Warga Suku Tengger melakukan kegiatan lelabuhan sesajen atau dikenal dengan larung sesaji pada puncak perayaan Yadnya Kasada 1946 Saka, di Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Jumat, 21 Juni 2024.
Warga Suku Tengger melakukan kegiatan lelabuhan sesajen atau dikenal dengan larung sesaji pada puncak perayaan Yadnya Kasada 1946 Saka, di Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Jumat, 21 Juni 2024.
Mereka berangkat dari Pura Luhur Poten menuju kawah Gunung Bromo dengan membawa sesajen berupa hasil bumi seperti hasil pertanian dan hewan ternak.
Mereka berangkat dari Pura Luhur Poten menuju kawah Gunung Bromo dengan membawa sesajen berupa hasil bumi seperti hasil pertanian dan hewan ternak.
Larung sesaji yang sudah dilakukan sejak dulu oleh para leluhur masyarakat Tengger berupa hasil pertanian dan hewan ternak tersebut sebagai wujud syukur karena Tuhan telah melimpahkan hasil bumi yang sudah dirasakan.
Larung sesaji yang sudah dilakukan sejak dulu oleh para leluhur masyarakat Tengger berupa hasil pertanian dan hewan ternak tersebut sebagai wujud syukur karena Tuhan telah melimpahkan hasil bumi yang sudah dirasakan.
Setelah melaksanakan ritual larung sesaji, masih ada kegiatan terakhir yang dilakukan oleh masyarakat Tengger, yaitu kegiatan selamatan di masing-masing desa yang dipimpin langsung oleh dukun adatnya masing-masing.
Setelah melaksanakan ritual larung sesaji, masih ada kegiatan terakhir yang dilakukan oleh masyarakat Tengger, yaitu kegiatan selamatan di masing-masing desa yang dipimpin langsung oleh dukun adatnya masing-masing.
Selama rangkaian Yadnya Kasada yang digelar masyarakat Suku Tengger, kawasan objek wisata Gunung Bromo ditutup untuk masyarakat umum selama tiga hari untuk menghormati upacara ritual tersebut.
Selama rangkaian Yadnya Kasada yang digelar masyarakat Suku Tengger, kawasan objek wisata Gunung Bromo ditutup untuk masyarakat umum selama tiga hari untuk menghormati upacara ritual tersebut.

Melihat Upacara Yadnya Kasada di Gunung Bromo

22 Juni 2024 16:15
Jakarta: Warga Suku Tengger melakukan kegiatan lelabuhan sesajen atau dikenal dengan larung sesaji pada puncak perayaan Yadnya Kasada 1946 Saka, di Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Jumat, 21 Juni 2024. 

Mereka berangkat dari Pura Luhur Poten menuju kawah Gunung Bromo dengan membawa sesajen berupa hasil bumi seperti hasil pertanian dan hewan ternak.

Larung sesaji yang sudah dilakukan sejak dulu oleh para leluhur masyarakat Tengger berupa hasil pertanian dan hewan ternak tersebut sebagai wujud syukur karena Tuhan telah melimpahkan hasil bumi yang sudah masayarakat rasakan, serta penggenapan janji warga Tengger kepada Joko Seger dan Roro Anteng.

Hal itu sebagaimana yang sudah dikisahkan yakni Roro Anteng yang telah mengorbankan putranya bernama Kesuma untuk dilarung ke kawah Gunung Bromo.

Setelah melaksanakan ritual larung sesaji, masih ada kegiatan terakhir yang dilakukan oleh masyarakat Tengger, yaitu kegiatan selamatan di masing-masing desa yang dipimpin langsung oleh dukun adatnya masing-masing.

Selama rangkaian Yadnya Kasada yang digelar masyarakat Suku Tengger, kawasan objek wisata Gunung Bromo ditutup untuk masyarakat umum selama tiga hari untuk menghormati upacara ritual tersebut. AFP PHOTO/Juni Kriswanto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(WWD)

Gaya gunung bromo tradisi