FAMILY

Disleksia: Ketika Belajar Baca Terasa Seperti Kerja Keras Oleh Anak

Mia Vale
Rabu 31 Juli 2024 / 13:11
Jakarta: Setiap anak merupakan pribadi yang unik dan spesial, bagaimana pun keadaannya. Dan itulah yang diangkat dari film Bollywood (India) tahun 2007 yang berjudul 'Taare Zameen Par'.

Film yang dalam bahasa Indonesia, 'Seperti Bintang-bintang di Langit' ini mengisahkan seorang anak laki-laki, bernama Ishaan Nandkishore Awasthi. Bocah laki-laki ini tidak mampu membaca meskipun sudah kelas 3 SD.

Ketika teman-temannya sudah pintar membaca Ishaan justru kesulitan mengenal huruf, misalnya sulit membedakan antara "d" dengan "b" atau "p". Dia juga susah membedakan suku kata yang bunyinya hampir sama, misalnya "Top" dengan "Pot" atau "Ring" dengan "Sing". 

Ishaan juga sering menulis huruf secara terbalik, sehingga membuat orang-orang yang membaca tulisannya kebingungan. Akibatnya, Ihsaan sering dimarahi guru dan orang tuanya karena dinilai malas belajar.

Untung saja ada seorang guru, yang mengerti kondisi yang dialami Ihsaan. Ya, bocah ceria yang berubah jadi pemurung ini, ternyata memiliki kelainan disleksia.
 

Dimiliki sejak lahir


Disleksia merupakan salah satu jenis ketidakmampuan belajar. Seorang anak dengan disleksia mengalami kesulitan belajar membaca, meskipun mereka cukup pintar dan ingin belajar. Namun begitu, disleksia bukanlah suatu penyakit. 

Ini adalah kondisi yang dimiliki seseorang sejak lahir, dan sering kali diturunkan dalam keluarga. Penderita disleksia bukanlah orang yang bodoh atau malas. Sebagian besar mempunyai kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata, dan mereka bekerja sangat keras untuk mengatasi masalah membaca mereka.

Penelitian yang dikutip dari Kids Health menunjukkan bahwa disleksia terjadi karena perbedaan cara otak memproses informasi. Gambar otak menunjukkan bahwa ketika penderita disleksia membaca, mereka menggunakan bagian otak yang berbeda dibandingkan orang tanpa disleksia. 

Otak penderita disleksia tidak bekerja secara efisien saat membaca. Oleh karena itu, membaca terasa seperti kerja keras dan lambat.


(Gangguan saraf pada bagian otak yang memproses bahasa membuat penderita disleksia kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
 

Tanda-tanda disleksia


Seperti yang dikatakan Cynthia M. Zettler-Greeley, PhD., pada anak prasekolah dan sekolah dasar, beberapa tanda disleksia dapat mencakup masalah pada:
 
  • - Belajar berbicara
  • - Mengucapkan kata-kata yang lebih panjang
  • - Memelajari urutan alfabet, hari dalam seminggu, warna, bentuk, dan angka
  • - Memelajari nama dan bunyi huruf
  • - Belajar membaca dan menulis namanya
  • - Belajar mengidentifikasi suku kata (sapi–anak laki-laki dalam koboi) dan bunyi ujaran (fonem: b-a-t dalam kelelawar) dalam kata-kata
  • - Mengucapkan kata-kata sederhana membaca dan mengeja kata dengan urutan huruf yang benar ("top" bukan "pot")
  • - Tulisan tangan dan koordinasi motorik halus
 

Menangani disleksia


Untungnya, dengan bantuan dan pendampingan yang tepat, sebagian besar anak penderita disleksia dapat belajar membaca dan mengembangkan strategi yang memungkinkan mereka untuk tetap berada di kelas reguler. Mereka biasanya bekerja dengan guru, tutor, atau spesialis membaca yang terlatih khusus untuk memelajari cara membaca, mengeja, dan mengelola kondisi tersebut.

Guru, psikolog, atau dokter anak mungkin merekomendasikan terapis akademis yang dilatih untuk menangani anak-anak penderita disleksia. 

Di Amerika Serikat, undang-undang federal memberikan hak kepada anak-anak yang memiliki perbedaan kemampuan membaca dan pembelajaran berbasis bahasa lainnya – yang secara kolektif dikenal sebagai “ketidakmampuan belajar spesifik” – untuk mendapatkan bantuan khusus di sekolah umum, seperti pengajaran khusus, waktu tambahan untuk ujian atau pekerjaan rumah, atau bantuan dalam mengerjakan tugas. mencatat.
 

Yang harus orang tua ketahui


Anak-anak penderita disleksia mungkin merasa dirinya tidak secerdas teman-temannya karena sulit untuk mengimbanginya. Saat mereka memasuki sekolah dasar, permasalahannya bisa menjadi lebih buruk karena membaca menjadi lebih penting dalam pembelajaran. 

Akibatnya, anak-anak mungkin kehilangan minat terhadap sekolah. Anak-anak yang mengalami kesulitan sering kali menghindari membaca karena sulit atau membuat stres. Jadi, mereka kehilangan latihan membaca yang berharga dan semakin tertinggal dari teman-teman sekelasnya.

Penting untuk mendukung upaya anak dengan mendorong dan membantu membaca di rumah. Cobalah juga untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk membangun kepercayaan diri dan meraih kesuksesan di bidang lain, seperti olahraga, hobi, musik, seni, dan drama. 

Seniman, atlet, ilmuwan, pengusaha, dokter, pengacara, dan negarawan semuanya mampu mencapai hal-hal besar meski mengalami kesulitan dalam membaca.

Jika Moms menduga si kecil mungkin menderita disleksia, bicarakan dengan dokter, guru anak, psikolog anak atau spesialis membaca. Semakin cepat masalah membaca ditemukan, semakin cepat anak mendapatkan bantuan yang tepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH