COMMUNITY

Suhunan Jolopong, Satu dari Warisan Budaya Nusantara di Pulau Jawa

Medcom
Selasa 14 November 2023 / 17:05
Jakarta: Suhunan jolopong, yang juga dikenal sebagai suhunan panjang atau gagajahan, merupakan salah satu bentuk atap yang digunakan dalam desain rumah adat di Jawa Barat. 

Atap suhunan jolopong ini memiliki bentuk yang memanjang dari depan ke belakang, dengan pemasangan hateup atau genting yang meluas ke bagian samping kiri dan kanan atap. Pada bagian depannya, ada beberapa variasi penggunaan sorodoy, namun ada juga yang tidak menggunakan sorodoy. 

Hingga saat ini, model atap suhunan jolopong masih banyak digunakan oleh penduduk di wilayah Sunda, terutama di perkampungan. Dalam berbagai jenis atap rumah adat Sunda, atap dengan bentuk memanjang seperti suhunan jolopong merupakan salah satu yang paling umum digunakan. Bentuk suhunan panjang ini juga termasuk salah satu bentuk atap rumah yang paling sederhana.

Secara harfiah, suhunan jolopong mengacu pada atap yang memiliki bentuk memanjang. Dalam kamus bahasa Sunda, pengertian suhunan adalah atap atau bagian atas dari sebuah rumah atau bangunan. Asal mula kata suhunan berasal dari kata suhun yang berarti menyimpan di kepala atau menyimpan sesuatu di atas kepala. 

Sementara itu, jolopong atau jelepeng berarti tertelentang atau memiliki posisi tinggi. Selain suhunan jolopong, terdapat juga beberapa jenis atap rumah adat lainnya di Jawa Barat, seperti julang ngapak, parahu kumereb, badak heuay, tagog anjing, dan capit gunting.
 

7 daya tarik Suhunan Jolopong (Jolopoong Roof)


Berikut merupakan 7 keunikan dari Suhunan Jolopong, yakni: 

1. Rumah adat Jolopong memiliki desain sederhana namun kokoh. Bentuk atap yang unik, yaitu berbentuk pelana, memberikan kekuatan struktural yang memadai. Rumah adat ini merupakan rumah adat yang paling umum ditemui di daerah Priangan Timur, dengan penggunaan bahan bangunan yang hemat namun tetap kuat.
2. Rumah adat Jolopong terdiri dari beberapa ruangan, antara lain ruangan depan (emper/tepas) yang digunakan untuk menerima tamu, ruangan tengah (imah/patengahan) yang merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga dan mengadakan upacara atau selamatan, ruangan samping (pangkeng/kamar), dan ruangan belakang (pawon/dapur) yang digunakan sebagai tempat memasak dan menyimpan beras.
3. Keunikan lainnya dari rumah adat Jolopong adalah hampir seluruh bagian rumah terbuat dari kayu, karena pada zaman dahulu penggunaan kayu menjadi hal yang umum. Namun, bagian bawah rumah menggunakan batu sebagai pemisah dengan tanah untuk mencegah serangan rayap.
4. Salah satu ciri khas yang terdapat dalam rumah adat Jolopong adalah adanya kolong, sebuah ruangan kosong di bawah lantai rumah yang mirip dengan rumah panggung. Kolong ini memiliki ketinggian sekitar 40-60 cm di atas permukaan tanah dan digunakan sebagai tempat memelihara binatang ternak serta penyimpanan alat pertanian.
5. Anak tangga (Golodog) digunakan sebagai penghubung antara lantai tanah dan alas bagian rumah. Anak tangga ini juga berfungsi sebagai tempat meraut bambu, menganyam, atau membersihkan kaki sebelum naik ke teras rumah.
6. Struktur bangunan rumah adat Jolopong menggunakan tatapakan sebagai penompang dasar tiang rumah. Tatapakan ini biasanya terbuat dari batu atau bata yang tersusun rapi. Dinding rumah adat ini terbuat dari bambu yang dianyam, namun ada juga yang menggunakan kayu dan disebut Gebyog.
7. Rumah adat Jolopong memiliki keunikan dalam bentuk atapnya yang menyerupai pelana panjang, menggambarkan usia yang sudah tua dan masih memancarkan keunikan hingga saat ini.
 

Filosofi Suhunan Jolopong


Suhunan Jolopong yang berasal dari Jawa Barat merupakan salah satu dari beragam budaya Nusantara yang telah diwariskan secara turun temurun. Rumah adat Jawa Barat, termasuk rumah adat Jolopong, dibangun dengan mengikuti tradisi masyarakat setempat, seperti yang terdokumentasikan dalam salah satu jurnal yang berjudul "Kajian Arsitektur Tradisional Sunda Pada Desain Resort" (2019) oleh Mohammad Sahril Adhi Saputra dan Anggana Fitri Satwikasari. 

Selain sebagai tempat tinggal, rumah tradisional ini juga merupakan simbol identitas dan cerminan adaptasi lingkungan, budaya, dan kondisi sosial masyarakat. Dalam konstruksi rumahnya, masyarakat Jawa Barat mengacu pada sistem kosmologi alam semesta. 

Oleh karena itu, bangunan rumah disusun berdasarkan struktur kosmologi tubuh manusia sebagai representasi semesta. Terdiri dari:

1. Kepala (hulu): Bagian yang dihormati dan dianggap mulia, atap rumah terdiri dari dua komponen utama, yaitu kuda-kuda dan langit-langit. Atap biasanya terbuat dari kayu dan bambu.
2. Badan (awak): Bagian tengah rumah digunakan sebagai tempat tinggal manusia dan dianggap sebagai pusat dunia yang mencerminkan keseimbangan. Kerangka bagian tengah terdiri dari dinding dan lantai.
3. Kaki (suku): Bagian terbawah bangunan rumah, yang melambangkan tanah sebagai simbol kematian. Oleh karena itu, lantai rumah tidak berdekatan langsung dengan tanah, tetapi ditinggikan dengan umpak.

Rumah adat Jawa Barat, termasuk rumah/ suhunan Jolopong, adalah rumah panggung dengan tinggi sekitar 40-50 cm dari tanah, seperti yang dijelaskan dalam buku "Rumah Adat Nusantara" (2017) oleh Intania Poerwaningtias dan Nindya K. Suwarto. 

Terdapat juga tangga yang menghubungkan teras rumah dengan tanah karena adanya perbedaan ketinggian. Ciri khas dari rumah tradisional ini adalah atap yang memanjang dengan bentuk segitiga sama kaki yang tergolek lurus, yang disebut Jolopong (terkulai). 

Jolopong juga dikenal sebagai suhunan panjang yang memisahkan dua bidang atap di bagian tengah. Bentuk atap Jolopong ini merupakan dasar dari hampir semua rumah adat. Bahan-bahan alami seperti kayu, bambu, daun kelapa, ijuk, batu, dan tanah digunakan dalam pembangunan rumah Jolopong.
 

Fungsi dan Komponan dari Suhunan Jolopong


"Interior rumah Jolopong menunjukkan efisiensi yang sangat baik. Rumah Jolopong terbagi menjadi empat bagian utama, yaitu ruangan depan, ruang tengah, ruangan samping, dan ruangan belakang.
 

1. Ruangan Depan Rumah Jolopong


Ruangan depan, yang juga dikenal sebagai rohang "tepas" atau "emper", berfungsi sebagai area untuk menerima tamu. Awalnya, ruangan ini sengaja dibiarkan kosong tanpa perabotan seperti kursi, meja, atau bangku. Namun, seiring berjalannya waktu, ruangan ini telah dilengkapi dengan meja, kursi, dan perabotan ruang tamu lainnya.
 

2. Ruangan Tengah Rumah Jolopong


Ruangan tengah, yang disebut juga sebagai "tengah imah" dalam bahasa Sunda, digunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga dan sering kali menjadi tempat untuk melaksanakan upacara atau acara selamatan yang melibatkan banyak orang.
 

3. Ruangan Samping Rumah Jolopong


Ruangan samping, yang dikenal juga sebagai "rohangan pipir imah" atau "pangkeng", berfungsi sebagai kamar tidur atau ruang tidur.
 

4. Ruangan Belakang Rumah Jolopong


Ruangan belakang, yang meliputi dapur atau "pawon" dan tempat penyimpanan beras yang disebut "padaringan", digunakan khusus untuk kegiatan memasak."


(Atribusi: Sarah Sonia Ilhamsyah, Telkom University)

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH