FITNESS & HEALTH

Demam Babi Afrika di Indonesia, Apakah Bisa Menular ke Manusia?

Aulia Putriningtias
Jumat 20 Desember 2024 / 19:40
Jakarta: Demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) belakangan ini tengah mewabah di Indonesia. Tidak hanya mengkhawatirkan dari sisi peternak, tetapi juga ada kekhawatiran menular pada manusia.

Badan Karantina Indonesia (Barantin) mengatakan ada 32 provinsi RI yang melaporkan wabah tersebut. Provinsi ini termasuk Papua, Papua Tengah, hingga Nusa Tenggara Timur.

Papua Tengah misalnya, mencatat 6.273 ekor babi mati akibat ASF pada Januari 2024. Hingga saat ini di Indonesia belum memiliki vaksin untuk mengatasi wabah tersebut. Berbeda dengan wabah flu burung, yang vaksinnya sudah tersedia.
 

Apakah itu demam babi Afrika?


Dilansir dari Woah.org, demam babi Afrika adalah penyakit virus yang sangat menular pada babi domestik dan babi liar dengan tingkat kematian yang bisa mencapai 100 persen. Penyakit ini sangat merugikan bagi para peternak babi.

Virus ini sangat tahan di lingkungan, yang berarti dapat bertahan pada pakaian, sepatu, roda kendaraan, dan berbagai material lainnya. Virus ini juga dapat bertahan dalam berbagai produk daging babi, seperti ham, sosis, atau bacon.

Baca juga: Demam Babi Afrika Melanda 9 Kabupaten di NTT

Penyakit ini menyebar melalui kontak langsung dengan babi yang terinfeksi. Selain itu, juga dapat melalui kontak dengan kandang, truk, atau pakaian yang terkontaminasi.

Pada kedua penyakit, babi dapat tetap menjadi pembawa virus dalam jangka waktu yang lama. Jadi, sebaiknya pergerakan babi selama wabah harus sangat dibatasi.
 

Apa saja gejala demam babi Afrika pada babi?


Demam babi Afrika memiliki masa inkubasi sekitar 5 sampai 15 hari. Gejalanya pun khas dan mematikan, antara lain:
- Demam tinggi.
- Lemah dan tidak mampu berdiri.
- Muntah dan diare.
- Bercak merah atau kebiruan di kulit (terutama di telinga dan moncong babi).
- Gangguan pernapasan, seperti batuk atau sesak napas.
- Keguguran pada babi betina atau anak babi lahir mati dan lemah.

Babi yang terinfeksi demam babi Afrika ini umumnya mati dalam waktu 10 hari setelah gejala pertama muncul. Meskipun ada kasus babi penderita demam babi Afrika bertahan hidup, mereka tetap berpotensi menyebarkan virus selama berbulan-bulan.
 

Apakah demam babi Afrika menular kepada manusia?


Virus ini tidak menular kepada sesama manusia. Namun, sebaiknya untuk menghentikan mengonsumsi daging babi sementara waktu, hingga wabah virus babi dikatakan selesai.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Provinsi Jakarta Suharini Eliawati juga menekankan bahwa demam babi Afrika ini hanya terjangkit pada hewan babi. Pun, tidak bersifat zoonosis,

"ASF merupakan penyakit yang hanya berdampak pada babi, tidak menular ke manusia atau tidak bersifat zoonosis," ungkapnya, dilansir dalam Detik.com, Jumat, 20 Desember 2024.
 

Bagaimana cara mengendalikan demam babi Afrika?


Hingga saat ini, di Indonesia belum memiliki vaksin untuk pencegahan wabah ini. Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian menjadi kunci utama, di antaranya:
- Memperketat pengawasan di perbatasan, pelabuhan, dan jalur distribusi.

- Melakukan sosialisasi kebersihan kandang dan peralatan peternakan kepada peternak.

- Larangan menjual atau membuang babi sakit secara sembarangan.

- Menghentikan pemberian pakan sisa makanan (swill feeding) yang berisiko terkontaminasi.

- Mengontrol transportasi babi dan produk turunannya untuk mencegah penyebaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH