FAMILY
Berdampak pada Tumbuh Kembang Bayi, Ini Penyebab dan Gejala Ruam Popok
A. Firdaus
Kamis 12 Juni 2025 / 11:11
Jakarta: Masalah kulit seperti ruam popok, kemerahan, dan iritasi merupakan keluhan umum yang sering dihadapi oleh para orang tua. Terutama di tengah iklim tropis Indonesia
yang lembap dan panas.
Padahal, menurut dr. Annisa Nur Aini Sp.A, dokter spesialis anak dari RS Brawijaya Saharjo, kombinasi antara keringat, urine, dan paparan lembap berkepanjangan dapat memperburuk kondisi kulit bayi serta membuatnya sulit tidur. Tak ayal bisa berdampak buruk pada proses tumbuh kembang bayi.
"Oleh karena itu, pemilihan popok yang tepat sangat berpengaruh terhadap kesehatan kulit bayi dan kualitas tidur bayi," ujar dr. Annisa dalam peluncuran MAKUKU Skin Health, popok bayi terbaru yang dirancang khusus untuk membantu menjaga kesehatan kulit bayi.
Baca juga: Bayi Punya Kulit yang Masih Sensitif, Moms Harus Selektif Menggunakan Popok
"Popok yang dapat menyerap kelembapan dengan cepat, memiliki sirkulasi udara yang baik, serta teruji aman untuk kulit bayi, sangat direkomendasikan untuk mendukung tumbuh kembang bayi yang optimal,” jelasnya.
Terkait ruam popok pada bayi, bisa saja disebabkan oleh beberapa hal berikut ini:
- Kontak terlalu lama dengan urine dan tinja di popok sehingga memicu iritasi pada kulit bayi yang sensitif.
- Gesekan, misalnya karena popok yang terlalu ketat.
- Tipe kulit sensitif.
- Iritasi terhadap produk yang baru digunakan, seperti sabun, bedak tabur bayi, detergen, atau bahan pelembut pakaian.
- Pengaruh jenis makanan baru, yang mengakibatkan perubahan komposisi tinja serta frekuensi buang air besar.
- Infeksi bakteri atau jamur, karena kulit tertutup popok terlalu lama sehingga menjadi lembap dan hangat.
Gejala utama ruam popok atau diaper rash adalah kulit bayi di area pemakaian popok, yaitu bokong, lipatan paha, dan sekitar alat kelamin mengalami iritasi, yang tampak memerah. Kulit yang mengalami ruam kemerahan ini juga akan terasa hangat dan tampak bengkak.
Selain timbul ruam kemerahan, kulit di area pemakaian popok juga bisa bersisik atau mengalami luka lepuh. Bayi yang mengalami ruam popok biasanya akan menjadi rewel, terutama saat area yang mengalami ruam dibersihkan atau ketika popoknya diganti.
Ruam popok dapat ditangani secara mandiri tanpa perlu ke dokter. Caranya adalah dengan menjaga popok tetap kering, langsung mengganti popok ketika popok basah atau lembap, memastikan sirkulasi udara di area pemakaian popok baik, dan mengoleskan salep khusus yang dijual bebas.
Namun, jika ruam popok tidak kunjung sembuh setelah 2 hari atau justru bertambah parah, sebaiknya periksakan bayi ke dokter. Kamu juga perlu membawa bayi ke dokter bila muncul gejala lain yang menyertai ruam popok, seperti:
- Demam
- Ruam berdarah.
- Ruam mengeluarkan cairan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
yang lembap dan panas.
Padahal, menurut dr. Annisa Nur Aini Sp.A, dokter spesialis anak dari RS Brawijaya Saharjo, kombinasi antara keringat, urine, dan paparan lembap berkepanjangan dapat memperburuk kondisi kulit bayi serta membuatnya sulit tidur. Tak ayal bisa berdampak buruk pada proses tumbuh kembang bayi.
"Oleh karena itu, pemilihan popok yang tepat sangat berpengaruh terhadap kesehatan kulit bayi dan kualitas tidur bayi," ujar dr. Annisa dalam peluncuran MAKUKU Skin Health, popok bayi terbaru yang dirancang khusus untuk membantu menjaga kesehatan kulit bayi.
Baca juga: Bayi Punya Kulit yang Masih Sensitif, Moms Harus Selektif Menggunakan Popok
"Popok yang dapat menyerap kelembapan dengan cepat, memiliki sirkulasi udara yang baik, serta teruji aman untuk kulit bayi, sangat direkomendasikan untuk mendukung tumbuh kembang bayi yang optimal,” jelasnya.
Penyebab Ruam Popok
Terkait ruam popok pada bayi, bisa saja disebabkan oleh beberapa hal berikut ini:
- Kontak terlalu lama dengan urine dan tinja di popok sehingga memicu iritasi pada kulit bayi yang sensitif.
- Gesekan, misalnya karena popok yang terlalu ketat.
- Tipe kulit sensitif.
- Iritasi terhadap produk yang baru digunakan, seperti sabun, bedak tabur bayi, detergen, atau bahan pelembut pakaian.
- Pengaruh jenis makanan baru, yang mengakibatkan perubahan komposisi tinja serta frekuensi buang air besar.
- Infeksi bakteri atau jamur, karena kulit tertutup popok terlalu lama sehingga menjadi lembap dan hangat.
Gejala Ruam Popok
Gejala utama ruam popok atau diaper rash adalah kulit bayi di area pemakaian popok, yaitu bokong, lipatan paha, dan sekitar alat kelamin mengalami iritasi, yang tampak memerah. Kulit yang mengalami ruam kemerahan ini juga akan terasa hangat dan tampak bengkak.
Selain timbul ruam kemerahan, kulit di area pemakaian popok juga bisa bersisik atau mengalami luka lepuh. Bayi yang mengalami ruam popok biasanya akan menjadi rewel, terutama saat area yang mengalami ruam dibersihkan atau ketika popoknya diganti.
Kapan harus ke dokter?
Ruam popok dapat ditangani secara mandiri tanpa perlu ke dokter. Caranya adalah dengan menjaga popok tetap kering, langsung mengganti popok ketika popok basah atau lembap, memastikan sirkulasi udara di area pemakaian popok baik, dan mengoleskan salep khusus yang dijual bebas.
Namun, jika ruam popok tidak kunjung sembuh setelah 2 hari atau justru bertambah parah, sebaiknya periksakan bayi ke dokter. Kamu juga perlu membawa bayi ke dokter bila muncul gejala lain yang menyertai ruam popok, seperti:
- Demam
- Ruam berdarah.
- Ruam mengeluarkan cairan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)