FAMILY
65% Anak Indonesia Alami Tantrum, Ini Penyebabnya
Aulia Putriningtias
Kamis 25 April 2024 / 12:23
Jakarta: Anggota Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial IDAI, I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp.A(K), mengatakan ada sekitar 65 % anak mengalami tantrum. Penyebabnya pun berbagai macam.
Kecanduan dengan gawai menjadi salah satu mengapa anak mengalami tantrum. Perilaku negatif ini terjadi akibat penggunaan gawai lebih dari 20 menit per hari, sehingga terjadi peningkatan risiko terjadi tantrum sebesar 0,375 kali lipat.
"Penelitian terbaru di Indonesia menunjukkan bahwa anak yang menonton atau mendapatkan paparan gadget lebih dari 20 menit itu 65,1 persen mengalami temper tantrum karena penggunaan atau paparan gadget yang terlalu lama," ungkapnya pada temu media Selasa, 23 April 2024.
Tantrum sendiri merupakan ledakan emosi yang sering ditunjukkan oleh anak. Ledakan ini biasanya dilakukan karena dipicu oleh amarah, frustrasi, atau kondisi di mana anak tidak dapat menerima sesuatu. Kondisi ini dipengaruhi oleh lingkungan, pola asuh, dan kondisi kesehatan anak baik.
Baca juga: Zaskia Adya Mecca Bagikan Tips Memandikan Anak tanpa Drama
Tantrum sendiri akan membuat anak sulit untuk fokus. Menurut dr. Ayu, dengan terjadinya hal ini, dapat menyebabkan suatu kerusakan difungsi otak eksekutifnya di bagian pre frontal cortex.

Menurut data yang dipaparkan oleh dr. Ayu, sebanyak 86 persen anak menangis ketika tantrum. 40 persen berteriak, dan 13 persen merengek. Tiga hal tersebut yang sering mewakili anak tantrum untuk mengekspresikan kemarahan atau kemauannya.
"Anak tidak bisa meregulasi perasaan frustasi yang dialami. Periode ini merupakan suatu hal yang ekstrem baginya, sangat tidak menyenangkan bagi anak, tantrum bisa terjadi di mana pun," jelasnya.
Tantrum biasanya dialami anak pada usia 18 bulan hingga 4 tahun. Ketika anak berusia dua tahun, persentase tantrum sampai 20 persen dan angka tersebut terus turun seiring usia anak bertambah.
Menurut dr. Ayu, tantrum sendiri sebenarnya normal terjadi pada anak-anak. Namun, ini akan menjadi abnormal jika anak melakukannya berlebihan. Ada kondisi di mana anak perlu diantar ke fasilitas pelayanan kesehatan terkait tantrum.
Jika anak tantrum lebih dari 15 menit dan terjadi sekitar lima kali dalam sehari, dr. Ayu menyarankan untuk memeriksakan anak ke fasiitas pelayanan kesehatan. Terutama, ketika anak mulai menyakiti diri sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Kecanduan dengan gawai menjadi salah satu mengapa anak mengalami tantrum. Perilaku negatif ini terjadi akibat penggunaan gawai lebih dari 20 menit per hari, sehingga terjadi peningkatan risiko terjadi tantrum sebesar 0,375 kali lipat.
"Penelitian terbaru di Indonesia menunjukkan bahwa anak yang menonton atau mendapatkan paparan gadget lebih dari 20 menit itu 65,1 persen mengalami temper tantrum karena penggunaan atau paparan gadget yang terlalu lama," ungkapnya pada temu media Selasa, 23 April 2024.
Tantrum sendiri merupakan ledakan emosi yang sering ditunjukkan oleh anak. Ledakan ini biasanya dilakukan karena dipicu oleh amarah, frustrasi, atau kondisi di mana anak tidak dapat menerima sesuatu. Kondisi ini dipengaruhi oleh lingkungan, pola asuh, dan kondisi kesehatan anak baik.
Baca juga: Zaskia Adya Mecca Bagikan Tips Memandikan Anak tanpa Drama
Tantrum sendiri akan membuat anak sulit untuk fokus. Menurut dr. Ayu, dengan terjadinya hal ini, dapat menyebabkan suatu kerusakan difungsi otak eksekutifnya di bagian pre frontal cortex.

Menurut data yang dipaparkan oleh dr. Ayu, sebanyak 86 persen anak menangis ketika tantrum. 40 persen berteriak, dan 13 persen merengek. Tiga hal tersebut yang sering mewakili anak tantrum untuk mengekspresikan kemarahan atau kemauannya.
"Anak tidak bisa meregulasi perasaan frustasi yang dialami. Periode ini merupakan suatu hal yang ekstrem baginya, sangat tidak menyenangkan bagi anak, tantrum bisa terjadi di mana pun," jelasnya.
Tantrum biasanya dialami anak pada usia 18 bulan hingga 4 tahun. Ketika anak berusia dua tahun, persentase tantrum sampai 20 persen dan angka tersebut terus turun seiring usia anak bertambah.
Menurut dr. Ayu, tantrum sendiri sebenarnya normal terjadi pada anak-anak. Namun, ini akan menjadi abnormal jika anak melakukannya berlebihan. Ada kondisi di mana anak perlu diantar ke fasilitas pelayanan kesehatan terkait tantrum.
Jika anak tantrum lebih dari 15 menit dan terjadi sekitar lima kali dalam sehari, dr. Ayu menyarankan untuk memeriksakan anak ke fasiitas pelayanan kesehatan. Terutama, ketika anak mulai menyakiti diri sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)