FAMILY

4 Tips saat Menjalani Co-Parenting setelah Perceraian

Medcom
Sabtu 09 Agustus 2025 / 11:05
Jakarta: Mungkin melakukan pengasuhan bersama atau co-parenting ini akan terasa sulit dijalani saat awal-awal perceraian, karena masing-masing orang tua pasti masih merasa emosi dan ego yang rumit.

Michelle Dempsey-Multack dalam Parent memberikan cara-cara yang bisa dilakukan untuk menjalani co-parenting pascaperceraian sebagai mantan pasangan. Berikut 4 cara sederhana untuk menjalani co-parenting setelah perceraian:
 

1. Perlakukan seperti rekan kerja


Pada awal perpisahan pasti akan muncul perasaan emosi dan khawatir seperti saat salah satunya memiliki pasangan baru dan mengajak anak saat kencan. Hal ini bisa diatasi dengan cara membatasi komunikasi hanya melalui email seperti kepada rekan kerja agar segala sesuatu tetap dalam porsinya.

Menerapkan hal yang perlu diketahui dan tidak perlu diketahui oleh mantan pasangan, serta menarik garis pembatas untuk membatasi hubungan hanya sebagai orang tua bersama.

Selain itu, batasi diri dengan tidak boleh mencecar mantan pasangan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan pribadi, dan mempertanyakan rencana mantan pasangan saat jadwal anak sedang mantan pasangan.

Batasi komunikasi saat melakukan co-parenting sesuai dengan kebutuhan dan tidak menuntut lebih dari itu kepada mantan pasangan.
 

2. Saling menghormati


Tidak perlu untuk menyukai kembali mantan pasangan, tetapi bisa menunjukkan sikap saling menghormati.

Jika semakin menghormati hubungan sebagai orang tua tentu anak-anak akan merasa nyaman walaupun harus berada di situasi pengasuhan yang baru.

Saat salah satu orang tua berbicara buruk tentang orang tua lain dan anak mendengarnya. Hal ini dapat menyebabkan orang tua dan anak tidak menghargai satu sama lain, yang pada akhirnya menimbulkan permusuhan antar mantan pasangan.

American Psychological Association menjelaskan, anak akan merasa terasingkan jika seorang anak dimanipulasi oleh salah satu orang tua untuk menjauh dan menolak hubungan dengan orang tua yang lain.

Keterasingan ini akan menimbulkan kebingungan dan kemarahan di diri anak. Di sisi lain, akan muncul perasaan tidak berdaya dan tidak aman dan menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan dalam diri anak.
 

3. Menjaga komunikasi dengan mantan pasangan


Komunikasi yang baik adalah kunci dalam hubungan pengasuhan anak bersama, tetapi harus tetap membatasi dengan hanya berkomunikasi yang membahas anak-anak saja.

Berkomunikasi dengan mantan tetapi tetap tahu batas adalah cara efektif untuk memenuhi kebutuhan anak-anak. Misalnya, bertanya tentang perilaku anak-anak dan apa saja masalah yang muncul saat anak berada di sekolah.

Komunikasi merupakan momok penting agar kesejahteraan dan kebutuhan anak-anak dapat terpenuhi serta memelihara kepercayaan satu sama lain dengan mantan pasangan.
 

4. Konsisten itu penting


American Academy of Pediatrics (AAP) menyebutkan pendekatan yang konsisten saat mengasuh anak pascaperceraian memeiliki efek perlindungan terhadap anak-anak. Mereka akan terbiasa dengan aturan serta disiplin yang konsisten antar orang tua di rumah yang berbeda jika hal ini bisa diterapkan sejak awal.

Pasti masing-masing orang tua memiliki aturannya sendiri. Jika salah satu orang tua mengizinkan televisi dan yang lain tidak hal ini harus dikomunikasikan bersama agar disiplin dan konsisten yang sedang dibagun dapat berjalan dengan baik. Jadi, penting untuk menyepakati bersama tentang dan aturan dengan mantan pasangan.

Mungkin hal ini akan terasa sulit dijalani saat awal-awal perceraian karena masing-masing orang tua pasti masih merasa emosi dan ego yang rumit. Dengan memperlakukan mantan pasangan seperti rekan kerja, saling menghormati, menjaga komunikasi, dan tetap konsisten dapat membuat co-parenting ini berhasil.

Secillia Nur Hafifah

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH