COMMUNITY
Kolaborasi Jogja Noise Bombing x Komunitas Inklusi Ba(wa)yang Tampilkan BunyI SUnyi
Rosa Anggreati
Senin 05 September 2022 / 15:39
Sleman: Bebunyian noise melanting bersamaan dengan ragam pertunjukan yang dihadirkan Jogja Noise Bombing (JNB) dan Komunitas Ba(wa)yang. Noise, tari, puisi visual, performans, wayang, live painting, dan pantomim tampil saling beresonansi dalam ruang pertunjukan selama hampir satu jam.
Pertunjukan kolaborasi Jogja Noise Bombing (JNB) dan Komunitas Ba(wa)yang berjudul “BunyI SUnyi” berlangsung di panggung Weekly Performance ARTJOG MMXXII pada Jumat, 19 Agustus 2022. ARTJOG MMXXII-Arts in Common: Expanding Awareness berlangsung hingga 4
September 2022.
JNB merupakan kolektif noise artist di Yogyakarta, berkonsentrasi pada eksperimen audio, noise, harsh noise, ambient, dan sebagainya. Sementara, komunitas Ba(wa)yang, singkatan dari bayang wayang, merupakan komunitas inklusi yang bergerak di bidang seni, dan digerakkan oleh teman tuli, dengar, dan difabel lainnya.
Dalam bagian puisi visual, tiga seniman bercerita menggunakan bahasa isyarat seolah sedang bernyanyi. Beberapa penonton yang hadir, yang memahami bahasa isyarat menunjukkan rasa haru. Sedangkan penonton lain, kesulitan untuk memahami dan sontak bertepuk tangan menggunakan bahasa isyarat tanpa mengetahui maksud dari puisi tersebut. Seusai rangkaian puisi visual, Broto Wijayanto selaku sutradara naik ke atas panggung dan menjelaskan puisi visual yang baru saja disampaikan berjudul “Kami Juga Anak Adam dan Hawa”.
Puisi tersebut menceritakan perasaan sedih teman-teman tuli ketika orang lain memandang mereka sebelah mata dan bagaimana kata ‘sempurna’ tidak pernah digunakan kepada mereka. Di bagian akhir puisi, Broto menjelaskan meskipun orang lain tidak pernah memandang teman tuli sempurna, mereka meyakini bahwa mereka memiliki kemampuan yang bisa jadi tidak dimiliki oleh orang yang bisa mendengar.
Di sisi kanan panggung, dua orang seniman Ba(wa)yang melukis diiringi bunyi noise sambil sesekali mengayunkan badan ke kanan-kiri. Pertunjukan berganti ke pantomim yang mengundang gelak tawa para penonton yang hadir. Di akhir pertunjukan, Broto Wijayanto memperkenalkan seluruh pemain dan mengundang personel JNB untuk naik ke atas panggung. Perwakilan JNB, Taufiq Aribowo, membuka perkenalan dengan ucapan terima kasih atas pertemuan mereka (JNB) yang suka kebisingan dengan teman-teman Ba(wa)yang yang bagi mereka (mungkin) dunianya hening.
Selepas pertunjukan, diskusi dihadirkan dengan melibatkan seluruh seniman dan penonton. B.M. Anggana selaku kurator Weekly Performance ARTJOG MMXXII membuka sesi dengan menyampaikan awal mula hadirnya kolaborasi, bahwa teman tuli ternyata dapat merasakan getaran, dan akhirnya memutuskan mempertemukan mereka dengan Jogja Noise Bombing. Proses kolaborasi ini berlangsung singkat, kedua penampil hanya melakukan uji coba dua kali menggunakan sound system, kemudian saling merespons.
“Meski singkat, kolaborasi ini penting menyoal bagaimana panggung pertunjukan membuka akses antar-seniman maupun antar-kelompok untuk bertemu dan bertukar pengetahuan,” ujar B.M Anggana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(ROS)
Pertunjukan kolaborasi Jogja Noise Bombing (JNB) dan Komunitas Ba(wa)yang berjudul “BunyI SUnyi” berlangsung di panggung Weekly Performance ARTJOG MMXXII pada Jumat, 19 Agustus 2022. ARTJOG MMXXII-Arts in Common: Expanding Awareness berlangsung hingga 4
September 2022.
JNB merupakan kolektif noise artist di Yogyakarta, berkonsentrasi pada eksperimen audio, noise, harsh noise, ambient, dan sebagainya. Sementara, komunitas Ba(wa)yang, singkatan dari bayang wayang, merupakan komunitas inklusi yang bergerak di bidang seni, dan digerakkan oleh teman tuli, dengar, dan difabel lainnya.
Dalam bagian puisi visual, tiga seniman bercerita menggunakan bahasa isyarat seolah sedang bernyanyi. Beberapa penonton yang hadir, yang memahami bahasa isyarat menunjukkan rasa haru. Sedangkan penonton lain, kesulitan untuk memahami dan sontak bertepuk tangan menggunakan bahasa isyarat tanpa mengetahui maksud dari puisi tersebut. Seusai rangkaian puisi visual, Broto Wijayanto selaku sutradara naik ke atas panggung dan menjelaskan puisi visual yang baru saja disampaikan berjudul “Kami Juga Anak Adam dan Hawa”.
Puisi tersebut menceritakan perasaan sedih teman-teman tuli ketika orang lain memandang mereka sebelah mata dan bagaimana kata ‘sempurna’ tidak pernah digunakan kepada mereka. Di bagian akhir puisi, Broto menjelaskan meskipun orang lain tidak pernah memandang teman tuli sempurna, mereka meyakini bahwa mereka memiliki kemampuan yang bisa jadi tidak dimiliki oleh orang yang bisa mendengar.
Di sisi kanan panggung, dua orang seniman Ba(wa)yang melukis diiringi bunyi noise sambil sesekali mengayunkan badan ke kanan-kiri. Pertunjukan berganti ke pantomim yang mengundang gelak tawa para penonton yang hadir. Di akhir pertunjukan, Broto Wijayanto memperkenalkan seluruh pemain dan mengundang personel JNB untuk naik ke atas panggung. Perwakilan JNB, Taufiq Aribowo, membuka perkenalan dengan ucapan terima kasih atas pertemuan mereka (JNB) yang suka kebisingan dengan teman-teman Ba(wa)yang yang bagi mereka (mungkin) dunianya hening.
Selepas pertunjukan, diskusi dihadirkan dengan melibatkan seluruh seniman dan penonton. B.M. Anggana selaku kurator Weekly Performance ARTJOG MMXXII membuka sesi dengan menyampaikan awal mula hadirnya kolaborasi, bahwa teman tuli ternyata dapat merasakan getaran, dan akhirnya memutuskan mempertemukan mereka dengan Jogja Noise Bombing. Proses kolaborasi ini berlangsung singkat, kedua penampil hanya melakukan uji coba dua kali menggunakan sound system, kemudian saling merespons.
“Meski singkat, kolaborasi ini penting menyoal bagaimana panggung pertunjukan membuka akses antar-seniman maupun antar-kelompok untuk bertemu dan bertukar pengetahuan,” ujar B.M Anggana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)