FAMILY

Baby Blues Setelah Melahirkan, Perhatikan 7 Tandanya!

Mia Vale
Senin 23 Oktober 2023 / 15:05
Jakarta: Banyak wanita mengalami baby blues pada minggu-minggu pertama setelah melahirkan. Ini adalah bagian normal dalam membiasakan diri menjadi seorang ibu. Memiliki bayi yang baru lahir memang menggembirakan, melelahkan, dan menantang secara fisik.

Namun, rasa tanggung jawab bisa jadi menakutkan. Perasaan tidak mampu dan bersalah bisa sangat membebani. 

Baby blues biasanya dimulai berkisar hari ketiga setelah si kecil hadir ke dunia. Umumnya, saat tubuh kamu mulai kembali normal, perasaan ini akan hilang dalam beberapa hari. 

Perasaan ini mungkin disebabkan oleh perubahan kadar hormon setelah melahirkan. Ibu baru melahirkan mungkin berubah dari perasaan gembira menjadi perasaan sedih yang luar biasa.
 

Penyebab baby blues


Perubahan hormon yang terjadi setelah melahirkan bisa menyebabkan baby blues. Setelah melahirkan, jumlah hormon estrogen dan progesteron tiba-tiba menurun sehingga menyebabkan perubahan suasana hati. 

Bagi sebagian orang, hormon yang dibuat oleh kelenjar tiroid bisa turun tajam, sehingga membuat mereka merasa lelah dan depresi. Kurang tidur dan tidak makan dengan baik dapat menambah perasaan tersebut. 

Masalah emosional adalah kemungkinan penyebab baby blues lainnya. Kamu mungkin merasa gugup saat merawat bayi baru lahir atau khawatir tentang perubahan hidup kamu sejak bayi tersebut lahir. Pikiran-pikiran ini bisa menimbulkan perasaan sedih atau tertekan. 
 

Waspadai tanda-tanda baby blues:


Ya, hingga 10 persen ibu melahirkan bisa merasakan perasaan sedih atau depresi setelah kelahiran bayi. Hal ini paling sering terjadi pada tiga sampai enam bulan pertama setelah bayi lahir, namun dapat berkembang hingga satu tahun setelahnya. 


(Ibu yang mendapat dukungan setelah melahirkan punya pengaruh positif bagi diri serta keluarganya. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)

Mengutip dari march of Dimes, seorang istri menderita baby blues, bisa memiliki ciri-ciri, seperti di bawah ini: 
 
  1. 1. Menarik diri dan ingin sendiri, bahkan bisa menangis tiba-tiba
  2. 2. Merasa marah, murung, rewel, cemas, dan mudah tersinggung
  3. 3. Kehilangan minat pada pekerjaan atau hobi favorit, atau memilih untuk lebih banyak bekerja 
  4. 4. Tidak percaya diri akan perubahan bentuk tubuh setelah melahirkan
  5. 5. Menjadi frustrasi atau sedih, lonjakan perasaan yang sulit ditebak
  6. 6. Merasa putus asa atau kewalahan seakan tidak mampu merawat bayinya
  7. 7. Sulit tidur atau mengambil keputusan, konsentrasi seakan buyar

Kurang tidur, masalah hubungan atau stres juga bisa menyebabkan baby blues. Pasangan pria juga mungkin mengalami baby blues karena perubahan hormon selama dan setelah bayi lahir. 

Kadar testosteron mungkin turun dan kadar estrogen mungkin meningkat pada ayah baru. Hormon lain, seperti kortisol, vasopresin, dan prolaktin, mungkin meningkat. Semua perubahan hormon ini dapat menyebabkan depresi.

Bila Moms mengalami baby blues, jangan ragu untuk mencari dukungan. Bicaralah dengan orang yang dekat dengan Moms, seperti pasangan, anggota keluarga, atau teman dekat. 

Kamu memerlukan dukungan untuk membantu mendapatkan istirahat sebanyak yang kamu bisa. Bila dukungan itu ada, meskipun mungkin merasa tertekan, baby blues akan berlalu dengan cepat. Jangan sampai terlambat!
 

Budaya pendampingan pascamelahirkan di Indonesia


Sering kita melihat ada seseorang yang membantu ibu setelah melahirkan bayi di Indonesia. Jika di luar negeri pendamping jelang persalinan sering disebut dengan Doula pendampingan dari doula-bisa memberikan banyak manfaat bagi ibu hamil. Namun kehadiran doula bukan sebuah keharusan untuk mendampingi ibu hingga persalinan. 

Dari asal katanya, doula adalah bahasa Yunani yang bisa diartikan sebagai seorang pembantu wanita. Dalam konteks kehamilan dan persalinan, maka doula diartikan sebagai seseorang yang berperan dalam mendampingi calon ibu mulai dari masa kehamilan hingga persalinan. 

Tugas doula berkutat pada pemberian dukungan dari segi emosional, fisik, dan juga edukasi tidak hanya pada calon ibu, tapi juga calon ayah untuk menyambut kelahiran sang buah hati. 

Namun di Indonesia berbeda. Kita lebih jamak melihat ibu ditemani setelah melahirkan. Inilah juga mungkin yang menjadi salah satu alasan dari kearifan lokal (sejak zaman dahulu), saat budaya setelah ibu melahirkan selama beberapa waktu hari-harinya pasti ditemani entah itu oleh saudara atau tetangga dekat yang 'dibayar' untuk membantu ibu pascamelahirkan. 

Selain membantu ibu baru menyesuaikan diri, berbagai kebutuhan si kecil, sekaligus menjadi teman bercerita sang ibu, hal ini memberikan kenyamanan bagi sang ibu dalam menjalani kehidupannya yang telah berbeda setelah bayi lahir. 

Dalam National Institutes of Health disebutkan juga studi tentang hal ini, yaitu ibu yang menerima dukungan punya pengaruh terhadap diri sang ibu dan tujuannya agar proses kehidupan barunya sang ibu dengan si kecil dan keluarganya lebih positif.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH