COMMUNITY
Pakaian Budaya Eropa, Busana Menak dan Busana Santana
Medcom
Selasa 14 November 2023 / 16:05
Jakarta: Busana tradisional Jawa Barat memiliki kekayaan dan keindahan yang memikat. Di antara berbagai macam pakaian tradisional yang ada, busana Menak dan busana Santana adalah dua jenis yang sangat dihargai dan memiliki makna budaya yang kuat.
Dalam artikel ini, kita akan mempelajari lebih lanjut tentang busana Menak dan busana Santana, termasuk sejarah, karakteristik, dan nilai budaya yang mereka bawa.

(Foto. Dok: Museum Sri Baduga, Bandung, Jawa Barat)
Busana Menak adalah pakaian tradisional yang berasal dari Jawa Barat, Indonesia. Istilah "Menak" sendiri merujuk pada gelar bangsawan atau pangeran di Jawa Barat pada masa lalu. Busana Menak merupakan pakaian yang digunakan oleh kalangan bangsawan atau keluarga kerajaan Jawa Barat.
Terjadinya kontak antara masyarakat Jawa Barat dengan bangsa asing membuat adanya perpaduan dua kebudayaan antara kebudayaan lokal dan kebudayaan asing, khususnya Hindia Belanda.
Dalam menjalankan kekuasaaannya, Hindia Belanda menciptakan politik Divide et Impera dengan membuat stratifikasi sosial dalam tiga golongan yakni menak, santana dan somah. Hal ini menyebabkan perbedaan dalam gaya hidup berbusana, seperti tgerlihat pada busana bupati Bandung abad 20 yang banyak mendapat pengaruh budaya Eropa.
Ciri khas dari busana Menak adalah keanggunannya dan kekayaan detailnya. Busana ini terdiri dari beberapa komponen utama, yang meliputi:
1. Baju Menak: Baju Menak adalah bagian atas dari busana ini, yang umumnya terbuat dari kain sutra berwarna cerah atau kain songket dengan motif yang rumit. Baju Menak memiliki lengan panjang dan sering dihiasi dengan sulaman, manik-manik, atau tambahan emas dan perak.
2. Kain Panjang atau Kain Samping: Busana Menak juga melibatkan penggunaan kain panjang atau kain samping yang dikenakan di bagian pinggang. Kain ini biasanya memiliki motif yang serasi dengan baju Menak dan digunakan untuk membungkus bagian pinggang dan pinggul pemakai.
3. Sarung: Sarung adalah bagian bawah dari busana Menak. Sarung tersebut biasanya terbuat dari kain batik atau kain sutra dengan motif yang indah. Sarung dapat dikenakan dengan cara dilipat dan diikat di pinggang.
4. Aksesori: Untuk melengkapi busana Menak, beberapa aksesori seperti ikat pinggang, kalung, gelang, dan hiasan kepala sering digunakan. Aksesori ini sering kali terbuat dari logam mulia seperti emas dan perak, dan dihiasi dengan batu permata atau intan.
Busana Menak tidak hanya merupakan pakaian yang indah secara visual, tetapi juga mencerminkan status sosial dan martabat pemakainya. Pakaian ini sering digunakan dalam acara-acara adat, upacara pernikahan, dan acara resmi lainnya di Jawa Barat.
Sejarah busana Menak terkait erat dengan sejarah budaya dan kehidupan kerajaan di Jawa Barat. Busana Menak berasal dari masa Kerajaan Sunda, yang berada di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Jawa Barat.
Kerajaan Sunda mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14 hingga abad ke-16 Masehi. Busana Menak merupakan pakaian yang digunakan oleh kalangan bangsawan atau keluarga kerajaan dalam lingkup kerajaan tersebut. Busana Menak dianggap sebagai simbol martabat, kekuasaan, dan status sosial.
Pemakaian busana ini mencerminkan hierarki dan perbedaan kelas sosial dalam masyarakat Jawa Barat pada masa itu. Pemakaian busana Menak terbatas pada kalangan bangsawan dan keluarga kerajaan, sementara masyarakat biasa menggunakan busana yang berbeda.
Dalam perkembangannya, busana Menak mengalami pengaruh dari berbagai budaya dan periode waktu. Misalnya, dengan adanya interaksi budaya dengan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan kemudian Islam, busana Menak mengalami perubahan dalam gaya dan motifnya.
Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, busana Menak mengalami transformasi lebih lanjut. Pengaruh gaya Eropa dan pakaian kolonial Belanda terlihat dalam beberapa elemen busana Menak, seperti penggunaan kemeja, jas, atau topi.
Hingga saat ini, busana Menak tetap melekat sebagai bagian dari warisan budaya Jawa Barat. Meskipun penggunaannya tidak sebanyak dulu, busana Menak masih digunakan dalam upacara adat, pernikahan tradisional, pertunjukan seni budaya, dan acara resmi lainnya sebagai cara untuk mempertahankan dan menghormati tradisi dan nilai-nilai budaya Jawa Barat.
Sejarah busana Menak dapat dipelajari lebih lanjut melalui penelitian akademik, literatur budaya, dan sumber-sumber terkait dengan sejarah Jawa Barat dan kerajaan-kerajaan di wilayah tersebut.
Busana Menak memiliki nilai budaya yang kaya dan penting dalam konteks budaya Jawa Barat. Berikut adalah beberapa nilai budaya yang terkait dengan busana Menak:
1. Identitas Budaya: Busana Menak merupakan bagian integral dari identitas budaya Jawa Barat. Pemakaian busana ini mencerminkan warisan budaya dan tradisi yang telah ada selama berabad-abad. Busana Menak menjadi simbol penghargaan terhadap nilai-nilai tradisional dan kekayaan budaya Jawa Barat.
2. Status Sosial: Busana Menak digunakan oleh kalangan bangsawan atau keluarga kerajaan, sehingga mencerminkan status sosial yang tinggi. Pemakaian busana ini menjadi tanda penghormatan terhadap martabat dan kekuasaan yang melekat pada pemakainya.
3. Kecantikan dan Keanggunan: Busana Menak memiliki keindahan yang memikat dengan detail dan hiasan yang rumit. Pemakaian busana ini menunjukkan apresiasi terhadap estetika dan keindahan dalam seni tekstil tradisional. Busana Menak sering kali dianggap sebagai salah satu bentuk seni terbaik dalam tradisi busana Jawa Barat.
4. Penggalian Sejarah: Busana Menak menjadi saksi sejarah kerajaan dan peradaban Jawa Barat. Melalui pemakaian busana ini, kita dapat mempelajari dan memahami lebih dalam tentang kehidupan, budaya, dan sejarah kerajaan-kerajaan di masa lalu. Busana Menak menjadi salah satu sumber penting dalam memelajari sejarah dan perkembangan budaya Jawa Barat.
5. Warisan Budaya: Busana Menak merupakan bagian dari warisan budaya Jawa Barat yang perlu dilestarikan dan dijaga keberlanjutannya. Pemeliharaan dan pemakaian busana ini dalam acara-acara adat dan upacara resmi menjadi bentuk penghormatan dan pelestarian tradisi serta identitas budaya Jawa Barat.
6. Penciptaan Lapangan Kerja: Produksi dan perawatan busana Menak melibatkan keterampilan dan keahlian para pengrajin tekstil tradisional. Pemakaian busana Menak mendukung keberlangsungan industri kreatif dan pelestarian keterampilan tradisional, serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lokal.
Busana Menak bukan hanya sekadar pakaian, tetapi juga mewakili makna dan nilai-nilai budaya yang mendalam. Dengan menjaga dan menghormati busana Menak, kita dapat mempertahankan warisan budaya yang berharga dan mengapresiasi kekayaan budaya Jawa Barat.

(Foto: Dok. Museum Sri Baduga, Bandung, Jawa Barat)
Santana adalah istilah untuk menyebut golongan bangsawan kecil pada masyarakat Sunda yang merupakan keturunan perkawinan antara seseorang raden dengan golongan yang lebih rendah. Busana yang dikenakan oleh Santana sudah dipengaruhi oleh gaya busana Eropa.
Hal ini terlihat dari busana yang dikenakan oleh laki-laki yang berupa jas dan pentolan berwarna putih dengan tetap mengenakan ikan kepala sebagai ciri khas dari laki-laki Sunda. Sementara itu, Perempuan dari golongan Santana mengenakan kebaya modifikasi dari segi warna dan dipadukan juga dengan kain batik.

