FITNESS & HEALTH

Pentingnya Imunisasi MMR pada Anak, Tekan Kasus Gondongan

Aulia Putriningtias
Senin 10 Juni 2024 / 17:47
Jakarta: Kasus gondangan pada anak mengalami peningkatan. Dinas Kesehatan Kota Jakarta mencatat terdapat setidaknya 1.234 kasus gondongan sejak periode Januari - Juni 2024, meningkat dari 876 kasus pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Selain di Jakarta, kasus gondongan juga terjadi di wilayah lain seperti Tangerang, Bandung, dan Surabaya. Sejalan dengan hal ini, orang tua diimbau untuk memahami dan memberi anak-anak mereka imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella) sekaligus menekan penularannya.

Gondongan, atau mumps, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Paramyxovirus. Infeksi virus ini menyebabkan pembengkakan pada kelenjar parotis (kelenjar ludah di dekat telinga), dan dalam beberapa kasus, dapat memicu komplikasi yang lebih serius.

Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Infeksi dan Penyakit Tropis Anak mengungkapkan virus penyebab gondongan mudah menyebar dengan cepat. Penularannya pun melalui liur dan berbagai barang terkontaminasi oleh liurnya.

Penularan gondongan sering kali terjadi dengan cepat di tempat penitipan anak, sekolah, atau di mana banyak anak berkumpul dalam ruangan dengan kegiatan yang tak disadari menjadi sumber penularan. Hal ini seperti berbagi peralatan, dan berinteraksi dekat satu sama lain.


(Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Infeksi dan Penyakit Tropis Anak. Foto: Dok. Istimewa)
 

Bagaimana gejala gondongan yang dialami anak?


Gondongan ditandai dengan gejala berupa pembengkakan dan nyeri di area pipi-rahang hingga sulit membuka mulut, demam, lesu, kehilangan nafsu makan, nyeri otot, sakit kepala, dan gejala lain mirip flu. Gejala biasanya muncul 16-18 hari setelah infeksi, namun periode ini dapat berkisar antara 12-25 hari setelah infeksi.

Gondongan dapat memicu berbagai komplikasi, antara lain radang testis/buah zakar (orchitis) yang terjadi pada sekitar 30 persen laki-laki pascapubertas yang tidak menerima vaksinasi. Selain itu, juga dapat membuat radang ovarium/indung telur (oophoritis) yang dapat terjadi pada perempuan.

Tak hanya komplikasi organ intim saja. Pada beberapa kasus, komplikasi gondongan bahkan sampai mengenai susunan saraf pusat (ensefalitis), pankreas (pancreatitis), hingga kehilangan pendengaran.

"Pencegahan tentu lebih baik daripada pengobatan. Imunisasi MMR adalah kunci untuk mencegah infeksi virus penyebab gondongan pada anak," ungkap dr. Anggraini.

Pemberian imunisasi MMR sejak usia satu tahun tidak hanya mampu melindungi anak sebagai seorang individu terhadap gondongan, tetapi juga membantu mencegah penyebaran gondongan di lingkungan sekitar individu yang mendapatkan imunisasi tersebut.

"Selain itu, kebiasaan atau pola hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti mencuci tangan dan menutup mulut saat batuk atau bersin, juga penting dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus gondongan," lanjut dr. Anggraini.

Pemberian imunisasi MMR menjadi langkah pencegahan utama terhadap penyakit gondongan pada anak. Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) tahun 2023, vaksin MMR perlu diberikan pada anak sebanyak dua kali.

Dosis pertama MMR diberikan pada usia 12-18 bulan, dan dosis kedua MMR diberikan pada usia 5-7 tahun. Pemberian dua dosis vaksin MMR terbukti 88 persen efektif melawan gondongan. 

"Bagi orang tua, jangan lupa untuk memastikan anak telah mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadwal yang direkomendasikan, agar-anak dapat terlindungi dari berbagai penyakit menular, salah satunya gondongan," tutup dr. Anggraini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH