COMMUNITY
Rangkaian Program Inisiatif dalam Mendukung Peta Jalan Pengurangan Sampah
Medcom
Rabu 12 Maret 2025 / 15:33
Jakarta: Permasalahan sampah plastik dan pengelolaannya masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Data dari National Plastic Action Partnership (NPAP) menunjukkan, aliran sampah plastik ke lautan Indonesia diproyeksikan akan meningkat 30% menjadi sekitar 800.000 ton pada 2025.
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, produsen, dan masyarakat. Melalui 'Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen Kementerian Lingkungan Hidup', pemerintah menargetkan pengurangan sampah produsen sebesar 30% dari total timbulan sampah pada 2029.
Hal ini mendorong industri untuk berinovasi dalam menciptakan solusi berkelanjutan, seperti kemasan ramah lingkungan dan sistem daur ulang yang efisien.
Senior Public Affairs and Sustainability Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo mengatakan, sejak 2018, Aqua telah berkomitmen untuk membangun model ekonomi sirkular dan menjadi bagian dari solusi terhadap permasalahan sampah di Indonesia melalui inisiatif #BijakBerplastik.
Baca juga: Pentingnya Kolaborasi Komunitas Atasi Masalah Sampah Plastik
Inisiatif ini berfokus pada tiga aspek utama untuk mewujudkan tujuan tersebut, yaitu pengumpulan sampah, pelaksanaan kampanye edukasi tentang pentingnya tanggung jawab dalam pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan kepada konsumen dan anak-anak, serta inovasi dalam pengembangan kemasan yang lebih berkelanjutan.
"Di Pulau Jawa, Aqua bersama dengan Danone Ecosystem, dan Veolia Services Indonesia serta diimplementasikan oleh Yayasan Pembangunan Citra Insan Indonesia (YPCII) mengembangkan program Inclusive Recycling Indonesia (IRI)," ujar Karyanto.
Program ini bertujuan untuk menciptakan siklus hidup kedua dari botol plastik paska konsumsi. Program IRI dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dengan melibatkan 4 Tempat Pengolahan Sampah – Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) di Jatim, Jateng, DIY, serta 10 Mitra Pengumpulan di Jatim, Jateng, DIY, dan Sulteng.

Upaya menciptakan siklus hidup kedua dari botol plastik paska konsumsi. Dok. Ist
Wahyuni, salah satu pengumpul sampah peserta program IRI yang mendapatkan berbagai fasilitas seperti tabungan, layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dan Kesehatan (BPJS TK), alat pelindung diri (APD), peningkatan kesadaran tentang pekerja anak, serta pelatihan-pelatihan pengembangan diri termasuk perihal keselamatan dan pengelolaan keuangan selama menjadi bagian dari program IRI.
"Selain saya bisa mengatur penghasilan yang didapatkan, kami juga menerima berbagai pelatihan. Saya jadi tahu bahwa sampah plastik yang saya kumpulkan bisa di gunakan kembali untuk sesuatu yang bermanfaat," ucap Wahyuni.
Di samping itu, saya juga dapat membantu menyelamatkan lingkungan dengan mengurangi jumlah sampah plastik yang beredar," sambungnya.
Selain itu, inisiatif berikutnya adalah bekerja sama dengan PT. Khazanah Hijau Indonesia (Rekosistem). Program ini mengelola 1.400 metrik ton sampah kemasan dan botol plastik di Gresik, Jawa Timur.
Kolaborasi ini adalah implementasi konkret dari Extended Producer Responsibility (EPR) yang menjadi alternatif solusi untuk mengurangi beban yang menumpuk di Surabaya dan kota-kota penyangganya.
Kolaborasi ini termasuk mendirikan 2 Waste Station di Yogyakarta dan Solo untuk masyarakat bisa menyetor sampah pilahan dan mendapatkan insentif Rekopoints sebagai insentif dari aplikasi Rekosistem.
Tak berhenti di situ, ada juga program Gerakan Sedekah dan Kolekte Sampah Indonesia (GRADASI). Ini merupakan inisiatif untuk mengajak masyarakat menyumbangkan sampah bernilai ekonomi melalui rumah ibadah.
Sampah yang disedekahkan kemudian dikelola, didaur ulang, atau dijual, dengan hasilnya digunakan untuk kegiatan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Diluncurkan pada April 2021, GRADASI telah melibatkan lebih dari 137 masjid, 46 gereja, 2 wihara, 228 sekolah dan pesantren, 8 universitas dan 328 komunitas masyarakat di wilayah Jawa, Gorontalo, Tapanuli, Lombok dan Labuan Bajo.
"Setiap pabrik telah menerapkan Zero Waste to Landfill melalui pemilahan sampah ekonomis dan non-ekonomis. Program internal ini kemudian diteruskan kepada masyarakat di sekitar pabrik melalui pendampingan Bank Sampah Masyarakat,” ujar Karyanto.
Untuk itu, hingga saat ini, Aqua telah mengembangkan 10 bank sampah induk, 10 unit bisnis daur ulang, dan 19 collection center di seluruh Indonesia, melibatkan lebih dari 10.000 pemulung dan 433 karyawan. Selain itu, juga aktif melakukan pendampingan kepada 31 TPS3R serta lebih dari 60 unit bank sampah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, produsen, dan masyarakat. Melalui 'Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen Kementerian Lingkungan Hidup', pemerintah menargetkan pengurangan sampah produsen sebesar 30% dari total timbulan sampah pada 2029.
Hal ini mendorong industri untuk berinovasi dalam menciptakan solusi berkelanjutan, seperti kemasan ramah lingkungan dan sistem daur ulang yang efisien.
Senior Public Affairs and Sustainability Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo mengatakan, sejak 2018, Aqua telah berkomitmen untuk membangun model ekonomi sirkular dan menjadi bagian dari solusi terhadap permasalahan sampah di Indonesia melalui inisiatif #BijakBerplastik.
Baca juga: Pentingnya Kolaborasi Komunitas Atasi Masalah Sampah Plastik
Inisiatif ini berfokus pada tiga aspek utama untuk mewujudkan tujuan tersebut, yaitu pengumpulan sampah, pelaksanaan kampanye edukasi tentang pentingnya tanggung jawab dalam pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan kepada konsumen dan anak-anak, serta inovasi dalam pengembangan kemasan yang lebih berkelanjutan.
"Di Pulau Jawa, Aqua bersama dengan Danone Ecosystem, dan Veolia Services Indonesia serta diimplementasikan oleh Yayasan Pembangunan Citra Insan Indonesia (YPCII) mengembangkan program Inclusive Recycling Indonesia (IRI)," ujar Karyanto.
Program ini bertujuan untuk menciptakan siklus hidup kedua dari botol plastik paska konsumsi. Program IRI dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dengan melibatkan 4 Tempat Pengolahan Sampah – Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) di Jatim, Jateng, DIY, serta 10 Mitra Pengumpulan di Jatim, Jateng, DIY, dan Sulteng.

Upaya menciptakan siklus hidup kedua dari botol plastik paska konsumsi. Dok. Ist
Wahyuni, salah satu pengumpul sampah peserta program IRI yang mendapatkan berbagai fasilitas seperti tabungan, layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dan Kesehatan (BPJS TK), alat pelindung diri (APD), peningkatan kesadaran tentang pekerja anak, serta pelatihan-pelatihan pengembangan diri termasuk perihal keselamatan dan pengelolaan keuangan selama menjadi bagian dari program IRI.
"Selain saya bisa mengatur penghasilan yang didapatkan, kami juga menerima berbagai pelatihan. Saya jadi tahu bahwa sampah plastik yang saya kumpulkan bisa di gunakan kembali untuk sesuatu yang bermanfaat," ucap Wahyuni.
Di samping itu, saya juga dapat membantu menyelamatkan lingkungan dengan mengurangi jumlah sampah plastik yang beredar," sambungnya.
Selain itu, inisiatif berikutnya adalah bekerja sama dengan PT. Khazanah Hijau Indonesia (Rekosistem). Program ini mengelola 1.400 metrik ton sampah kemasan dan botol plastik di Gresik, Jawa Timur.
Kolaborasi ini adalah implementasi konkret dari Extended Producer Responsibility (EPR) yang menjadi alternatif solusi untuk mengurangi beban yang menumpuk di Surabaya dan kota-kota penyangganya.
Kolaborasi ini termasuk mendirikan 2 Waste Station di Yogyakarta dan Solo untuk masyarakat bisa menyetor sampah pilahan dan mendapatkan insentif Rekopoints sebagai insentif dari aplikasi Rekosistem.
Tak berhenti di situ, ada juga program Gerakan Sedekah dan Kolekte Sampah Indonesia (GRADASI). Ini merupakan inisiatif untuk mengajak masyarakat menyumbangkan sampah bernilai ekonomi melalui rumah ibadah.
Sampah yang disedekahkan kemudian dikelola, didaur ulang, atau dijual, dengan hasilnya digunakan untuk kegiatan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Diluncurkan pada April 2021, GRADASI telah melibatkan lebih dari 137 masjid, 46 gereja, 2 wihara, 228 sekolah dan pesantren, 8 universitas dan 328 komunitas masyarakat di wilayah Jawa, Gorontalo, Tapanuli, Lombok dan Labuan Bajo.
"Setiap pabrik telah menerapkan Zero Waste to Landfill melalui pemilahan sampah ekonomis dan non-ekonomis. Program internal ini kemudian diteruskan kepada masyarakat di sekitar pabrik melalui pendampingan Bank Sampah Masyarakat,” ujar Karyanto.
Untuk itu, hingga saat ini, Aqua telah mengembangkan 10 bank sampah induk, 10 unit bisnis daur ulang, dan 19 collection center di seluruh Indonesia, melibatkan lebih dari 10.000 pemulung dan 433 karyawan. Selain itu, juga aktif melakukan pendampingan kepada 31 TPS3R serta lebih dari 60 unit bank sampah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)