Namanya Benteng Willem I lebih dikenal dengan nama Benteng Pendem Ambarawa terletak di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah merupakan peninggalan sejarah yang dibangun dibangun pada tahun 1834 dan selesai 1845.
Namanya Benteng Willem I lebih dikenal dengan nama Benteng Pendem Ambarawa terletak di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah merupakan peninggalan sejarah yang dibangun dibangun pada tahun 1834 dan selesai 1845.
Hari sudah cukup siang ketika melintas di ruas jalan Semarang-Yogyakarta, cuaca cukup mendung ketika memulai perjalanan meskipun hujan tidak juga turun, namun itu membuat perjalanan kali ini terasa lebih sejuk hinggatanpa terasa sudah sampai di depan Palagan Ambarawa, Kabupaten Semarang.
Hari sudah cukup siang ketika melintas di ruas jalan Semarang-Yogyakarta, cuaca cukup mendung ketika memulai perjalanan meskipun hujan tidak juga turun, namun itu membuat perjalanan kali ini terasa lebih sejuk hinggatanpa terasa sudah sampai di depan Palagan Ambarawa, Kabupaten Semarang.
Awalnya hanya ingin menuju ke Museum Kereta Api Ambarawa yang berada pada jarak satu kilometer di arah selatan Palagan, namun baru beberapa saat keluar dari pelataran museum mendapat informasi lebih menarik, bahwa tidak lengkap datang ke Ambarawa tanpa mengunjungi Benteng Pendem yang merupakan satu rangkaian sejarah kota tua ini.
Awalnya hanya ingin menuju ke Museum Kereta Api Ambarawa yang berada pada jarak satu kilometer di arah selatan Palagan, namun baru beberapa saat keluar dari pelataran museum mendapat informasi lebih menarik, bahwa tidak lengkap datang ke Ambarawa tanpa mengunjungi Benteng Pendem yang merupakan satu rangkaian sejarah kota tua ini.

Mengulik Sejarah Benteng Pendem Ambarawa Menjadi Destinasi Wisata

07 Maret 2024 14:45
Semarang: Namanya Benteng Willem I lebih dikenal dengan nama Benteng Pendem Ambarawa terletak di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah merupakan peninggalan sejarah yang dibangun dibangun pada tahun 1834 dan selesai 1845.

Hari sudah cukup siang ketika melintas di ruas jalan Semarang-Yogyakarta, cuaca cukup mendung ketika memulai perjalanan meskipun hujan tidak juga turun, namun itu membuat perjalanan kali ini terasa lebih sejuk hinggatanpa terasa sudah sampai di depan Palagan Ambarawa, Kabupaten Semarang.

Awalnya hanya ingin menuju ke Museum Kereta Api Ambarawa yang berada pada jarak satu kilometer di arah selatan Palagan, namun baru beberapa saat keluar dari pelataran museum mendapat informasi lebih menarik, bahwa tidak lengkap datang ke Ambarawa tanpa mengunjungi Benteng Pendem yang merupakan satu rangkaian sejarah kota tua ini.

Hanya sepuluh menit perjalanan ke arah tenggara dari Museum Kereta Api Ambarawa itu, bangunan tua Benteng Pendem atau Benteng Willem I dibangun pada tahun 1834-1845 sudah terlihat megah dengan warna putih kusam dengan batu bata merah tebal menonjol diantara rangkaian bangun yang cukup luas itu.

Kondisi bangunan dengan disekitarnya area persawahan cukup luas cukup memprihatinkan, namun dari benteng ini muncul gambaran betapa megahnya gedung yang memiliki sejarah panjang dibawah kekuasaan pemerintah kolonial Hindia-Belanda di Jawa pada masa itu, termasuk hingga saat kemerdekaan dan kini.

Ambarawa merupakan tempat strategis dalam skema pertahanan di masa itu, karena letaknya di celah sejumlah pegunungan seperti Gunung Ungaran, Telomoyo, Merbabu, Gajahmungkur dan Jambu dipandang strategi menghubungi daerah Semarang, Surakarta (Solo) dan Yogyakarta.

Benteng Pendem karena dibangun terpendam di bawah permukaan tanah sebagai barak yang mampu menampung 12.000 prajurit tersebut dan hanya beberapa bagian yang menonjol, pada awalnya dirancang untuk pengembangan hubungan dengan Kesultanan Mataram termasuk pembangunan kamp-kamp militer di kota-kota yang dilalui pada masa kekuasaan Kolonel Hoorn (1827-1830).

Awalnya hanya ada barak militer dan penyimpanan logistik militer, namun pada perkembangan dan melihat kebutuhan masa itu dilengkapi sarana transportasi kereta api yang menghubungkan ke daerah lain, pada tahun 1834 dibangunlah sebuah benteng modern di Ambarawa yang kemudian diberi nama Benteng Willem I dan diselesaikan pada tahun 1845.

Bangunan Benteng Pendem ini mempunyai desain berbeda dengan benteng pertahanan militer pada umumnya dengan bangunan kokoh dan parit besar, yakni dengan banyak jendela dan pintu berukuran besar sehingga diperkirakan untuk barak militer dan penyimpanan logistik militer. 

"Tidak dilengkapi bangunan sebagai tameng dan tidak ada bekas bekas lubang di puncak puncak untuk tempat meriam seperti pada umumnya benteng Portugis," Suyuti, seorang arsitek.

Dalam perjalanan beberapa bahan an bangunan hancur ketika terjadi gempa besar tahun 1865, kemudian memasuki tahun 1927 Benteng Willem I disesuaikan dari penjara tawanan anak anak menjadi penjara tahanan politik dan tahanan dewasa hingga setelah Jepang masuk ke tanah air menjadi kamp militer dan masa kemerdekaan 1945-1959 berubah sebagai markas besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Fungsi benteng kemudian berubah menjadi penjara dewasa dan barak militer, tahun 1985 sebagai penjara anak anak dan barak militer, 1991 berubah lagi penjara kelas IIB dan barak militer serta mulai tahun 2023 hingga sekarang sebagai lapas Kelas II A dan barak militer.

Di tengah kondisi gairah pariwisata yang saat ini terus bergelora, Benteng Pendem telah menjadi bangunan cagar budaya yang cukup menarik, disamping sejarah panjang dilalui juga merupakan bangunan heritage yang sangat mengundang perhatian pelancong baik dari dalam dan luar negeri.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mulai tergerak untuk melakukan penataan kawasan Benteng Pendem Ambarawa atau Benteng Willem I ini, tidak tanggung-tanggung melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 dikucurkan anggaran sebesar Rp156,907 miliar.

"Penataan kembali Benteng Pendem tahap 1 ini menurut rencana akan selesai pada Oktober 2024 mendatang," ujar Bupati Semarang Ngesti Nugraha.

Sebagai langkah persiapan penataan, lanjut Ngesti Nugraha, Pemerintah Kabupaten Semarang mengambil langkah kemanusiaan dengan memberikan tali asih yakni uang kontrak rumah kepada tujuh keluarga yang terdampak penataan kawasan Fort Willem I tersebut, sehingga kedepan kawasan ini akan menjadi destinasi wisata menarik bagi pelancong. MI/Akhmad Safuan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(CDE)

Gaya bangunan bersejarah sejarah wisata Jawa Tengah