FITNESS & HEALTH
Sembuh dari Covid-19, Waspada Lupa, Pikun, dan Perilaku Aneh Lainnya
Kumara Anggita
Senin 16 Agustus 2021 / 11:40
Jakarta: Sembuh dari covid-19 menjadi hal yang patut untuk disyukuri. Namun, mungkin beberapa orang tetap merasa tidak lega, karena ada beberapa gejala yang turut timbul setelah sudah dinyatakan negatif.
Sebab covid-19 juga menyerang saraf. Menurut dr. Pukovisa Prawirohardjo, Sp.S(K) yakni sebagai dokter spesialis saraf RSUI mengatakan bahwa salah satu gejala covid-19 pada sistem saraf adalah penurunan fungsi kognitif, perilaku: orang yang berbeda.
Beberapa fungsi kognitif di antaranya kemampuan untuk berkonsentrasi, berpikir, dan berencana, kemampuan bahasa, pengenalan, orientasi, daya bayang ruang, serta kemampuan memori, dan keterampilan baru. Penurunan fungsi kognitif banyak terjadi pada pasien pasca covid-19.
“Terdapat gejala dini pikun atau demensia yang disingkat oleh Dokter Pukovisa menjadi LALILULELO, yaitu Labil (sering labil emosi atau pendiriannya), Linglung, Lupa, Lemot (pikiran melambat), dan Logika berpikir menurun. Bila menemukan 1 dari 5 gejala ini, segera lakukan pemeriksaan ke dokter” jelasnya dalam Seminar Awam Bicara Sehat Kenali Gejala Gangguan Saraf pada COVID-19 ‘Waspada Masalah Lupa, Pikun, dan Perilaku Aneh Setelah Sembuh dari COVID-19’ oleh RSUI.
Dokter Pukovisa juga merekomendasikan MCU pasca covid-19 bagi yang merasa mengalami gangguan kognitif pasca covid-19, di antaranya berupa pemeriksaan fisik menyeluruh terutama tekanan darah, sistem pernapasan, indeks massa tubuh, jantung pembuluh darah dan pencernaan, skrining keluhan saraf, skrining kognitif, pemantauan risiko otak sehat 442, dan pemeriksaan darah dan radiologi jika dibutuhkan.
Menurut dr. Pukovisa, masyarakat tidak perlu khawatir dan cemas berlebihan. Ahli akan membantu menyusun program sesuai dengan masalah kognitif yang ada. Memperbanyak interaksi sosial dan menyusuk aktivitas produktif terjadwal dapat membantu mengatasi gangguan kognitif yang dialami.
“Masyarakat yang ingin melakukan skrining deteksi dini demensia, bisa mendownload aplikasi EMS (e-Memory Screening). Aplikasi ini dibuat oleh Persatuan Dokter Spesialis Saraf Seluruh Indonesia. Tiga fitur utama pada aplikasi ini, diantaranya artikel demensia, AD8-INA skrining, dan daftar rumah sakit serta dokter spesialis neurologi terdeka” ujar dr. Pukovisa.
Tidak hanya akibat covid-19, beberapa hal juga dapat menjadi faktor risiko gangguan kognitif, di antaranya kurang berolahraga, makan makanan yang tidak bergizi seimbang, mengonsumsi alkohol dan merokok, memiliki masalah medis yang sudah ada sebelumnya terutama yang berhubungan dengan otak, diabetes, kelainan pembuluh darah, kolesterol tinggi, serta tekanan darah tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Sebab covid-19 juga menyerang saraf. Menurut dr. Pukovisa Prawirohardjo, Sp.S(K) yakni sebagai dokter spesialis saraf RSUI mengatakan bahwa salah satu gejala covid-19 pada sistem saraf adalah penurunan fungsi kognitif, perilaku: orang yang berbeda.
Beberapa fungsi kognitif di antaranya kemampuan untuk berkonsentrasi, berpikir, dan berencana, kemampuan bahasa, pengenalan, orientasi, daya bayang ruang, serta kemampuan memori, dan keterampilan baru. Penurunan fungsi kognitif banyak terjadi pada pasien pasca covid-19.
“Terdapat gejala dini pikun atau demensia yang disingkat oleh Dokter Pukovisa menjadi LALILULELO, yaitu Labil (sering labil emosi atau pendiriannya), Linglung, Lupa, Lemot (pikiran melambat), dan Logika berpikir menurun. Bila menemukan 1 dari 5 gejala ini, segera lakukan pemeriksaan ke dokter” jelasnya dalam Seminar Awam Bicara Sehat Kenali Gejala Gangguan Saraf pada COVID-19 ‘Waspada Masalah Lupa, Pikun, dan Perilaku Aneh Setelah Sembuh dari COVID-19’ oleh RSUI.
Dokter Pukovisa juga merekomendasikan MCU pasca covid-19 bagi yang merasa mengalami gangguan kognitif pasca covid-19, di antaranya berupa pemeriksaan fisik menyeluruh terutama tekanan darah, sistem pernapasan, indeks massa tubuh, jantung pembuluh darah dan pencernaan, skrining keluhan saraf, skrining kognitif, pemantauan risiko otak sehat 442, dan pemeriksaan darah dan radiologi jika dibutuhkan.
Menurut dr. Pukovisa, masyarakat tidak perlu khawatir dan cemas berlebihan. Ahli akan membantu menyusun program sesuai dengan masalah kognitif yang ada. Memperbanyak interaksi sosial dan menyusuk aktivitas produktif terjadwal dapat membantu mengatasi gangguan kognitif yang dialami.
“Masyarakat yang ingin melakukan skrining deteksi dini demensia, bisa mendownload aplikasi EMS (e-Memory Screening). Aplikasi ini dibuat oleh Persatuan Dokter Spesialis Saraf Seluruh Indonesia. Tiga fitur utama pada aplikasi ini, diantaranya artikel demensia, AD8-INA skrining, dan daftar rumah sakit serta dokter spesialis neurologi terdeka” ujar dr. Pukovisa.
Tidak hanya akibat covid-19, beberapa hal juga dapat menjadi faktor risiko gangguan kognitif, di antaranya kurang berolahraga, makan makanan yang tidak bergizi seimbang, mengonsumsi alkohol dan merokok, memiliki masalah medis yang sudah ada sebelumnya terutama yang berhubungan dengan otak, diabetes, kelainan pembuluh darah, kolesterol tinggi, serta tekanan darah tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)