FAMILY
5 Stages of Grief: Memahami Setiap Tahap Menuju Penerimaan
M Rodhi Aulia
Kamis 17 Oktober 2024 / 11:51
Jakarta: Setiap orang akan menghadapi rasa kehilangan pada suatu waktu dalam hidupnya, entah itu karena kematian orang yang dicintai, perpisahan, atau bahkan kehilangan pekerjaan. Proses menerima kehilangan ini seringkali melibatkan perjalanan emosional yang kompleks, yang dikenal sebagai 5 stages of grief atau lima tahap kesedihan.
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Elisabeth Kübler-Ross, seorang psikiater asal Swiss, dalam bukunya On Death and Dying (1969). Tahapan-tahapan ini, mulai dari penyangkalan hingga penerimaan, membantu kita memahami berbagai emosi yang mungkin kita alami saat menghadapi rasa duka.
Baca juga: Inisiatif Workshop Kesehatan Mental dari Line Indonesia
Mengetahui setiap tahapan ini dapat memberikan panduan penting dalam menghadapi kehilangan dengan lebih bijak dan memahami perasaan yang muncul selama proses tersebut.
Mereka mungkin merasa bahwa kehilangan itu belum benar-benar terjadi, atau bahwa segala sesuatunya masih bisa kembali seperti semula. Penyangkalan adalah cara otak memberikan waktu kepada diri sendiri untuk memproses informasi secara perlahan, menghindarkan kita dari rasa syok yang berlebihan.
Fase ini bisa memunculkan pertanyaan seperti, "Mengapa ini terjadi pada saya?" atau "Ini tidak adil!". Meski sulit, tahap ini adalah bagian penting dari proses karena menunjukkan bahwa individu mulai menerima kenyataan, meskipun belum sepenuhnya.
Fase ini biasanya ditandai dengan rasa bersalah atau penyesalan, seperti berpikir, "Seandainya saja saya melakukan ini," atau "Jika saya berbuat lebih banyak, hal ini tidak akan terjadi." Tawar-menawar merupakan bagian dari proses penyembuhan, di mana seseorang mencoba untuk mendapatkan kendali kembali atas situasi yang tampak tidak bisa dikendalikan.
Dalam konteks ini, depresi bukanlah penyakit, melainkan respons alami terhadap kehilangan besar. Meskipun fase ini sangat berat, penting untuk memahaminya sebagai bagian dari proses penyembuhan emosional.
Pada tahap ini, mereka mungkin mulai merencanakan masa depan, mengambil langkah-langkah untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru, dan mencari cara untuk menghormati kenangan yang telah berlalu. Penerimaan adalah tanda bahwa proses duka telah mendekati akhir, dan hidup dapat terus berjalan meskipun dengan perubahan yang besar.
(Muhammad Reyhansyah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(DHI)
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Elisabeth Kübler-Ross, seorang psikiater asal Swiss, dalam bukunya On Death and Dying (1969). Tahapan-tahapan ini, mulai dari penyangkalan hingga penerimaan, membantu kita memahami berbagai emosi yang mungkin kita alami saat menghadapi rasa duka.
Baca juga: Inisiatif Workshop Kesehatan Mental dari Line Indonesia
Mengetahui setiap tahapan ini dapat memberikan panduan penting dalam menghadapi kehilangan dengan lebih bijak dan memahami perasaan yang muncul selama proses tersebut.
Tahap 1: Penyangkalan (Denial)
Pada tahap pertama, penyangkalan adalah reaksi umum yang muncul ketika seseorang dihadapkan pada kenyataan kehilangan yang sangat berat. Dalam fase ini, individu sering kali tidak bisa atau tidak mau menerima kenyataan bahwa sesuatu yang sangat berharga telah hilang.Mereka mungkin merasa bahwa kehilangan itu belum benar-benar terjadi, atau bahwa segala sesuatunya masih bisa kembali seperti semula. Penyangkalan adalah cara otak memberikan waktu kepada diri sendiri untuk memproses informasi secara perlahan, menghindarkan kita dari rasa syok yang berlebihan.
Tahap 2: Kemarahan (Anger)
Setelah realitas mulai diterima, rasa kemarahan sering muncul sebagai reaksi emosional berikutnya. Individu mungkin merasa marah pada diri sendiri, pada situasi, atau bahkan pada orang yang telah meninggal. Kemarahan bisa diekspresikan secara berbeda-beda, dari rasa frustasi hingga kemarahan yang membara.Fase ini bisa memunculkan pertanyaan seperti, "Mengapa ini terjadi pada saya?" atau "Ini tidak adil!". Meski sulit, tahap ini adalah bagian penting dari proses karena menunjukkan bahwa individu mulai menerima kenyataan, meskipun belum sepenuhnya.
Tahap 3: Tawar-Menawar (Bargaining)
Pada tahap tawar-menawar, individu mulai mencoba untuk mencari cara menghindari atau membalikkan kehilangan tersebut. Mereka mungkin berdoa atau berharap agar situasi bisa berubah jika mereka melakukan sesuatu.Fase ini biasanya ditandai dengan rasa bersalah atau penyesalan, seperti berpikir, "Seandainya saja saya melakukan ini," atau "Jika saya berbuat lebih banyak, hal ini tidak akan terjadi." Tawar-menawar merupakan bagian dari proses penyembuhan, di mana seseorang mencoba untuk mendapatkan kendali kembali atas situasi yang tampak tidak bisa dikendalikan.
Tahap 4: Depresi (Depression)
Setelah upaya untuk tawar-menawar tidak berhasil dan kenyataan kehilangan menjadi semakin jelas, rasa duka mendalam mulai terasa. Fase depresi adalah masa di mana individu mungkin merasa sangat sedih, putus asa, dan kehilangan minat pada hal-hal yang sebelumnya mereka nikmati.Dalam konteks ini, depresi bukanlah penyakit, melainkan respons alami terhadap kehilangan besar. Meskipun fase ini sangat berat, penting untuk memahaminya sebagai bagian dari proses penyembuhan emosional.
Tahap 5: Penerimaan (Acceptance)
Tahap terakhir adalah penerimaan, di mana individu mulai berdamai dengan kenyataan kehilangan. Ini bukan berarti bahwa duka atau rasa sakit hilang sepenuhnya, tetapi individu mulai menemukan cara untuk melanjutkan hidup tanpa hal yang hilang tersebut.Pada tahap ini, mereka mungkin mulai merencanakan masa depan, mengambil langkah-langkah untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru, dan mencari cara untuk menghormati kenangan yang telah berlalu. Penerimaan adalah tanda bahwa proses duka telah mendekati akhir, dan hidup dapat terus berjalan meskipun dengan perubahan yang besar.
(Muhammad Reyhansyah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(DHI)