FAMILY
Egois dan Tidak Mendukung Pasangan? Bisa karena Stres!
Mia Vale
Kamis 14 Oktober 2021 / 08:00
Jakarta: Stres bisa berdampak apa saja untuk diri kita. Bahkan bisa juga memengaruhi hubungan dengan pasangan. Karena stres, bisa saja kita mendadak jadi sedikit kurang sabar, lebih ceroboh, bahkan jadi kurang sensitif terhadap lingkungan.
Perilaku stres juga bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan penyakit jantung, merusak siklus tidur, cepat bereaksi, bahkan lebih mudah tersinggung.
Sadar akan dampak negatif itu semua, Lisa A. Neff dan timnya di University of Texas di Austin melihat lebih dekat efek stres pada bagaimana pasangan memandang dan menanggapi kebutuhan satu sama lain.
Neff dan rekan-rekan mengikutsertakan 121 pasangan selama dua tahun, di mana pada awal penelitian mereka baru menikah enam bulan. Menurut laman Psychology Today, setiap pasangan diharuskan menyelesaikan survei buku harian setiap hari selama dua minggu setiap tahun sampai studi selesai.
Survei harian ini mencakup tanggapan untuk pertanyaan menilai stres kronis selama setahun terakhir, stres harian, persepsi kebutuhan pasangan, kebutuhan dukungan pribadi, an penyediaan dukungan pribadi. Semua itu melalui skala lima poin tertinggi.
.jpg)
(Para peneliti mengakui, stres dapat merusak kemampuan individu untuk membedakan emosi. Akhirnya, mempersulit tafsir perasaan pasangan. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Ternyata, setelah pasangan-pasangan itu melakukan apa yang dipinta, para peneliti menemukan jawabannya. Stres kronis harian memiliki efek berbeda pada kemampuan pasangan untuk memahami dan menanggapi kebutuhan pasangan mereka.
Dan stres kronis ini faktanya mengganggu kemampuan pria untuk memahami kebutuhan pasangan wanita mereka.
Tapi lainnya halnya dengan stres harian. Stres ini tidak mengganggu, hanya menghalangi pria untuk memberikan dukungan kepada pasangannya yang diakui, mereka membutuhkannya.
Dampak ini kurang terlihat pada peserta wanita. Para wanita cenderung menunjukkan kesadaran yang lebih konsisten tentang tingkat stres suami mereka dan tetap memenuhi kebutuhan suaminya. Terlepas dari stres kronis atau fluktuasi stres harian para istri sendiri.
Dengan kata lain, wanita berkat pengondisian dan perbedaan hormonal selama bertahun-tahun lebih cenderung bisa 'berteman' dengan stres dibanding pria.
Para peneliti mengakui, stres dapat merusak kemampuan individu untuk membedakan emosi. Akhirnya, mempersulit upaya untuk berhasil menafsirkan perasaan pasangan atau isyarat kesusahan. Stres juga bisa membuat kita menjadi egois.
Bahkan untuk memberi dukungan terhadap pasangan yang kita cintai saja dapat membutuhkan banyak energi. Dan pada akhirmya kita tidak mampu melakukan tugas itu hanya karena kekhawatiran kronis kita sendiri. Akibatnya pasangan akan merasa kita tidak mendukung mereka, walaupun kita tahu mereka membutuhkannya.
Stres bisa berefek negatif, tapi tidak selalu begitu. Buktinya masih ada pasangan yang saling memberi dukungan, walaupun sedang stres. Biasanya untuk pasangan yang sudah terjalin dalam waktu lama, memberi dukungan sudah menjadi kebiasaan dari waktu ke waktu. Mereka melakukan itu sudah bukan menjadi beban lagi.
Dari pembahasan ini bisa disimpulkan bahwa bila kamu merasa pasangan tidak cukup mendengarkan, memahami, atau memenuhi kebutuhan kamu, coba luangkan waktu sejenak.
