Ia memainkan wayang kulit dengan gerakan-gerakan yang indah, meski masih terbilang anak-anak. Seperti dalang-dalang professional, Rafa Kusuma Atma Wibowo mampu memukau penonton saat memainkan cuplikan lakon Durna Gugur dalam Festival Dalang Cilik Universitas Negeri Yogyakarta yang diselenggarakan di Kampung Emas Krapyak IX, Margoagung, Seyegan Sleman. Ia tampil sebagai special performance.
Ia memainkan wayang kulit dengan gerakan-gerakan yang indah, meski masih terbilang anak-anak. Seperti dalang-dalang professional, Rafa Kusuma Atma Wibowo mampu memukau penonton saat memainkan cuplikan lakon Durna Gugur dalam Festival Dalang Cilik Universitas Negeri Yogyakarta yang diselenggarakan di Kampung Emas Krapyak IX, Margoagung, Seyegan Sleman. Ia tampil sebagai special performance.
Penonton semakin berdecak kagum, setelah mengetahui Rafa adalah penyandang down syndrome.
Penonton semakin berdecak kagum, setelah mengetahui Rafa adalah penyandang down syndrome.
Anak pasangan Ludy Bimasena-Sri Wahyuni ini mulai menggemari wayang kulit sejak berusia 3 tahun, dan oleh orang tuanya selalu disuguhi pertunjukan wayang kulit dari VCD (video compact disc) yang berisi rekaman wayang kulit.
Anak pasangan Ludy Bimasena-Sri Wahyuni ini mulai menggemari wayang kulit sejak berusia 3 tahun, dan oleh orang tuanya selalu disuguhi pertunjukan wayang kulit dari VCD (video compact disc) yang berisi rekaman wayang kulit.

Melihat Sosok Rafa, Dalang Cilik Penyandang Down Syndrome

14 Mei 2024 19:44
Sleman: Ia memainkan wayang kulit dengan gerakan-gerakan yang indah, meski masih terbilang anak-anak. Seperti dalang-dalang professional, Rafa Kusuma Atma Wibowo mampu memukau penonton saat memainkan cuplikan lakon Durna Gugur dalam Festival Dalang Cilik Universitas Negeri Yogyakarta yang diselenggarakan di Kampung Emas Krapyak IX, Margoagung, Seyegan Sleman. Ia tampil sebagai special performance.

Penonton semakin berdecak kagum, setelah mengetahui Rafa adalah penyandang down syndrome.

Anak pasangan Ludy Bimasena-Sri Wahyuni ini mulai menggemari wayang kulit sejak berusia 3 tahun, dan oleh orang tuanya selalu disuguhi pertunjukan wayang kulit dari VCD (video compact disc) yang berisi rekaman wayang kulit.

Ia memang tidak bisa lama. Sebagaimana anak down syndrome lainnya tidak bisa melihat dalam waktu yang lama, sehingga pilihan videonya yang atraktif, misalnya perang kembang, budalan atau scene lainnya. Menurut
Ludy, memang sengaja memilih pertunjukan wayang kulit untuk anaknya. Karena, sebagai anak dengan down syndrome, Rafa tidak bisa memilih.

"Sebagai kultur orang Jawa kami ingin Rafa punya kelebihan, karena penyandang down sydrome adalah peniru yang hebat," ujar Ludy, Selasa, 14 Mei 2024.

Kebetulan juga, katanya, Rafa menyukai wayang setelah dipertunjukkan video berisi pertunjukan wayang kulit.

Menurut Ludy pemilihan budaya Jawa berupa wayang dengan harapan bisa melatih motorik kasar dan halus, sinkronisasi pendengaran dan juga olah rasa.

Diungkapkannya bahwa anak down sydrome mengalami kesulitan bicara dan harapannya dengan memainkan wayang dapat stimulasi untuk terpicu berbicara, sehingga wayang dapat menjadi media terapi bagi anak down
sydrome.

Siswa kelas VIII SLB Negeri Pembina Yogyakarta tersebut mampu menirukan gerakan dalang profesional sesuai aslinya. "Motorik kasarnya sangat bagus, untuk memutar gunungan sudah baik dimana tidak setiap anak bisa
melakukannya," kata Ludy. 

Perkembangan tersebut karena musik gamelan dapat untuk olah rasa dan menghaluskan perasaan agar tidak emosional. Rafa belajar wayang secara otodidak melalui video wayang dan disediakan orang tuanya.

Sang ibu, Sri Wahyuni menambahkan sejak kecil ada terapi untuk anak down sydrome karena memiliki keterbatasan berkomunikasi. "PR-nya banyak sekali seperti melatih bicara, melatih ototnya, sehingga sejak kecil perlu pembiasaan," kata Sri Wahyuni. 

Penyandang down syndrome, imbuhnya kecerdasannya dibawah rata-rata. Maka anak down sydrome tidak mampu didik tapi mampu latih, sehingga dengan bermain wayang Rafa akan terus berlatih. MI/Agus Utantoro


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(CDE)

Gaya wayang kulit down syndrome kaum difabel