FITNESS & HEALTH
Dokter: 44% Masyarakat dan Calon Jemaah Haji di Indonesia Alami Obesitas
Kumara Anggita
Senin 12 April 2021 / 11:00
Jakarta: Aktivitas fisik merupakan hal penting namun sering disepelekan oleh kita, khususnya di masa pandemi yang membuat kita jadi lebih ‘mager’ di rumah. Hal ini perlu diwaspadai karena data menunjukkan bahwa sebanyak 44 persen masyarakat umum dan calon jemaah haji di Indonesia mengalami obesitas.
Dr. Riskiyana Sukandhi Putra, M.Kes, Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga, Kementerian Kesehatan RI mengatakan bahwa menurut WHO, 1 dari 4 orang dewasa, dan 3 dari 4 remaja umur 11-17 tahun tidak memenuhi standar aktivitas fisik yang dianjurkan.
Sementara di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018, sebanyak 33,5 persen masyarakat kurang aktivitas fisik.
Tak hanya itu, ia melanjutkan bahwa hasil pengukuran kebugaran jasmani yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada ASN, masyarakat umum dan Calon Jemaah Haji menunjukkan bahwa sekitar 45 persen tingkat kebugaran jasmani yang masih kurang dan sebesar 44 persen dalam kategori berat badan overweight dan obesitas.
Tingkat kebugaran ini erat kaitannya dengan aktivitas fisik karena orang yang cukup melakukan aktivitas fisik maka tingkat kebugarannya akan baik.
Dalam situasi pandemi covid-19 masyarakat dianjurkan menjalani aktivitas dari rumah saja, hal ini memicu gaya hidup sedentari dan kurang aktivitas fisik.
Gaya hidup seperti ini menurutnya berisiko menyebabkan penyakit tidak menular seperti hipertensi, stroke, diabetes, penyakit jantung, dan lainnya.
Untuk itu, dr. Riskiyana meminta agar kita semua tetap aktif. Ini demi kesehatan semua organ tubuh termasuk tulang.
“Meskipun dalam situasi pandemi, perilaku hidup sehat aktif harus tetap dilakukan karena investasi kesehatan jantung, paru dan termasuk juga kesehatan tulang, sendi, otot sejak usia dini penting untuk kesejahteraan secara menyeluruh di setiap tahapan kehidupan,” jelasnya dalam media briefing dengan tema Investasi pada Tulang, Sendi dan Otot Penting untuk Kesehatan Menyeluruh oleh Anlene.
Dr. Riskiyana menjelaskan bahwa untuk melawan gaya hidup sedentari, kita disarankan untuk melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit per hari 3 sampai 5 kali per minggu.
Aktivitas fisik untuk melawan gaya hidup sedentari dapat dilakukan di mana saja, termasuk saat di rumah saja selama pandemi.
“Dalam upaya meningkatkan aktivitas fisik masyarakat di masa pandemi, Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan RI telah meluncurkan aplikasi SIPGAR untuk melakukan pengukuran kebugaran jasmani mandiri."
"Pprogram penurunan obesitas melalui Weight Loss Challenge (WLC) serta beberapa upaya edukasi kelompok olahraga dan masyarakat umum terkait peningkatan aktivitas fisik melalui webinar, pelatihan bagi tenaga kesehatan secara daring," paparnya.
"Sejumlah kompetisi olahraga virtual, senam virtual, dan beberapa rangkaian acara dalam rangka Hari Aktivitas Fisik Sedunia,” pungkas dr. Riskiyana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Dr. Riskiyana Sukandhi Putra, M.Kes, Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga, Kementerian Kesehatan RI mengatakan bahwa menurut WHO, 1 dari 4 orang dewasa, dan 3 dari 4 remaja umur 11-17 tahun tidak memenuhi standar aktivitas fisik yang dianjurkan.
Sementara di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018, sebanyak 33,5 persen masyarakat kurang aktivitas fisik.
Tak hanya itu, ia melanjutkan bahwa hasil pengukuran kebugaran jasmani yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada ASN, masyarakat umum dan Calon Jemaah Haji menunjukkan bahwa sekitar 45 persen tingkat kebugaran jasmani yang masih kurang dan sebesar 44 persen dalam kategori berat badan overweight dan obesitas.
Tingkat kebugaran ini erat kaitannya dengan aktivitas fisik karena orang yang cukup melakukan aktivitas fisik maka tingkat kebugarannya akan baik.
Aktivitas fisik lebih menurun
Dalam situasi pandemi covid-19 masyarakat dianjurkan menjalani aktivitas dari rumah saja, hal ini memicu gaya hidup sedentari dan kurang aktivitas fisik.
Gaya hidup seperti ini menurutnya berisiko menyebabkan penyakit tidak menular seperti hipertensi, stroke, diabetes, penyakit jantung, dan lainnya.
Untuk itu, dr. Riskiyana meminta agar kita semua tetap aktif. Ini demi kesehatan semua organ tubuh termasuk tulang.
“Meskipun dalam situasi pandemi, perilaku hidup sehat aktif harus tetap dilakukan karena investasi kesehatan jantung, paru dan termasuk juga kesehatan tulang, sendi, otot sejak usia dini penting untuk kesejahteraan secara menyeluruh di setiap tahapan kehidupan,” jelasnya dalam media briefing dengan tema Investasi pada Tulang, Sendi dan Otot Penting untuk Kesehatan Menyeluruh oleh Anlene.
Tips menghindari gaya hidup sedentari
Dr. Riskiyana menjelaskan bahwa untuk melawan gaya hidup sedentari, kita disarankan untuk melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit per hari 3 sampai 5 kali per minggu.
Aktivitas fisik untuk melawan gaya hidup sedentari dapat dilakukan di mana saja, termasuk saat di rumah saja selama pandemi.
“Dalam upaya meningkatkan aktivitas fisik masyarakat di masa pandemi, Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan RI telah meluncurkan aplikasi SIPGAR untuk melakukan pengukuran kebugaran jasmani mandiri."
"Pprogram penurunan obesitas melalui Weight Loss Challenge (WLC) serta beberapa upaya edukasi kelompok olahraga dan masyarakat umum terkait peningkatan aktivitas fisik melalui webinar, pelatihan bagi tenaga kesehatan secara daring," paparnya.
"Sejumlah kompetisi olahraga virtual, senam virtual, dan beberapa rangkaian acara dalam rangka Hari Aktivitas Fisik Sedunia,” pungkas dr. Riskiyana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)