FITNESS & HEALTH

Disebut Tinggi Kalori dan Gula, Benarkah Mangga Baik untuk Diet?

Yuni Yuli Yanti
Senin 07 April 2025 / 07:00
Jakarta: Mangga merupakan salah satu jenis buah tropis yang digemari banyak orang. Dijuluki sebagai raja buah, mangga tidak hanya lezat, tapi juga penuh nutrisi dan memiliki segudang manfaat kesehatan. 

Menurut Sarah Rivenburgh, RDN, ahli diet terdaftar OhioHealth yang mengkhususkan diri dalam nutrisi onkologi, mangga mengandung vitamin dan serat penting untuk mendukung kesehatan secara keseluruhan.

"Banyak buah yang mengandung serat, tetapi mangga khususnya mengandung serat larut, yang sangat baik karena membentuk gel di saluran pencernaan kita. Serat ini sebenarnya dapat mengikat lemak dan kolesterol serta mengeluarkannya dari tubuh Anda sebelum diserap ke dalam aliran darah," ujarnya kepada TODAY.com. 

Melansir dari Ohiohealth, satu cangkir mangga mengandung 67 persen dari nilai harian vitamin C yang direkomendasikan. Karena hampir tidak mengandung lemak atau kolesterol, mangga merupakan pilihan yang sangat baik bagi mereka yang menjaga berat badan atau ingin menjaga kesehatan jantung.

"Mangga dapat mengikat lemak dan kolesterol dan mengeluarkannya dari tubuh sebelum diserap ke dalam aliran darah," kata Rivenburgh.

Serat larut yang ditemukan dalam mangga berkontribusi terhadap kesehatan usus, pergerakan usus yang teratur, dan dapat memiliki efek antidiabetes. 

Rivenburgh mengatakan serta larut dalam mangga membantu dalam manajemen berat badan dengan membuatmu merasa kenyang lebih lama dan mencegah makan berlebihan.

"Mangga membantu mengeluarkan limbah melalui sistem tubuh dan dapat membantu mengatasi sembelit. Setiap kali makanan memiliki kandungan serat yang lebih tinggi, itu berarti tubuh akan mencerna sedikit lebih lambat dan oleh karena itu Anda mungkin tidak melihat lonjakan gula darah sebanyak itu," jelasnya. 


(Banyak buah yang mengandung serat, tetapi mangga khususnya mengandung serat larut, yang sangat baik. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
 

Studi jurnal Nutrients

Pernyataan Rivenburgh terkait manfaat mangga baik untuk manajemen berat badan diperkuat oleh sebuah penelitian dalam jurnal Nutrients. 

Hasil studi menunjukkan bahwa mengonsumsi dua cangkir mangga setiap hari, sekitar 100 kalori dapat menurunkan kadar insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin pada orang dewasa yang kelebihan berat badan atau obesitas dengan peradangan kronis tingkat rendah. 

Temuan ini menekankan bagaimana pilihan makanan sederhana dapat membantu mengurangi risiko kondisi kronis seperti diabetes tipe 2, yang terkait erat dengan kesehatan jantung.

Dilaksanakan di Institut Teknologi Illinois, penelitian ini melibatkan 48 orang dewasa berusia 20–60 tahun. Para peneliti membandingkan efek konsumsi mangga segar dengan makanan kontrol yang kalorinya sesuai, es Italia (makanan penutup beku yang dimaniskan mirip dengan sorbet), terhadap peradangan dan sensitivitas insulin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan yang mengonsumsi mangga mengalami penurunan resistensi insulin yang signifikan, sebagaimana diukur oleh Homeostasis Model Assessment of Insulin Resistance (HOMA-IR).

Selain itu, fungsi sel beta, yang mencerminkan kemampuan pankreas untuk memproduksi dan melepaskan insulin meningkat secara signifikan, sebagaimana ditunjukkan oleh indeks disposisi (DI), penanda utama kemampuan tubuh untuk mengatur kadar gula darah.

Setelah empat minggu, mereka yang berada dalam kelompok mangga juga memiliki konsentrasi insulin yang jauh lebih rendah sebagai respons terhadap uji toleransi glukosa oral (OGTT) dibandingkan dengan awal penelitian, sementara tidak ada perubahan yang diamati pada kelompok kontrol.

"Mengelola glukosa darah bukan hanya tentang memantau kadar gula darah, ini tentang meningkatkan sensitivitas insulin. Penelitian kami menunjukkan bahwa menambahkan mangga segar ke dalam makanan dapat menjadi cara yang sederhana dan menyenangkan bagi orang yang kelebihan berat badan atau mengalami obesitas untuk mendukung fungsi insulin yang lebih baik dan mengurangi risiko diabetes tipe 2," jelas Indika Edirisinghe, PhD, Profesor Ilmu Pangan dan Nutrisi dikutip dari Scitech Daily. 

Temuan studi tambahan menunjukkan penanda peradangan (IL-6, TNFα, hs-CRP) dan kadar glukosa tidak berbeda secara signifikan antara kedua kelompok pada akhir studi, menjadikan mangga sebagai pengganti makanan manis yang kalorinya sebanding yang menyehatkan jantung. 

Tidak ada pula perbedaan antara intervensi dalam kolesterol total puasa, kolesterol LDL, kolesterol HDL, atau trigliserida.


(Hasil studi pada jurnal Nutrients menegaskan bahwa gula alami pada mangga tidak menyebabkan obesitas atau diabetes jika dikonsumsi dengan takaran yang cukup dan tidak berlebihan.  Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
 

Menepis kaitan mangga dan diabetes

Edirisinghe menambahkan hasil studi juga membantah kesalahpahaman tentang kandungan gula alami mangga dan dampaknya terhadap obesitas serta diabetes.  

"Temuan ini mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa makan mangga tidak menyebabkan penambahan berat badan, dan meskipun mekanisme pastinya masih belum diketahui, peran peningkatan status antioksidan dari konsumsi mangga mungkin menjadi faktor mediasi pada kontrol glukosa darah," jelasnya. 

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pentingnya buah segar, terutama mangga, sebagai bagian dari gaya hidup sehat serta kebiasaan makan yang membantu pengendalian gula darah, dan manajemen berat badan, dapat menunjang kesehatan secara keseluruhan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(yyy)

MOST SEARCH