FAMILY
Ini Aktivitas yang Dianjurkan Dokter ketika Periode Tunggu Program Hamil
Raka Lestari
Kamis 30 Desember 2021 / 14:08
Jakarta: Two Weeks Waiting (TWW) atau periode tunggu setelah tindakan transfer embrio (dikenal pula dengan ET atau embryo transfer). TWW merupakan salah satu periode yang paling mendebarkan bagi suami istri yang tengah menjalani program bayi tabung.
“Pada periode tunggu, sebenarnya wanita tidak harus selalu istirahat di tempat tidur atau berbaring sepanjang waktu. Mempertahankan rutinitas normal juga penting untuk mengalihkan pikiran dari waktu dua minggu yang pasti terasa sangat panjang,” jelas dr. Aida Riyanti, Sp.OG-KFER, M.RepSc dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi di RS Pondok Indah IVF Centre.
Menurut dr. Aida, bersikap santai dapat membantu mengatasi emosional yang naik turun yang mungkin kerap dialami. Sangat penting untuk meluangkan waktu beristirahat, bersantai, dan memulihkan diri.
“Positive thinking juga sangat penting. Dibarengi dengan mengurangi paparan informasi yang belum jelas kebenarannya, atau mengurangi akses media sosial, mungkin dapat membantu pasangan lebih tenang,” tutur dr. Aida.
Setelah embrio transfer, dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi biasanya akan meresepkan obat-obatan penunjang untuk meningkatkan kemungkinan embrio untuk terimplantasi atau menempel.
“Sangat penting untuk mengikuti saran dokter dan tetap mengonsumsi obat apa pun yang direkomendasikan selama masa penantian dua minggu tersebut. Sebaiknya, hindari melewatkan dosis dan jangan memutuskan untuk menghentikan pengobatan sendiri,” kata dr. Aida.
Selain itu, perlu juga mengawasi gejala-gejala tertentu yang dapat terjadi pada hari-hari setelah transfer embrio. Wanita yang mengonsumsi obat kesuburan dapat mengalami kondisi yang disebut sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS).
“Kondisi ini dapat terjadi ketika tubuh merespons secara dramatis terhadap hormon yang disuntikkan, yang digunakan sebagai bagian dari proses IVF,” tutur dr. Aida.
OHSS dapat menyebabkan gejala seperti: sakit perut, perut kembung, mual, muntah. Gejala ini bisa ringan, tetapi juga bisa memburuk dengan sangat cepat jika calon ibu memiliki kasus sindrom yang serius.
“Jadi, apabila seseorang wanita yang sedang melakukan program hamil tiba-tiba merasakan sakit parah di perut, jangan menunggu terlalu lama. Segera hubungi dokter, maternity counsellor, atau klinik dan jelaskan gejala yang dialami,” tutup dr. Aida.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
“Pada periode tunggu, sebenarnya wanita tidak harus selalu istirahat di tempat tidur atau berbaring sepanjang waktu. Mempertahankan rutinitas normal juga penting untuk mengalihkan pikiran dari waktu dua minggu yang pasti terasa sangat panjang,” jelas dr. Aida Riyanti, Sp.OG-KFER, M.RepSc dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi di RS Pondok Indah IVF Centre.
Menurut dr. Aida, bersikap santai dapat membantu mengatasi emosional yang naik turun yang mungkin kerap dialami. Sangat penting untuk meluangkan waktu beristirahat, bersantai, dan memulihkan diri.
“Positive thinking juga sangat penting. Dibarengi dengan mengurangi paparan informasi yang belum jelas kebenarannya, atau mengurangi akses media sosial, mungkin dapat membantu pasangan lebih tenang,” tutur dr. Aida.
Setelah embrio transfer, dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi biasanya akan meresepkan obat-obatan penunjang untuk meningkatkan kemungkinan embrio untuk terimplantasi atau menempel.
“Sangat penting untuk mengikuti saran dokter dan tetap mengonsumsi obat apa pun yang direkomendasikan selama masa penantian dua minggu tersebut. Sebaiknya, hindari melewatkan dosis dan jangan memutuskan untuk menghentikan pengobatan sendiri,” kata dr. Aida.
Selain itu, perlu juga mengawasi gejala-gejala tertentu yang dapat terjadi pada hari-hari setelah transfer embrio. Wanita yang mengonsumsi obat kesuburan dapat mengalami kondisi yang disebut sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS).
“Kondisi ini dapat terjadi ketika tubuh merespons secara dramatis terhadap hormon yang disuntikkan, yang digunakan sebagai bagian dari proses IVF,” tutur dr. Aida.
OHSS dapat menyebabkan gejala seperti: sakit perut, perut kembung, mual, muntah. Gejala ini bisa ringan, tetapi juga bisa memburuk dengan sangat cepat jika calon ibu memiliki kasus sindrom yang serius.
“Jadi, apabila seseorang wanita yang sedang melakukan program hamil tiba-tiba merasakan sakit parah di perut, jangan menunggu terlalu lama. Segera hubungi dokter, maternity counsellor, atau klinik dan jelaskan gejala yang dialami,” tutup dr. Aida.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)