FAMILY

Catat! 4 Tindakan yang Bisa Diterapkan untuk Mencegah Perundungan Anak

Medcom
Senin 24 Juli 2023 / 10:05
Jakarta: Informasi perundungan anak semakin menjalar. Banyak ditemukannya kasus yang menyebabkan kerugian tersebut seperti luka-luka fisik, luka secara mental, hingga berujung pada merenggut nyawa.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima aduan dari 480 anak yang menjadi korban bullying di sekolah pada periode 2016 hingga 2020. Angka ini bukan patut untuk dibanggakan, melainkan waspada.

Menurut psikolog Andrew Mellor, perundungan adalah pengalaman yang terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain, dan ia takut apabila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi. 

Sedangkan, korban merasa tidak berdaya untuk mencegahnya. Perundungan tidak lepas dari adanya kesenjangan kekuatan antara korban dan pelaku serta diikuti pola repetisi (pengulangan perilaku).

Sulitnya memutus mata rantai kasus perundungan ini menjadi pokok permasalahan. Sebab, korban bisa menjadi pelaku dan pelaku dapat pula menjadi korban.

Menurut dr. Anggia Hapsari, Sp. K. J, Subsp. A. R. (K) selaku Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Subspesialis Anak dan Remaja (Psikiatri) dari Rumah Sakit Pondok Indah, perundungan harus diambil tindakan segera.

Jika si kecil mengalami perundungan, dr. Anggia memberikan empat cara untuk mencegah hal tersebut. Moms bisa berikan pemahaman ini ke anak, ya! Empat tips tersebut, yakni:
 

1. Tatap mata perundung untuk menyudahi


Jika si perundung menggoda dengan cara yang tidak disukai, mengejek, atau mengancam secara fisik, terkadang kontak mata dan ketenangan, mengatakan "tidak" dengan jelas adalah cara yang tepat untuk meredakan ketegangan.

Katakan kepada si perundung bahwa kamu TIDAK suka dengan perlakuan yang kamu terima, dan tegaskan bahwa hal itu harus segera dihentikan. Jika keadaannya tepat, cobalah tertawa untuk mengurangi ketegangan. 

Si perundung biasanya berusaha untuk mengalahkan orang yang mereka bully. Jadi, jika kamu tampak tidak takut, dia akan menyerah dan meninggalkan kamu dengan segera.

Jangan meminta si perundung menghentikan tindakannya dengan cara kamu berteriak kepadanya. Hal ini akan memprovokasi si perundung terus menggoda kamu untuk mendapatkan reaksi yang lebih keras.
 

2. Hindari membuat situasi bertambah panas


Menantang si perundung dengan menjulukinya atau mengancam bahwa kamu akan melawan balik hanya akan memperburuk situasi. Jangan berteriak atau melangkah maju saat mendapatkan kekerasan fisik.

Si perundung cenderung menanggapi dengan melakukan perundungan lebih lanjut. Kamu akan berisiko menghadapi masalah yang lebih banyak atau dia semakin mem-bully jika kamu terlibat dalam situasi tersebut.


(Beritahu anak bagaimana harus bersikap di depan pelaku bully. Si kecil tidak boleh malu, minder, atau takut saat berhadapan dengan anak-anak nakal pelaku bully. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
 

3. Identifiksi kapan kamu harus pergi


Jika situasi sepertinya mengancam atau berbahaya, sebaiknya kamu segera pergi. Berbalik dan pergilah dari si perundung. Pada suatu titik, adu pendapat dengannya tidak ada gunanya.

Jika kamu mengkhawatirkan keselamatan kamu, temui guru atau pembimbing yang dipercayai untuk membantu mengatasi situasi tersebut. Hindari melakukan kontak lebih jauh dengan si perundung sampai kamu melakukan langkah-langkah lain untuk menghentikan perundungan.
 

4. Hiraukan bentuk kekerasan melalui elektronik


Jika mendapat perundungan dari seseorang lewat pesan pendek (SMS), media sosial, laman pribadi, surel, atau media daring lainnya, jangan ditanggapi. Jika si perundung anonim, provokasi hanya akan memperburuk situasi.

Alih-alih menanggapi si perundung, lakukan tindakan-tindakan berikut:
 

- Simpan bukti


Jangan menghapus email atau pesan pendek yang berisi ancaman. Kamu mungkin akan membutuhkan bukti-bukti itu jika keadaan menjadi lebih buruk.
 

- Blok si perundung


Jika kamu kenal dengan pelakunya, blok orang itu dari media sosial kamu, hapus dia dari kontak telepon, dan jangan melakukan korespondensi dengan orang itu melalui cara apa pun. 

Hal ini sering kali cukup untuk menghalangi si perundung melakukan tindakan yang lebih jauh. Jika orang itu anonim, tandai email-nya dan golongkan sebagai surel sampah (spam).
 

- Ubah pengaturan akun kamu


Hal ini dilakukan agar sulit dicari secara daring. Mulailah memakai nama berbeda untuk ditampilkan (screen name) atau mengetatkan pengaturan privasi di akun sosial media kamu.



Aulia Putriningtias 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH