BEAUTY

Mengenal Glikasi, Pemicu Utama Kerusakan Kolagen akibat Konsumsi Gula Berlebih

Mia Vale
Senin 14 Agustus 2023 / 07:00
Jakarta: Paparan sinar UV dapat menyebabkan kerusakan akibat radikal bebas, hiperpigmentasi pasca-inflamasi, dan penurunan kadar kolagen, sehingga ini menjadi masalah kulit yang harus segera diatasi untuk melindungi kulitmu. 

Seperti diketahui, produksi kolagen dalam tubuh manusia berkurang satu persen setiap tahunnya. Namun, bukan hanya berkurang secara alami. Kolagen juga bisa rusak akibat konsumsi gula berlebih. 

Bahkan, menurut dokter kulit bersertifikat Marisa Garshick, MD, FAAD, kerusakan kolagen dapat mengarah pada pengembangan produk akhir glikasi lanjut (atau AGEs), yang dianggap berkontribusi dan mempercepat berbagai tanda penuaan kulit. Kok bisa? Simak ulasannya berikut ini!
 

Apa itu glikasi? 

Istilah ini mungkin terdengar asing, tetapi konsepnya telah ada selama lebih dari 100 tahun. Sejak analisis awal ahli kimia Prancis Louis-Camille Maillard, ada lusinan penelitian tentang efek buruk glikasi pada kesehatan manusia. 

Glikasi adalah proses di mana gula di dalam aliran darahmu merekatkan diri ke protein dan membentuk molekul baru berbahaya bernama advanced glycation end products (AGEs). 

AGEs merusak protein yang berada di sekitarnya seperti efek domino. Jadi, semakin banyak gula, maka semakin banyak kerusakan yang dapat terjadi terhadap protein yang biasanya membuat kulitmu tetap kencang.

Selain kerusakan kulit, glikasi juga diyakini berkontribusi terhadap diabetes, penyakit kardiovaskular, penyakit mikrobioma usus, penyakit neurodegeneratif, dan kanker. 

"Pada dasarnya, glikasi adalah penurunan fungsi fisiologis tubuh secara bertahap," jelas Shari Marchbein, MD PC, dokter kulit bersertifikat dan pendiri Niche Dermatology, dilansir dari Byrdie.
 

Memengaruhi proses penuaan

Penuaan kulit memiliki faktor eksogen dan endogen, artinya komponen eksternal seperti sinar UV, cahaya biru, merokok, polusi, dan elemen internal (termasuk glikasi) yang terjadi di dalam sel. 

Tapi, seperti yang dijelaskan Marchbein, "kontribusi eksternal juga menyebabkan produk sampingan gula ini mengikat kolagen dan elastin dan menyebabkan rusak."
 
Karena glikasi adalah musuh tersembunyi, glikasi juga dapat berdampak pada lapisan epidermis dan dermal kulit yang membuat kulit tampak kering. Pun menurut laman Byrdie, terbukti meningkatkan produksi melanin, yang dapat menyebabkan bintik hitam dan perubahan warna. 

Setelah bergerak melewati epidermis (atau lapisan atas kulit) dan bergerak turun ke dermis, produk akhir glikasi lanjut dapat menghambat kemampuan kulit untuk mensintesis kolagen dan elastin, sehingga mempercepat proses penuaan.


(Mengonsumsi gula berlebih dapat memicu proses glikasi dalam tubuh. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
 

Cara memperlambat glikasi

Saat studi baru muncul tentang efek glikasi, pasti akan ada peneliti yang ingin menargetkan prosesnya dengan produk topikal. Namun, prioritasmu harus mengatasi faktor gaya hidup yang dapat memicu kerusakan protein. 

Mengadopsi diet anti-AGE yang kaya antioksidan dan rendah gula dapat membantu memperlambat glikasi dan sangat penting untuk meminimalkan efeknya pada kulit. 

Selain itu, suplemen herbal tertentu di mana studi tahun 2015 menunjukkan bahwa polifenol dan resveratrol dapat memiliki aktivitas anti-glikasi dan olahraga teratur untuk mengontrol kadar gula, meminimalkan stres oksidatif, dan mencegah pembentukan AGE. 

Krim atau serum baru juga disinyalir dapat memengaruhi proses glikasi selama sesuatu dapat menembus kulit dan cukup untuk meningkatkan pembentukan kolagen serta elastin atau mengurangi kerusakan radikal bebas pada kulit. Hal itu akan membantu glikasi.

Peptida topikal tertentu, retinol, tabir surya, dan antioksidan seperti niacinamide, akar licorice, dan vitamin C bisa membantu melawan kerusakan oksidatif dan mendorong produksi kolagen dan elastin. 

Bahan tambahan yang harus dicari termasuk asam glycyrrhetinic, senyawa bioaktif utama licorice, dirasa memiliki sifat anti-inflamasi dan dapat melawan kusam akibat akumulasi AGE. 
 

Gaya hidup sehat

Mengoleskan krim anti-penuaan baru dan berharap kadar kolagen kamu bangkit kembali. Mempertahankan pola makan sehat, gaya hidup aktif, dan menggunakan produk perawatan kulit yang teruji secara klinis yang kaya akan bahan anti-AGE menjadi kunci untuk membantu penuaan kulit dengan kolagen dan elastin fungsional sebanyak mungkin. 

Ingat, pembentukan dan akumulasi AGE endogen dalam jaringan manusia adalah proses fisiologis normal selama penuaan.

Meskipun, tidak banyak yang dapat kamu lakukan untuk memperlambat proses penuaan sepanjang hidup, pendekatan terbaik adalah berkonsentrasi pada pencegahan (melalui produk topikal dan pilihan gaya hidup) daripada mengobati kerusakan yang ada. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(yyy)

MOST SEARCH