Pertimbangkan tingkat stres yang mungkin sedang dia alami. Cobalah telaah, jangan-jangan pasangan kita yang justru membutuhkan dukungan dari orang terkasihnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Perilaku stres juga bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan penyakit jantung, merusak siklus tidur, cepat bereaksi, bahkan lebih mudah tersinggung.
Sadar akan dampak negatif itu semua, Lisa A. Neff dan timnya di University of Texas di Austin melihat lebih dekat efek stres pada bagaimana pasangan memandang dan menanggapi kebutuhan satu sama lain.
Lakukan penelitian
Neff dan rekan-rekan mengikutsertakan 121 pasangan selama dua tahun, di mana pada awal penelitian mereka baru menikah enam bulan. Menurut laman Psychology Today, setiap pasangan diharuskan menyelesaikan survei buku harian setiap hari selama dua minggu setiap tahun sampai studi selesai.
Survei harian ini mencakup tanggapan untuk pertanyaan menilai stres kronis selama setahun terakhir, stres harian, persepsi kebutuhan pasangan, kebutuhan dukungan pribadi, an penyediaan dukungan pribadi. Semua itu melalui skala lima poin tertinggi.
.jpg)
(Para peneliti mengakui, stres dapat merusak kemampuan individu untuk membedakan emosi. Akhirnya, mempersulit tafsir perasaan pasangan. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Apa hasilnya?
Ternyata, setelah pasangan-pasangan itu melakukan apa yang dipinta, para peneliti menemukan jawabannya. Stres kronis harian memiliki efek berbeda pada kemampuan pasangan untuk memahami dan menanggapi kebutuhan pasangan mereka.
Dan stres kronis ini faktanya mengganggu kemampuan pria untuk memahami kebutuhan pasangan wanita mereka.
Tapi lainnya halnya dengan stres harian. Stres ini tidak mengganggu, hanya menghalangi pria untuk memberikan dukungan kepada pasangannya yang diakui, mereka membutuhkannya.
Dampak ini kurang terlihat pada peserta wanita. Para wanita cenderung menunjukkan kesadaran yang lebih konsisten tentang tingkat stres suami mereka dan tetap memenuhi kebutuhan suaminya. Terlepas dari stres kronis atau fluktuasi stres harian para istri sendiri.
Dengan kata lain, wanita berkat pengondisian dan perbedaan hormonal selama bertahun-tahun lebih cenderung bisa 'berteman' dengan stres dibanding pria.
Stres menghalangi dukungan
Para peneliti mengakui, stres dapat merusak kemampuan individu untuk membedakan emosi. Akhirnya, mempersulit upaya untuk berhasil menafsirkan perasaan pasangan atau isyarat kesusahan. Stres juga bisa membuat kita menjadi egois.
Bahkan untuk memberi dukungan terhadap pasangan yang kita cintai saja dapat membutuhkan banyak energi. Dan pada akhirmya kita tidak mampu melakukan tugas itu hanya karena kekhawatiran kronis kita sendiri. Akibatnya pasangan akan merasa kita tidak mendukung mereka, walaupun kita tahu mereka membutuhkannya.
Saling memberi dukungan
Stres bisa berefek negatif, tapi tidak selalu begitu. Buktinya masih ada pasangan yang saling memberi dukungan, walaupun sedang stres. Biasanya untuk pasangan yang sudah terjalin dalam waktu lama, memberi dukungan sudah menjadi kebiasaan dari waktu ke waktu. Mereka melakukan itu sudah bukan menjadi beban lagi.
Dari pembahasan ini bisa disimpulkan bahwa bila kamu merasa pasangan tidak cukup mendengarkan, memahami, atau memenuhi kebutuhan kamu, coba luangkan waktu sejenak.
Pertimbangkan tingkat stres yang mungkin sedang dia alami. Cobalah telaah, jangan-jangan pasangan kita yang justru membutuhkan dukungan dari orang terkasihnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)