperingatkan bahwa ganja dapat merusak perkembangan otak pada remaja dan dapat meningkatkan risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan.
Seorang ahli kesehatan mental di University of Copenhagen, Dr Carsten Hjorthoj, yang terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan, "Peningkatan legalisasi ganja selama beberapa dekade terakhir telah menjadikannya salah satu zat psikoaktif yang paling sering digunakan di dunia, sementara juga menurunkan persepsi publik tentang bahayanya."
Diperingatkan kembali oleh Dr Hjorthoj, pada tahun 2021. "Sayangnya, ada bukti yang menunjukkan bahwa ganja semakin dipandang sebagai zat yang tidak berbahaya," katanya.
"Ini sangat disayangkan, karena kami melihat hubungan dengan skizofrenia, fungsi kognitif yang lebih buruk, gangguan penggunaan zat, dan lainnya," jelas paparan Dr Hjorthoj yang diterangkan dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal Psychological Medicine.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Secara keseluruhan di semua kelompok umur, analisis terhadap 6 juta orang menemukan 15 persen diagnosis pada pria dan 4 persen pada wanita dapat dikaitkan dengan benda tersebut. Artinya, ganja mungkin mendorong lonjakan kasus skizofrenia di kalangan pria muda.
Direktur NIDA, Dr Nora Volkow, mengatakan hasil tersebut menyerukan 'tindakan mendesak' dan menuntut orang untuk berpikir dua kali sebelum merokok mariyuana.
Kasus skizofrenia telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir, terkait dengan pertumbuhan dan penuaan populasi. Namun para peneliti memperingatkan itu bisa menjadi lebih umum karena ganja menjadi semakin legal.
Dikatakan Dr Volkow bahwa keterikatan gangguan penggunaan zat dan penyakit mental adalah masalah kesehatan masyarakat yang utama, membutuhkan tindakan segera dan dukungan bagi orang yang membutuhkannya.
"Temuan dari penelitian di atas merupakan satu langkah yang dapat membantu menginformasikan keputusan yang mungkin dibuat oleh penyedia layanan kesehatan dalam merawat pasien, serta keputusan yang mungkin dibuat individu tentang penggunaan ganja mereka sendiri," tambah Dr Volkow, seperti yang dilansir Daily Mail.
Meski penyebab pastinya belum jelas, namun beberapa penelitian menemukan hubungan antara kanabis dan skizofrenia di masa lalu. Ganja dapat menyebabkan psikosis, merusak cara berpikir, membuat keputusan, menangani emosi, dan berinteraksi dengan kenyataan.
.jpg)
(Dr. Fadhli Rizal Makarim dalam Halodoc mengatakan dalam penelitian, struktur otak yang bisa mengalami perubahan akibat psikotropika atau ganja ini, yaitu hippocampus, prefrontal cortex (PFC), dan serebellum. Dampaknya mencakup penurunan fungsi kognitif, defisit dalam pembelajaran verbal, penurunan daya ingat (memori). Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Ini juga dapat mengganggu perkembangan otak pada orang muda. Tapi mungkin orang yang menderita skizofrenia hanya menggunakan ganja untuk meredakan gejalanya.
Pasien menderita gejala termasuk kehilangan kontak dengan kenyataan, halusinasi, paranoia dan ketidakmampuan untuk menjawab pertanyaan.
Akibatnya, penderita menghadapi masalah dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka. Tidak ada obat untuk kondisi ini, dengan dokter berfokus pada pengelolaan gejala melalui obat dan terapi anti-psikotik.
Para peneliti berpendapat bahwa lebih banyak kasus skizofrenia yang dikaitkan dengan penggunaan ganja pada pria muda, karena kelompok ini lebih cenderung merokok obat dan lebih sering merokok daripada wanita.
Namun, banyak penelitian memperingatkan bahwa ganja dapat merusak perkembangan otak pada remaja dan dapat meningkatkan risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan.
Seorang ahli kesehatan mental di University of Copenhagen, Dr Carsten Hjorthoj, yang terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan, "Peningkatan legalisasi ganja selama beberapa dekade terakhir telah menjadikannya salah satu zat psikoaktif yang paling sering digunakan di dunia, sementara juga menurunkan persepsi publik tentang bahayanya."
Diperingatkan kembali oleh Dr Hjorthoj, pada tahun 2021. "Sayangnya, ada bukti yang menunjukkan bahwa ganja semakin dipandang sebagai zat yang tidak berbahaya," katanya.
"Ini sangat disayangkan, karena kami melihat hubungan dengan skizofrenia, fungsi kognitif yang lebih buruk, gangguan penggunaan zat, dan lainnya," jelas paparan Dr Hjorthoj yang diterangkan dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal Psychological Medicine.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)