(Atribusi: Daffa Febrian Sansyahri, Telkom University)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Dalam artikel ini, kita akan mempelajari lebih lanjut tentang busana Menak dan busana Santana, termasuk sejarah, karakteristik, dan nilai budaya yang mereka bawa.
Apa itu Busana Menak

(Foto. Dok: Museum Sri Baduga, Bandung, Jawa Barat)
Busana Menak adalah pakaian tradisional yang berasal dari Jawa Barat, Indonesia. Istilah "Menak" sendiri merujuk pada gelar bangsawan atau pangeran di Jawa Barat pada masa lalu. Busana Menak merupakan pakaian yang digunakan oleh kalangan bangsawan atau keluarga kerajaan Jawa Barat.
Terjadinya kontak antara masyarakat Jawa Barat dengan bangsa asing membuat adanya perpaduan dua kebudayaan antara kebudayaan lokal dan kebudayaan asing, khususnya Hindia Belanda.
Dalam menjalankan kekuasaaannya, Hindia Belanda menciptakan politik Divide et Impera dengan membuat stratifikasi sosial dalam tiga golongan yakni menak, santana dan somah. Hal ini menyebabkan perbedaan dalam gaya hidup berbusana, seperti tgerlihat pada busana bupati Bandung abad 20 yang banyak mendapat pengaruh budaya Eropa.
Ciri khas dari busana Menak adalah keanggunannya dan kekayaan detailnya. Busana ini terdiri dari beberapa komponen utama, yang meliputi:
1. Baju Menak: Baju Menak adalah bagian atas dari busana ini, yang umumnya terbuat dari kain sutra berwarna cerah atau kain songket dengan motif yang rumit. Baju Menak memiliki lengan panjang dan sering dihiasi dengan sulaman, manik-manik, atau tambahan emas dan perak.
2. Kain Panjang atau Kain Samping: Busana Menak juga melibatkan penggunaan kain panjang atau kain samping yang dikenakan di bagian pinggang. Kain ini biasanya memiliki motif yang serasi dengan baju Menak dan digunakan untuk membungkus bagian pinggang dan pinggul pemakai.
3. Sarung: Sarung adalah bagian bawah dari busana Menak. Sarung tersebut biasanya terbuat dari kain batik atau kain sutra dengan motif yang indah. Sarung dapat dikenakan dengan cara dilipat dan diikat di pinggang.
4. Aksesori: Untuk melengkapi busana Menak, beberapa aksesori seperti ikat pinggang, kalung, gelang, dan hiasan kepala sering digunakan. Aksesori ini sering kali terbuat dari logam mulia seperti emas dan perak, dan dihiasi dengan batu permata atau intan.
Busana Menak tidak hanya merupakan pakaian yang indah secara visual, tetapi juga mencerminkan status sosial dan martabat pemakainya. Pakaian ini sering digunakan dalam acara-acara adat, upacara pernikahan, dan acara resmi lainnya di Jawa Barat.
Sejarah Busana Menak
Sejarah busana Menak terkait erat dengan sejarah budaya dan kehidupan kerajaan di Jawa Barat. Busana Menak berasal dari masa Kerajaan Sunda, yang berada di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Jawa Barat.
Kerajaan Sunda mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14 hingga abad ke-16 Masehi. Busana Menak merupakan pakaian yang digunakan oleh kalangan bangsawan atau keluarga kerajaan dalam lingkup kerajaan tersebut. Busana Menak dianggap sebagai simbol martabat, kekuasaan, dan status sosial.
Pemakaian busana ini mencerminkan hierarki dan perbedaan kelas sosial dalam masyarakat Jawa Barat pada masa itu. Pemakaian busana Menak terbatas pada kalangan bangsawan dan keluarga kerajaan, sementara masyarakat biasa menggunakan busana yang berbeda.
Dalam perkembangannya, busana Menak mengalami pengaruh dari berbagai budaya dan periode waktu. Misalnya, dengan adanya interaksi budaya dengan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan kemudian Islam, busana Menak mengalami perubahan dalam gaya dan motifnya.
Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, busana Menak mengalami transformasi lebih lanjut. Pengaruh gaya Eropa dan pakaian kolonial Belanda terlihat dalam beberapa elemen busana Menak, seperti penggunaan kemeja, jas, atau topi.
Hingga saat ini, busana Menak tetap melekat sebagai bagian dari warisan budaya Jawa Barat. Meskipun penggunaannya tidak sebanyak dulu, busana Menak masih digunakan dalam upacara adat, pernikahan tradisional, pertunjukan seni budaya, dan acara resmi lainnya sebagai cara untuk mempertahankan dan menghormati tradisi dan nilai-nilai budaya Jawa Barat.
Sejarah busana Menak dapat dipelajari lebih lanjut melalui penelitian akademik, literatur budaya, dan sumber-sumber terkait dengan sejarah Jawa Barat dan kerajaan-kerajaan di wilayah tersebut.
Nilai budaya Busana Menak
Busana Menak memiliki nilai budaya yang kaya dan penting dalam konteks budaya Jawa Barat. Berikut adalah beberapa nilai budaya yang terkait dengan busana Menak:
1. Identitas Budaya: Busana Menak merupakan bagian integral dari identitas budaya Jawa Barat. Pemakaian busana ini mencerminkan warisan budaya dan tradisi yang telah ada selama berabad-abad. Busana Menak menjadi simbol penghargaan terhadap nilai-nilai tradisional dan kekayaan budaya Jawa Barat.
2. Status Sosial: Busana Menak digunakan oleh kalangan bangsawan atau keluarga kerajaan, sehingga mencerminkan status sosial yang tinggi. Pemakaian busana ini menjadi tanda penghormatan terhadap martabat dan kekuasaan yang melekat pada pemakainya.
3. Kecantikan dan Keanggunan: Busana Menak memiliki keindahan yang memikat dengan detail dan hiasan yang rumit. Pemakaian busana ini menunjukkan apresiasi terhadap estetika dan keindahan dalam seni tekstil tradisional. Busana Menak sering kali dianggap sebagai salah satu bentuk seni terbaik dalam tradisi busana Jawa Barat.
4. Penggalian Sejarah: Busana Menak menjadi saksi sejarah kerajaan dan peradaban Jawa Barat. Melalui pemakaian busana ini, kita dapat mempelajari dan memahami lebih dalam tentang kehidupan, budaya, dan sejarah kerajaan-kerajaan di masa lalu. Busana Menak menjadi salah satu sumber penting dalam memelajari sejarah dan perkembangan budaya Jawa Barat.
5. Warisan Budaya: Busana Menak merupakan bagian dari warisan budaya Jawa Barat yang perlu dilestarikan dan dijaga keberlanjutannya. Pemeliharaan dan pemakaian busana ini dalam acara-acara adat dan upacara resmi menjadi bentuk penghormatan dan pelestarian tradisi serta identitas budaya Jawa Barat.
6. Penciptaan Lapangan Kerja: Produksi dan perawatan busana Menak melibatkan keterampilan dan keahlian para pengrajin tekstil tradisional. Pemakaian busana Menak mendukung keberlangsungan industri kreatif dan pelestarian keterampilan tradisional, serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lokal.
Busana Menak bukan hanya sekadar pakaian, tetapi juga mewakili makna dan nilai-nilai budaya yang mendalam. Dengan menjaga dan menghormati busana Menak, kita dapat mempertahankan warisan budaya yang berharga dan mengapresiasi kekayaan budaya Jawa Barat.
Apa itu Busana Santana

(Foto: Dok. Museum Sri Baduga, Bandung, Jawa Barat)
Santana adalah istilah untuk menyebut golongan bangsawan kecil pada masyarakat Sunda yang merupakan keturunan perkawinan antara seseorang raden dengan golongan yang lebih rendah. Busana yang dikenakan oleh Santana sudah dipengaruhi oleh gaya busana Eropa.
Hal ini terlihat dari busana yang dikenakan oleh laki-laki yang berupa jas dan pentolan berwarna putih dengan tetap mengenakan ikan kepala sebagai ciri khas dari laki-laki Sunda. Sementara itu, Perempuan dari golongan Santana mengenakan kebaya modifikasi dari segi warna dan dipadukan juga dengan kain batik.

(Atribusi: Daffa Febrian Sansyahri, Telkom University)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)