FAMILY
Parental Burnout, Masalah yang Suka Tidak Disadari Orang Tua
Raka Lestari
Rabu 02 Februari 2022 / 12:27
Jakarta: Pada masa pandemi ini, kata burnout menjadi cukup populer. Burnout sendiri memeliki arti kondisi seseorang yang merasa terjebak pada rutinitasnya, kemudian mengalami kelelahan secara mental dan merasa butuh bantuan. Bahkan bisa sampai pada titik tidak ingin lagi melakukan pekerjaan tersebut atau ingin melarikan diri dari situasi yang dihadapinya.
Meski awalnya banyak dipakai di kalangan para pekerja, seiring berjalannya waktu, kosakata burnout juga digunakan dalam dunia parenting, yakni parental burnout.
Psikolog Tatik Imadatus Sa’adati, S.Psi, M.Psi., menjelaskan ada beberapa pencetus orang tua bisa mengalami burnout, yaitu orang tua belum siap memiliki anak, tidak ada support system yang baik, dan kurang memiliki pengetahuan tentang dunia parenting.
"Ada tiga tanda untuk mendeteksi orang tua mengalami parental burnout. Pertama, orang tua merasa lelah secara emosional. Walau secara fisik terlihat biasa saja, emosi sebenarnya tidak stabil dan tidak terkendali," ujar psikolog yang akrab disapa Ima ini.
Beberapa ibu menganggap bahwa ia harus bisa semua, karena ia adalah seorang ibu. Padahal, itu termasuk dalam irrational thinking.
“Pikiran kita terbatas, badan kita terbatas, emosi kita juga perlu di-charge. Akibatnya, para ibu kadang kala tidak sadar kalau sedang lelah,” ungkap Ima.
Jika kelelahan terus menumpuk, akan ada fase di mana alam bawah sadar tidak bisa lagi mengontrol pikiran dan perasaan kita. Ketika emosi sudah tidak stabil, maka otak depan akan kesulitan untuk memutuskan atau menyelesaikan sesuatu secara bijak.
Kedua, orang tua bisa bersikap negatif terhadap orang lain. Misalnya, jadi sinis, mudah marah, dan tersinggung. Ketiga, produktivitas akan menurun atau pencapaian individu berkurang. Salah satu contohnya, orang tua jadi suka overthinking.
Ima mengungkapkan, normal apabila sekali waktu ibu merasa lelah, sedih, butuh orang lain, atau ingin me time. Terbukalah dengan support system ketika membutuhkan bantuan atau atur strategi dengan pasangan, apa yang bisa dilakukan agar tidak sampai burnout.
“Saat merasa burnout, yang pertama bisa dilakukan adalah rehat sejenak dari situasi tersebut. Mintalah orang lain untuk menggantikan peran ibu untuk sementara waktu dalam mengasuh si Kecil,” ujarnya.
Kemudian, lakukan sesuatu yang pasti akan membuat ibu senang dan membuat baterai emosi kembali stabil. Misalnya, ibu merasa lebih baik ketika dipeluk oleh suami, maka jangan ragu untuk minta dipeluk suami. Terkadang, perlu juga untuk tidak melakukan apa pun alias bermalas-malasan saja. Seberapa lamanya, tergantung kebutuhan sang ibu itu sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Meski awalnya banyak dipakai di kalangan para pekerja, seiring berjalannya waktu, kosakata burnout juga digunakan dalam dunia parenting, yakni parental burnout.
Psikolog Tatik Imadatus Sa’adati, S.Psi, M.Psi., menjelaskan ada beberapa pencetus orang tua bisa mengalami burnout, yaitu orang tua belum siap memiliki anak, tidak ada support system yang baik, dan kurang memiliki pengetahuan tentang dunia parenting.
"Ada tiga tanda untuk mendeteksi orang tua mengalami parental burnout. Pertama, orang tua merasa lelah secara emosional. Walau secara fisik terlihat biasa saja, emosi sebenarnya tidak stabil dan tidak terkendali," ujar psikolog yang akrab disapa Ima ini.
Beberapa ibu menganggap bahwa ia harus bisa semua, karena ia adalah seorang ibu. Padahal, itu termasuk dalam irrational thinking.
“Pikiran kita terbatas, badan kita terbatas, emosi kita juga perlu di-charge. Akibatnya, para ibu kadang kala tidak sadar kalau sedang lelah,” ungkap Ima.
Jika kelelahan terus menumpuk, akan ada fase di mana alam bawah sadar tidak bisa lagi mengontrol pikiran dan perasaan kita. Ketika emosi sudah tidak stabil, maka otak depan akan kesulitan untuk memutuskan atau menyelesaikan sesuatu secara bijak.
Kedua, orang tua bisa bersikap negatif terhadap orang lain. Misalnya, jadi sinis, mudah marah, dan tersinggung. Ketiga, produktivitas akan menurun atau pencapaian individu berkurang. Salah satu contohnya, orang tua jadi suka overthinking.
Cara mengatasi parental burnout
Ima mengungkapkan, normal apabila sekali waktu ibu merasa lelah, sedih, butuh orang lain, atau ingin me time. Terbukalah dengan support system ketika membutuhkan bantuan atau atur strategi dengan pasangan, apa yang bisa dilakukan agar tidak sampai burnout.
“Saat merasa burnout, yang pertama bisa dilakukan adalah rehat sejenak dari situasi tersebut. Mintalah orang lain untuk menggantikan peran ibu untuk sementara waktu dalam mengasuh si Kecil,” ujarnya.
Kemudian, lakukan sesuatu yang pasti akan membuat ibu senang dan membuat baterai emosi kembali stabil. Misalnya, ibu merasa lebih baik ketika dipeluk oleh suami, maka jangan ragu untuk minta dipeluk suami. Terkadang, perlu juga untuk tidak melakukan apa pun alias bermalas-malasan saja. Seberapa lamanya, tergantung kebutuhan sang ibu itu sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)