FAMILY
Anak Sulit Diatur? Ini 5 Cara Efektif Mendidik Remaja Menurut Psikolog
Fatha Annisa
Kamis 20 November 2025 / 16:57
Jakarta: Mengasuh anak bukan lah hal mudah, terutama jika sudah memasuki usia praremaja dan remaja. Ini terjadi karena beberapa faktor, seperti perkembangan otak, perubahan hormon yang drastis, lingkungan, hingga pencarian identitas.
Lantas, bagaimana cara yang seharusnya dilakukan para orang tua untuk mengasuh anak-anak mereka?
Menurut Samanta Elsener, Psikolog sekaligus Ketua Bidang E (Humas, Media, dan Edukasi Masyarakat) HIMPSI, berikut cara mendidik anak yang sudah memasuki usia praremaja hingga remaja:
“Jadi yang pertama perlu dilakukan oleh orang tua adalah kita buat dulu valuenya apa supaya kita bisa membuat aturan di rumah itu seperti apa,” kata Samanta saat ditemui setelah acara press briefing ‘Tumbuh di Era Digital: Meningkatkan Kesejahteraan dan Ketangguhan Remaja di Indonesia’ di Jakarta, Kamis, 20 November 2025.
Value, menurut Samanta, menjadi dasar pembentukan aturan rumah tangga, sekaligus panduan perilaku bagi seluruh anggota keluarga. Tanpa nilai yang jelas, aturan akan terasa seperti larangan semata, bukan pedoman yang disadari bersama.
“Orang tua harus bisa memberikan contoh seberapa besar keterbukaan orang tua kepada anak-anak. Kalau orang tuanya sudah memberikan contoh keterbukaannya, anak akan bisa mencontoh,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa anak akan lebih mudah memahami dan menerapkan sebuah aturan jika melihat orang tuanya menjadi contoh nyata. Aturan tanpa teladan hanya akan menjadi teori yang sulit diterapkan.
“Kalau anak-anak belum masuk usia praremaja dan remaja biasanya orang tua selalu ‘ayo makan’, ‘ayo ngerjain PR’. Anak-anak praremaja-remaja sudah tidak bisa lagi begitu,” tegasnya.
Ia menekankan harus ada dialog dalam keluarga, yang akhirnya mencapai kesepakatan bersama. Dengan dua hal tersebut, anak merasa dihargai dan didengarkan. Ini membuka jalan untuk komunikasi dua arah yang sehat.
“Jadi ketika kita juga aktif dengan bahasa yang mereka gunakan, kita akan lebih mudah untuk berkomunikasi dengan mereka,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(PRI)
Lantas, bagaimana cara yang seharusnya dilakukan para orang tua untuk mengasuh anak-anak mereka?
Menurut Samanta Elsener, Psikolog sekaligus Ketua Bidang E (Humas, Media, dan Edukasi Masyarakat) HIMPSI, berikut cara mendidik anak yang sudah memasuki usia praremaja hingga remaja:
1. Aturan Harus Berangkat dari Value Keluarga
Samanta menyebut salah satu kesalahan yang kerap dilakukan orang tua adalah tidak memiliki aturan jelas di rumah karena tidak memiliki value keluarga yang disepakati. Padahal, itu seharusnya menjadi fondasi pengasuhan.“Jadi yang pertama perlu dilakukan oleh orang tua adalah kita buat dulu valuenya apa supaya kita bisa membuat aturan di rumah itu seperti apa,” kata Samanta saat ditemui setelah acara press briefing ‘Tumbuh di Era Digital: Meningkatkan Kesejahteraan dan Ketangguhan Remaja di Indonesia’ di Jakarta, Kamis, 20 November 2025.
Value, menurut Samanta, menjadi dasar pembentukan aturan rumah tangga, sekaligus panduan perilaku bagi seluruh anggota keluarga. Tanpa nilai yang jelas, aturan akan terasa seperti larangan semata, bukan pedoman yang disadari bersama.
| Baca juga: Stres Dapat Melemahkan Sistem Kekebalan Tubuh Remaja |
2. Orang Tua Harus Menjadi Role Model
Tidak cukup sekadar membuat aturan, orang tua harus menunjukkan perilaku yang mencerminkan nilai tersebut. Samanta memberi contoh tentang nilai keterbukaan sesama anggota keluarga, salah satu konsep yang kerap ditentang remaja.“Orang tua harus bisa memberikan contoh seberapa besar keterbukaan orang tua kepada anak-anak. Kalau orang tuanya sudah memberikan contoh keterbukaannya, anak akan bisa mencontoh,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa anak akan lebih mudah memahami dan menerapkan sebuah aturan jika melihat orang tuanya menjadi contoh nyata. Aturan tanpa teladan hanya akan menjadi teori yang sulit diterapkan.
3. Benahi Gaya Komunikasi Orang Tua
Memasuki usia praremaja dan remaja, anak mulai mencari identitas, ruang personal, dan otonomi. Dalam fase ini, gaya komunikasi orang tua perlu turut dibenahi. Misalnya, cara ‘menyuruh’ atau ‘menitah’ yang dulu efektif, justru membuat anak menjauh dan sulit diajak bekerja sama.“Kalau anak-anak belum masuk usia praremaja dan remaja biasanya orang tua selalu ‘ayo makan’, ‘ayo ngerjain PR’. Anak-anak praremaja-remaja sudah tidak bisa lagi begitu,” tegasnya.
| Baca juga: Kapan FOMO Anak Menjadi Masalah Serius? |
4. Bangun Koneksi Lewat Dialog dan Negosiasi
Kunci memasuki dunia remaja adalah koneksi, bukan kontrol. Samanta menjelaskan bahwa orang tua perlu membangun hubungan yang lebih setara dan terbuka terhadap anak-anak mereka.Ia menekankan harus ada dialog dalam keluarga, yang akhirnya mencapai kesepakatan bersama. Dengan dua hal tersebut, anak merasa dihargai dan didengarkan. Ini membuka jalan untuk komunikasi dua arah yang sehat.
5. Gunakan Bahasa Mereka
Hal yang sering terlupakan adalah bahwa remaja memiliki “bahasa” sendiri, cara berbicara, selera humor, hingga topik yang mereka sukai. Tugas orang tua adalah memahaminya, sehingga bisa masuk ke dunia anak. Dengan begitu, remaja akan lebih mudah membuka diri.“Jadi ketika kita juga aktif dengan bahasa yang mereka gunakan, kita akan lebih mudah untuk berkomunikasi dengan mereka,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(PRI)