Tradisi Dugderan dilaksanakan jelang Ramadan menjadi momentum tahunan paling menarik di Kota Semarang. Setiap tahun pasar rakyat di alun-alun dan seputar Masjid Agung Kauman Semarang selalu ada yang baru dimunculkan, bahkan ratusan ribu pengunjung dipastikan datang untuk menyaksikan kemeriahan tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun lamanya.
Tradisi Dugderan dilaksanakan jelang Ramadan menjadi momentum tahunan paling menarik di Kota Semarang. Setiap tahun pasar rakyat di alun-alun dan seputar Masjid Agung Kauman Semarang selalu ada yang baru dimunculkan, bahkan ratusan ribu pengunjung dipastikan datang untuk menyaksikan kemeriahan tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun lamanya.
Cuaca mendung dan sempat diguyur hujan ringan pada dini hari tidak membuat suasana keramaian di seputar Pasar Johar Semarang berkurang, lalintas di ruas jalan seputar Alun-alun Masjid Agung Kauman Semarang cukup padat dari segala arah, bahkan keramaian kian bertambah saat lapak-lapak perdagang kaki lima mulai diletakkan di trotoar.
Cuaca mendung dan sempat diguyur hujan ringan pada dini hari tidak membuat suasana keramaian di seputar Pasar Johar Semarang berkurang, lalintas di ruas jalan seputar Alun-alun Masjid Agung Kauman Semarang cukup padat dari segala arah, bahkan keramaian kian bertambah saat lapak-lapak perdagang kaki lima mulai diletakkan di trotoar.
Pemandangan khas jelang tradisi Dugderan yang telah berlangsung ratusan tahun menambah gairah warga untuk datang, berbagai dagangan digelar tidak hanya di trotoar melingkar alun-alun itu, tetapi juga di ruas yang ditutup selama Dugderan berlangsung hingga sehari jelang Ramadan mendatang.
Pemandangan khas jelang tradisi Dugderan yang telah berlangsung ratusan tahun menambah gairah warga untuk datang, berbagai dagangan digelar tidak hanya di trotoar melingkar alun-alun itu, tetapi juga di ruas yang ditutup selama Dugderan berlangsung hingga sehari jelang Ramadan mendatang.

Tradisi Dugderan Semarang jadi Ajang Mengais Rejeki Jelang Ramadan

29 Februari 2024 14:22
Semarang: Tradisi Dugderan dilaksanakan jelang Ramadan menjadi momentum tahunan paling menarik di Kota Semarang. Setiap tahun pasar rakyat di alun-alun dan seputar Masjid Agung Kauman Semarang selalu ada yang baru dimunculkan, bahkan ratusan ribu pengunjung dipastikan datang untuk menyaksikan kemeriahan tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun lamanya.

Cuaca mendung dan sempat diguyur hujan ringan pada dini hari tidak membuat suasana keramaian di seputar Pasar Johar Semarang berkurang, lalintas di ruas jalan seputar Alun-alun Masjid Agung Kauman Semarang cukup padat dari segala arah, bahkan keramaian kian bertambah saat lapak-lapak perdagang kaki lima mulai diletakkan di trotoar.

Pemandangan khas jelang tradisi Dugderan yang telah berlangsung ratusan tahun menambah gairah warga untuk datang, berbagai dagangan digelar tidak hanya di trotoar melingkar alun-alun itu, tetapi juga di ruas yang ditutup selama Dugderan berlangsung hingga sehari jelang Ramadan mendatang.

Beraneka dagangan dari mulai kuliner, mainan anak-anak hingga keperluan rumah tangga digelar untuk memenuhi kebutuhan selama puasa Ramadan, bahkan aneka hiburan juga tidak ketinggalan dapat dinikmati pengunjung selama 10 hari pelaksanaan Dugderan berlangsung. "Ada yang paling khas di setiap Dugderan yakni Warak Ngendog," Ujah Khondori, 80, tokoh warga Kauman Semarang.

Ya, Warak Ngendog yakni sebuah mainan anak-anak yang merupakan berwujud makhluk rekaan yang merupakan akulturasi dari berbagai golongan etnis di Semarang yaitu etnis Tiongkok, etnis Arab dan etnis Jawa cukup menarik, meskipun saat ini jumlah perajin mainan ini sudah berkurang dan mulai tergantikan dengan mainan plastik.

Akulturasi budaya dalam bentuk warak (badak) dengan keunikan bentuk yakni kepalanya menyerupai kepala naga khas kebudayaan dari etnis Tiongkok, tubuhnya berbentuk layaknya unta khas kebudayaan dari etnis Arab, keempat kakinya menyerupai kaki kambing khas kebudayaan dari etnis jawa dibungkus dengan kertas warna-warni sebagai bulunya terlihat cukup unik.

Seorang perajin Warak Ngendog di Jurnatan, Kota Semarang Sudarmaji mengaku meskipun saat ini jumlah perajin dan produksi mainan anak-anak dengan bahan dasar gabus dan kertas ini berkurang, namun kehadiran setiap kegiatan Dugderan masih menarik sehingga sudah 20 tahun tetap ditekuni. "Sudah berkurang peminatnya, tapi cukup lumayan dan rata-rata 200 Warak ukuran kecil, sedang dan besar dapat terjual," imbuhnya.

Dugderan berasal dari kata Dug (suara beduk) dan Der (bunyi petasan) merupakan ajang festival rakyat Semarang jelang Ramadan di tahun ini kian meriah, selain ribuan pedagang datang dari berbagai daerah mengais rezeki menyambut puasa, juga akan menjadi pelipur lara di tengah suasana politik dan ekonomi yang belum tentu arahnya saat ini.

Kearifan lokal Dugderan sendiri telah diadakan sejak tahun 1882 saat Kebupatian Semarang di bawah kepemimpinan Bupati R.M. Tumenggung Ario Purbaningrat dan dipusatkan di kawasan Masjid Agung Semarang atau Masjid Besar Semarang (Masjid Kauman) yang berada di pusat kota lama Semarng dekat Pasar Johar.

Menurut sejarah, tradisi Dugderan ini sengaja diciptakan untuk memberikan kesempatan bagi warga mengais rejeki sepekan sebelum pelaksanaan ibadah Puasa Ramadan, sehingga diharapkan dengan rejeki yang terkumpul tersebut dapat menjadi bekal bagi warga untuk dapat melaksanakan puasa dengan tenang tanpa khawatir kebutuhan hidup.

Akhir Februari ini, Dugderan mulai kembali digelar sebagai bagian tradisi menyambut bulan puasa Ramadan, bahkan Pemerintah Kota Semarang menjanjikan suasana lebih meriah dibandingkan Dugderan tahun-tahun sebelumnya, yakni dengan menampilkan bedug raksasa dan gunungan roti ganjel rel (makanan khas Semarang) dalam karnaval.

"Kita akan buat Dugderan tahun ini lebih meriah dibandingkan sebelumnya, kegiatan ini merupakan kearifan lokal yang terus ada setiap jelang Ramadan," kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Semarang Wing Wiyarso.

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan tradisi Dugderan telah dapat dimulai, bahkan tata letak Pasar Dugderan sudah disusun dan disampaikan kepada para pedagang yang ingin memeriahkan pergelaran tahunan termasuk prosesi Kirab Budaya Dudgderan akan diselenggarakan dua hari sebelum memasuki bulan puasa.

"Konsep lebih meriah dibandingkan tahun sebelumnya, bahkan penyerahan dan pembacaan suhuf halaqah atau pengumuman penentuan awal puasa oleh Wali Kota Semarang di Alun-Aun Semarang ditata lebih tertib dan bagus," ujar Hevearita Gunaryanti Rahayu.

Dukungan selesainya penataan dan revitalisasi Kawasan Kampung Melayu, Kota Lama dan Kauman, menurut Hevearita Gunaryanti Rahayu, akan menjadi tradisi Dugderan Kuan semarak karena kekayaan budaya ini diperkirakan akan banyak mengundang wisatawan datang ke Kota Semarang. MI/Akhmad Safuan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(CDE)

Gaya tradisi tradisi ramadan Semarang Jawa Tengah