FAMILY
Hari Buku Sedunia Merupakan Momentum Peningkatan Literasi
K. Yudha Wirakusuma
Jumat 22 April 2022 / 21:10
Jakarta: Kebiasaan membaca buku dapat dibentuk sejak dini. Tentunya lingkungan keluarga menjadi awal mula anak dapat gemar membaca.
Ada berbagai macam keuntungan gemar membaca buku. Diantaranya mendapatkan wawasan yang sangat luas. mendapatkan segala informasi yang ada di seluruh dunia dan dapat meningkatkan keterampilan menulis.
Di hari Buku Sedunia yang jatuh tiap 23 April merupakan momentum peningkatan literasi untuk konsisten mengajak masyarakat gemar membaca dan menulis. Momentum ini dimanfaatkan sebagai ajang Peluncuran Antologi Cerita Pendek (cerpen)
“Sepasang Luka” adalah salah satunya. Buku yang ditulis oleh 30 pelajar SMP ini berisikan curahan kejujuran dari generasi masa depan atas kondisi batin dan sosial yang terluka.
“Luka sosial itu terjadi karena disebabkan sejumlah hal, seperti maraknya kasus korupsi, rasa ketidakadilan yang masih sering terjadi, lingkungan yang tidak kondusif, sampai pengaruh penyalahgunaan media sosial,” ujar Direktur Media Pendidikan Cakrawala Nusa Tenggara Timur Gusty Rikano pada Webinar Perayaan Hari Buku Sedunia bersama Duta Baca Indonesia, Jumat, 22 April 2022.
Padahal, mereka adalah generasi masa depan bangsa. Namun, saat ini mereka menjadi generasi yang terluka dan dilukai secara batin dan sosial. Gusty menambahkan, eksepresi mereka menuangkan kegelisahan atas yang dirasakan adalah cara terhebat untuk membalut luka.
Kekaguman lain juga disuarakan Guru Penggerak dari Nusa Tenggara Barat Purna Aprianti. Bagaimana pelajar SMP sudah memiliki kepekaan yang dalam terhadap kehidupan sosial. Ada nilai karakter yang patut direnungkan dan patut dibaca oleh seluruh stake holder.
“Tulisan ini luar biasa. Bisa dikatakan sebagai buku yang kritis. Karena terkadang orang dewasa sering merasa paling benar. Sesekali kita perlu membuka hati membaca cerita mereka,” tambah Purna.
Buku Antologi Cerpen Anak se-Indonesia “Sepasang Luka” adalah produk dari Safari Literasi Duta Baca Indonesia Jawa-Bali-NTB-NTT yang berlangsung dari 18 Januari-10 April 2022. “Ada ratusan naskah yang masuk, dan kami lakukan seleksi ketat,” terang Duta Baca Indonesia Gol A Gong.
Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Perkembangan Budaya Baca Perpusnas Adin Bondar mengatakan buku sudah lama telah menjadi barometer tingkat kemajuan peradaban bangsa.
Barbara Tuchman, seorang sejarawan asal Amerika Serikat pernah menuliskan bahwa buku adalah pengusung peradaban. Tanpa buku sejarah akan hilang, sastra bungkam, sains lumpuh, pemikiran macet.
Singkatnya, buku adalah mesin perubahan jendela dunia. Pemikiran yang sama juga diutarakan Presiden kenamaan dari Amerika Serikat Thomas Jefferson yang menjabat pada periode 1801-1809, yang mengaku tidak bisa hidup tanpa buku.
Hari Buku Sedunia adalah momentum inspirasi bahwa membaca itu sangat penting. Melalui buku terjadi suatu pengulatan cara berpikir kritis masyarakat. Orang yang gemar baca akan cenderung produktif dan inovatif, serta memiliki kecakapan sosial,” pungkas Adin.
(YDH)
Ada berbagai macam keuntungan gemar membaca buku. Diantaranya mendapatkan wawasan yang sangat luas. mendapatkan segala informasi yang ada di seluruh dunia dan dapat meningkatkan keterampilan menulis.
Di hari Buku Sedunia yang jatuh tiap 23 April merupakan momentum peningkatan literasi untuk konsisten mengajak masyarakat gemar membaca dan menulis. Momentum ini dimanfaatkan sebagai ajang Peluncuran Antologi Cerita Pendek (cerpen)
“Sepasang Luka” adalah salah satunya. Buku yang ditulis oleh 30 pelajar SMP ini berisikan curahan kejujuran dari generasi masa depan atas kondisi batin dan sosial yang terluka.
“Luka sosial itu terjadi karena disebabkan sejumlah hal, seperti maraknya kasus korupsi, rasa ketidakadilan yang masih sering terjadi, lingkungan yang tidak kondusif, sampai pengaruh penyalahgunaan media sosial,” ujar Direktur Media Pendidikan Cakrawala Nusa Tenggara Timur Gusty Rikano pada Webinar Perayaan Hari Buku Sedunia bersama Duta Baca Indonesia, Jumat, 22 April 2022.
Padahal, mereka adalah generasi masa depan bangsa. Namun, saat ini mereka menjadi generasi yang terluka dan dilukai secara batin dan sosial. Gusty menambahkan, eksepresi mereka menuangkan kegelisahan atas yang dirasakan adalah cara terhebat untuk membalut luka.
Kekaguman lain juga disuarakan Guru Penggerak dari Nusa Tenggara Barat Purna Aprianti. Bagaimana pelajar SMP sudah memiliki kepekaan yang dalam terhadap kehidupan sosial. Ada nilai karakter yang patut direnungkan dan patut dibaca oleh seluruh stake holder.
“Tulisan ini luar biasa. Bisa dikatakan sebagai buku yang kritis. Karena terkadang orang dewasa sering merasa paling benar. Sesekali kita perlu membuka hati membaca cerita mereka,” tambah Purna.
Buku Antologi Cerpen Anak se-Indonesia “Sepasang Luka” adalah produk dari Safari Literasi Duta Baca Indonesia Jawa-Bali-NTB-NTT yang berlangsung dari 18 Januari-10 April 2022. “Ada ratusan naskah yang masuk, dan kami lakukan seleksi ketat,” terang Duta Baca Indonesia Gol A Gong.
Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Perkembangan Budaya Baca Perpusnas Adin Bondar mengatakan buku sudah lama telah menjadi barometer tingkat kemajuan peradaban bangsa.
Barbara Tuchman, seorang sejarawan asal Amerika Serikat pernah menuliskan bahwa buku adalah pengusung peradaban. Tanpa buku sejarah akan hilang, sastra bungkam, sains lumpuh, pemikiran macet.
Singkatnya, buku adalah mesin perubahan jendela dunia. Pemikiran yang sama juga diutarakan Presiden kenamaan dari Amerika Serikat Thomas Jefferson yang menjabat pada periode 1801-1809, yang mengaku tidak bisa hidup tanpa buku.
Hari Buku Sedunia adalah momentum inspirasi bahwa membaca itu sangat penting. Melalui buku terjadi suatu pengulatan cara berpikir kritis masyarakat. Orang yang gemar baca akan cenderung produktif dan inovatif, serta memiliki kecakapan sosial,” pungkas Adin.
(YDH)