FITNESS & HEALTH
Ini Risiko Ketika terlalu Terbuka tentang Masalah Mentalmu di Media Sosial
Aulia Putriningtias
Rabu 22 Januari 2025 / 16:12
Jakarta: Ketua Umum Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Dr. Andik Matulessy, M.Si, Psikolog, mengatakan bahwa ada risiko yang ditanggung ketika seseorang terbuka masalah mental di media sosial. Dr. Andik menyambut baik anak muda di Indonesia mulai menyadari pentingnya kesehatan mental.
Kendati begitu, seiring perkembangan teknologi, khususnya media sosial, menurutnya anak muda juga perlu berhati-hati menyebarkan sesuatu di sana. Hal yang dikhawatirkan adalah ketika seseorang melakukan diagnosis sendiri atau self diagnosed.
Self diagnosed menurutnya adalah salah langkah yang begitu fatal dan juga sejatinya diperlukan profesional dalam mengambil tindakan permasalahan kesehatan mental.
"Sebenarnya yang harus hati-hati itu adalah self diagnosis ya. Kadangkala orang mendiagnosa kesehstan mentalnya, padahal salah dalam melakukan diagnosis itu. Tentu saja harus ada profesional dalam mengambil keputusan keputusan itu," jelas Dr. Andik pada acara International Seminar and National Leadership Forum: APA in Indonesia 2025 di Jakarta, Rabu, 22 Januari 2025.
Baca juga: Komunikasi yang Sehat jadi Fondasi Penting antara Orang Tua dan Anak Remaja
Menurut Dr. Andik, tidak ada kata privasi ketika seseorang telah menyebarkan suatu hal di media. Menurutnya, itu semua sudah menjadi media dan pengguna harus siap untuk mendapatkan berbagai respons, termasuk komentar negatif.
"Keterbukaan di media itu menjadi hal yang sangat penting, tetapi harus diingat bahwa pada saat kita muncul di dalam media, maka tidak ada lagi yang namanya personal, tidak ada lagi yang namanya privasi, semua menjadi milik media," ungkap Dr. Andik.

Ketua Umum Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Dr. Andik Matulessy, M.Si, Psikolog. Dok. Aulia/Medcom
"Artinya kalau itu positif tidak masalah, tapi suatu hari orang-orang bisa salah dalam memberiksn pernyataan-pernyataan dan itu harus siap untuk mendapatkan reaksi-reaksi respons yang tidak bagus juga," lanjutnya.
Dr. Andik sendiri lebih mengharapkan anak-anak muda melakukan komunikasi interpersonal, dibandingkan menyebarkan di media. Ia juga mengatakan memperkuat hubungan komunikasi interpersonal dengan keluarga, teman, dan kerabat akan membawa kesehatan mental yang baik pula.
"Jadi memang keterbukaan di media untuk meningkatkan pengetahuan, berbagi pengalaman, its okay ya itu bagus, tetapi interaksi langsung, kemudian diskusi langsung, meningkatkan hubungan interpersonal itu jauh lebih penting karena setiap orang punya yang namanya privasi, punya hal hal yang tidak boleh diketahui banyak orang," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Kendati begitu, seiring perkembangan teknologi, khususnya media sosial, menurutnya anak muda juga perlu berhati-hati menyebarkan sesuatu di sana. Hal yang dikhawatirkan adalah ketika seseorang melakukan diagnosis sendiri atau self diagnosed.
Self diagnosed menurutnya adalah salah langkah yang begitu fatal dan juga sejatinya diperlukan profesional dalam mengambil tindakan permasalahan kesehatan mental.
"Sebenarnya yang harus hati-hati itu adalah self diagnosis ya. Kadangkala orang mendiagnosa kesehstan mentalnya, padahal salah dalam melakukan diagnosis itu. Tentu saja harus ada profesional dalam mengambil keputusan keputusan itu," jelas Dr. Andik pada acara International Seminar and National Leadership Forum: APA in Indonesia 2025 di Jakarta, Rabu, 22 Januari 2025.
Baca juga: Komunikasi yang Sehat jadi Fondasi Penting antara Orang Tua dan Anak Remaja
Menurut Dr. Andik, tidak ada kata privasi ketika seseorang telah menyebarkan suatu hal di media. Menurutnya, itu semua sudah menjadi media dan pengguna harus siap untuk mendapatkan berbagai respons, termasuk komentar negatif.
"Keterbukaan di media itu menjadi hal yang sangat penting, tetapi harus diingat bahwa pada saat kita muncul di dalam media, maka tidak ada lagi yang namanya personal, tidak ada lagi yang namanya privasi, semua menjadi milik media," ungkap Dr. Andik.

Ketua Umum Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Dr. Andik Matulessy, M.Si, Psikolog. Dok. Aulia/Medcom
"Artinya kalau itu positif tidak masalah, tapi suatu hari orang-orang bisa salah dalam memberiksn pernyataan-pernyataan dan itu harus siap untuk mendapatkan reaksi-reaksi respons yang tidak bagus juga," lanjutnya.
Dr. Andik sendiri lebih mengharapkan anak-anak muda melakukan komunikasi interpersonal, dibandingkan menyebarkan di media. Ia juga mengatakan memperkuat hubungan komunikasi interpersonal dengan keluarga, teman, dan kerabat akan membawa kesehatan mental yang baik pula.
"Jadi memang keterbukaan di media untuk meningkatkan pengetahuan, berbagi pengalaman, its okay ya itu bagus, tetapi interaksi langsung, kemudian diskusi langsung, meningkatkan hubungan interpersonal itu jauh lebih penting karena setiap orang punya yang namanya privasi, punya hal hal yang tidak boleh diketahui banyak orang," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)