FITNESS & HEALTH

Peneliti Ungkap Orang dengan Alergi Makanan Memiliki Risiko Covid Lebih Rendah

Mia Vale
Kamis 09 Juni 2022 / 10:05
Jakarta: Studi Human Epidemiology and Response to SARS-CoV-2 (HEROS) telah melakukan pantauan kesehatan dari 4.000 orang di 1.400 rumah tangga antara Mei 2020 dan Februari 2021. Ini adalah masa ketika vaksin covid-19 tidak tersedia untuk umum atau tidak tersedia secara luas.

Selama penelitian, setiap rumah tangga memiliki setidaknya 1 orang berusia 21 tahun atau lebih. Seseorang di setiap rumah tangga mengambil usap hidung setiap 2 minggu untuk menguji covid-19. 

Hasilnya, orang dengan alergi makanan memiliki risiko 50 persen lebih kecil untuk terinfeksi virus yang menyebabkan covid-19 dibandingkan orang yang tidak memiliki alergi makanan, menurut penelitian National Institutes of Health. 

Namun, para peneliti tidak yakin mengapa orang dengan alergi makanan memiliki risiko covid-19 yang lebih rendah. Melansir dari WebMD, kemungkinan yang dipertimbangkan adalah orang dengan alergi makanan lebih jarang makan di luar dan memiliki peluang lebih kecil untuk tertular covid-19. 


alergi dengan covid
(Peneliti menemukan orang dengan alergi makanan memiliki risiko covid yang lebih rendah. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)


Tetapi peneliti menemukan bahwa orang dengan alergi makanan hanya memiliki tingkat paparan komunitas yang sedikit lebih rendah daripada rumah tangga lainnya. 

Studi HEROS menemukan bahwa orang dengan asma dan kondisi alergi lainnya, termasuk eksem dan rinitis alergi, tidak memiliki risiko lebih rendah atau lebih tinggi terkena covid-19. Namun, penelitian tersebut tampaknya mengonfirmasi penelitian sebelumnya yang menunjukkan hubungan antara obesitas dan risiko covid-19.

Studi NIH menghitung bahwa peningkatan 10 poin dalam persentil BMI (indeks massa tubuh) meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi covid-19 sebesar 9 persen. 

"Peserta yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko infeksi 41 persen lebih besar daripada mereka yang tidak," jelas studi tersebut. 

Anak-anak berusia 12 tahun atau lebih muda memiliki kemungkinan yang sama untuk tertular covid-19 seperti remaja atau orang dewasa. Namun, 75 persen kasus anak tidak menunjukkan gejala. 

"Temuan studi NIH menggarisbawahi pentingnya memvaksinasi anak-anak dan menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat lainnya untuk mencegah mereka terinfeksi SARS-CoV-2, sehingga melindungi anak-anak dan anggota rumah tangga mereka yang rentan dari virus,” imbuh Anthony Fauci, Gedung Putih kepala penasihat medis. 

Sementara, untuk hubungan yang diamati antara alergi makanan dan risiko infeksi SARS-CoV-2, serta antara indeks massa tubuh dan risiko, Fauci meminta perlu diselidiki lebih lanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH